Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Saat main ke museum, kamu bisa melihat beraneka sebagai senjata tradisional khas Jogja. Namun tak hanya keris yang menjadi senjata tradisional di Jogja. Beberapa senjata juga digunakan untuk mempertahankan diri dan berperang melawan penjajah.

Berikut 9 sejarah senjata tradisional dari Jogja. Pasti kamu akan dibuat kagum dengan ceritanya.

1. Plintheng

ilustrasi plintheng (etsy.com)

Plintheng dalam bahasa Indonesia disebut dengan ketapel. Berbahan kayu, plintheng dibuat seperti huruf Y bagian yang tengahnya diikat menggunakan karet.

Plintheng memanfaatkan pegas dari karet yang ditarik mundur ke belakang. Biasanya memanfaatkan benda keras seperti batu untuk dilempar. Meski berkesan sederhana, plintheng ampuh melumpuhkan lawan karena bisa melukai dari jarak jauh.

2. Thulup

Thulup tradisional (budaya-indonesia.org)

Thulup memiliki bentuk seperti sedotan. Berbahan kayu, bagian tengah yang berlubang nantinya diisi dengan peluru dari tanah liat yang dibuat runcing, sehingga saat mengenai musuh, lukanya bisa dalam.

Senjata ini tak hanya digunakan di Jogja, tapi juga di Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

3. Bandhil

ilustrasi bandhil (bukalapak.com)

Bandhil adalah senjata andalan karena bisa digunakan untuk jarak jauh dan jarak dekat. Ada 3 jenis bandhil, yaitu brubuh, jauh, dan lepas. Tali dan senjata bandhil terbuat dari besi, tapi untuk bandhil brubuh talinya terbuat dari anyaman serat yang dipilin secara ulet.

4. Canggah

ilustrasi canggah (asyraafahmadi.com)

Senjata tradisional dari Jogja yang gak kalah keren adalah canggah. Canggah bentuknya mirip seperti dwisula dengan dua mata tombak. Fungsi dari dua mata tombak ini adalah untuk diarahkan ke leher lawan seperti dijepit sehingga tak bisa berkutik.

5. Condroso

condroso (budaya-indonesia.org)

Pada zaman dulu, perempuan juga ikut berperang. Tugasnya adalah sebagai mata-mata. Senjata yang biasanya dibawa adalah condroso. Bentuk senjata ini seperti hiasan konde tapi ketika ditusukkan pada tubuh, bisa mematikan.

6. Wedhung

wedhung (asyraafahmadi.com)

Wedhung sering dianggap pisau biasa. Padahal kalau dicemati, wedhung mempunyai bentuk yang lebih besar. Cara pakainya sama seperti pisau yang diarahkan pada lawan. Biasanya wedhung akan disimpan dalam wadah kayu lalu diselipkan di samping badan.

7. Patrem

keris patrem (facebook.com)

Patrem yang dalam bahasa jawa alus adalah keris dengan bilah kecil yang bentuknya bisa luris atau luk. Gendiknya pun beragam, ada naga, kikik, sampai singa. Biasanya ukuran paterm hanya berkisar 20 cm.

8. Tombak

wikia.nocookie.net/Ilustrasi Tombak Takdir

Tombak tak bisa dihilangkan dari senjata tradisional Jogja. Di Kraton Jogja sendiri diketahui ada beragam jenis tombak dengan mata tombak yang berbeda-beda. Misalnya seperti cakra, konvensional, atau seperti kudi. Salah satu tombak yang cukup istimewa adalah tombak milik Kangjeng Kyai Ageng Pleret.

9. Keris

IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Keris dalam bahasa Jawa disebut dengan Tosan Aji. Kata tosan artinya besi dan aji adalah dihormati. Makanya tak sekadar senjata, tapi keris juga benda yang bernilai tinggi. Di antara keris pusaka yang dimiliki Kraton Jogja, yang menduduki level tertinggi adalah keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek yang hanya boleh digunakan oleh sultan.

Setiap senjata tradisional di Jogja memiliki makna yang dalam. Inilah mengapa sampai saat ini senjata-senjata tersebut masih dimandikan atau dibersihkan dengan gelaran ritual.  Menjadi bagian dari budaya Jogja, kita sebagai masyarakat patutnya bangga dan turut menjaga, setuju?

Editorial Team