Mengenal Jamasan atau Memandikan Pusaka Keluarga saat Bulan Suro
Pemilik pusaka belum tentu bisa mandikan pusakanya sendiri
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bantul, IDN Times - Bulan Suro atau Muharram bagi masyarakat Jawa merupakan bulan yang sakral. Pada bulan ini masyarakat tidak boleh menggelar pesta pernikahan kecuali sang mempelai lahir di bulan Suro.
Saat bulan Suro, masyarakat Jawa memanfaatkannya untuk melakukan jamasan pusaka atau memandikan pusaka miliki keluarga atau pusaka turun temurun. Pusaka yang dimandikan seperti keris, tombak dan masih banyak lagi.
Namun untuk memandikan pusaka, sang pemilik belum tentu belum bisa melakukannya sendiri, jadi harus meminta bantuan bantuan kepada orang yang memiliki keahlian.
Seperti ritual memandikan pusaka milik dari keluarga almarhum Ngadiman di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, dilakukan oleh paranormal yang sengaja diminta jasanya memandikan benda pusaka peninggalan keluarga.
Baca Juga: Aksi Jumat Peduli Iklim di Yogyakarta Terinspirasi Greta Thunberg
1. Ada tahapan yang harus dilalui sebelum memandikan pusaka
Mustofa, seorang paranormal yang memiliki keahlian memandikan pusaka mengatakan ada sejumlah tahapan yang harus dilalui sebelum proses memandikan pusaka mulai dari mempersiapkan bunga untuk sesaji, menyiapkan batu warang, air dalam baskom, perasan air jeruk untuk nantinya dicampurkan dengan perasan air jeruk untuk ditorehkan atau dioleskan pada pusaka yang akan dimandikan.
"Yang pertama harus memanjatkan doa terlebih dahulu dan disiapkan bunga untuk sesaji," katanya, Minggu (15/9).
Setelah doa selesai kemudian pusaka dikeluarkan dari wadahnya seperti keris dikeluarkan warangka atau tutup keris demikian pula jika pusaka jenis tombak.
"Satu persatu kemudian keris dibersihkan dengan air yang telah disiapkan dalam baskom. Pastikan juga cuaca cukup panas sehingga usai dibasuh dengan air cepat kering," ujarnya.
Setelah semua pusaka dicuci dengan air dan telah benar-benar kering selanjutnya pusaka diolesi dengan campuran air perasan jeruk dicampur dengan batu warang yang telah dihaluskan. Air perasan jeruk yang telah dicampur dengan batu warang yang telah dihaluskan kemudian dioleskan pada bagian besi yang ada ada di pusaka hingga semuanya terolesi.
"Setelah semua pusaka diolesi dengan campuran air jeruk dan batu warang yang telah dihaluskan kemudian jemur hingga kering. Setelah kering pusaka kembali dimasukkan dalam warangkanya atau tempatnya," ujarnya.
Baca Juga: 5 Hal Unik Yang Bisa Kalian Temukan di Museum Keris Nusantara