Adisutjipto bersekolah di HIS Katolik Muntilan pada sekitar tahun 1920 hingga tahun 1929, lalu melanjutkan ke MULO Katolik St. Louis, di Ambarawa Jawa Tengah.
Setelah lulus pada tahun 1932, ayah Adisutjipto mendapatkan saran dari direktur MULO St. Louis untuk menyekolahkannya ke sekolah kedokteran. Namun Adisutjipto menolak karena dirinya memiliki impian menimba ilmu di sekolah penerbangan.
Mengetahui hal itu, ayah Adisutjipto menyekolahkannya di Algemene Middelbare School, Semarang. Setelah lulus Adisutjipto memiliki impian untuk bersekolah di sekolah militer Koninklijke Militaire Academie dimana sekolah militer adalah syarat untuk masuk ke sekolah penerbang saat itu.
Sayangnya masuk ke sekolah militer tersebut bukan hal yang mudah karena setiap siswanya harus masuk menggunakan sponsor dari kalangan bangsawan atau sederajatnya. Tentu hal ini tidak dimiliki oleh Adisutjipto.
Sempat mengurungkan niatnya, akhirnya Adisutjipto mengikuti keinginan ayahnya untuk sekolah di Kedokteran Geneeskundige Hogeschool Batavia.
Kendala pendidikan ternyata tak mematahkan impiannya, beruntung Adisutjipto bertemu dengan Abdulrahman Saleh, seorang asisten dosen yang akhirnya menjadi sahabatnya.
Abdulrahman Saleh ternyata orang yang aktif di sebuah klub penerbangan. Hal ini mendorong ehingga Adisutjipto untuk sekali lagi menggali impiannya dekat dengan dunia penerbangan melalui Abdulrahman Saleh.
Beruntungnya pada tahun 1937 di Kalijati, Subang, dibuka sekolah penerbangan yang bisa lebih mudah dimasuki oleh rakyat biasa termasuk Adisutjipto. Saking cintanya dengan dunia penerbangan, Adisutjipto lulus dengan cepat dari sekolah tersebut pada tahun 1940.
Di Kalijati, Adisutjipto berkenalan dengan S. Suryadarma, seorang perwira Akademi Militer. Pada saat itu Suryadarma sedang mengikuti pendidikan Penerbangan Militer Angkatan Udara. Persahabatannya dengan Suryadarma berlanjut hingga membangun Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Dari sini mulailah karier Adisutjipto sebagai penerbang yang sesungguhnya.
Pada tahun 1939 Adisutjipto ditempatkan pada Skadron Pengintai dan diangkat menjadi ajudan seorang pejabat bernama Kapten Clason, dan kemudian berpindah ke Yogyakarta saat revolusi meletus.