Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pelari marathon
ilustrasi pelari marathon. (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Lari jarak jauh butuh lebih dari sekadar stamina. Kekuatan lutut juga ikut diuji di setiap kilometer yang dilalui. Buat pelari pemula sampai yang sudah biasa maraton, cedera lutut jadi momok yang paling mengkhawatirkan. Begitu lutut mulai nyut-nyutan, semua persiapan bisa ambyar dalam hitungan menit.

Cedera lutut bisa muncul dari berbagai faktor. Mulai teknik lari yang salah, sepatu yang gak mendukung, hingga otot sekitar lutut yang kurang kuat. Apalagi buat lari jarak jauh, tekanan ke lutut makin besar dan risiko cedera ikut naik.

Tapi tenang, semua bisa dicegah asal tahu triknya. Ada beberapa cara efektif buat jaga lutut tetap aman dan kuat selama lari jarak jauh. Gak perlu nunggu sakit dulu buat mulai peduli. Yuk, simak lima cara berikut ini buat melindungi lutut biar tetap tangguh di setiap langkah.

1. Perbaiki postur dan teknik lari

ilustrasi pelari marathon (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Postur yang salah saat lari bisa jadi sumber utama cedera lutut. Banyak yang tanpa sadar mendaratkan kaki terlalu keras atau condong ke depan secara berlebihan. Posisi tubuh seperti ini bikin tekanan ke lutut jadi gak seimbang dan bisa picu rasa nyeri.

Pastikan posisi tubuh tetap tegak, bahu rileks, dan pandangan lurus ke depan. Saat kaki mendarat, usahakan bagian tengah telapak kaki menyentuh tanah dulu, bukan tumit atau ujung kaki. Ini membantu distribusi tekanan lebih merata ke seluruh kaki. Langkah yang terlalu panjang juga bisa jadi masalah. Fokus ke langkah pendek dan ritmis, jangan maksa buat ngebut terus. Semakin efisien gerakan, semakin kecil kemungkinan lutut kena beban berlebihan.

2. Gunakan sepatu lari yang sesuai dan masih layak pakai

ilustrasi pelari marathon (pexels.com/Vincent Peters)

Sepatu jadi pelindung pertama buat lutut. Sayangnya, masih banyak yang pakai sepatu sembarangan atau bahkan sudah aus bantalan dalamnya. Sepatu yang sudah gak layak pakai bisa bikin peredaman benturan ke lutut jadi gagal total.

Pilih sepatu khusus lari yang punya bantalan cukup dan stabilitas di bagian tumit serta arch. Jangan hanya pilih berdasarkan warna atau model kekinian, tapi perhatikan juga struktur dan kenyamanannya.

Jika sepatu sudah menipis atau sol mulai keras, segera ganti daripada berisiko. Idealnya, sepatu lari diganti setiap 500–800 km tergantung intensitas latihan. Simpan juga satu sepatu cadangan buat rotasi, agar daya tahannya lebih lama. Lutut bakal lebih aman jika alas kaki bekerja sebagaimana mestinya.

3. Lakukan peregangan untuk kuatkan otot sekitar lutut

ilustrasi stretching sebelum berolahraga (pexels.com/Jonathan Borba)

Lutut gak berdiri sendiri, ada otot-otot di paha depan (quadriceps), paha belakang (hamstring), betis, dan otot pinggul yang bantu menopang dan menstabilkan gerakan.Jika otot-otot ini lemah, maka beban ke lutut jadi lebih besar.

Latihan penguatan seperti squat, lunges, step-up, dan leg press bantu perkuat area sekitar lutut. Gak perlu beban berat, cukup latihan rutin 2–3 kali seminggu untuk mendapatkan hasil maksimal. Bisa juga tambahkan resistance band buat variasi gerakan.

Otot yang kuat bantu gerakan jadi lebih efisien, nyeri berkurang, dan risiko cedera makin rendah. Ini investasi jangka panjang buat pelari yang pengin tetap aktif tanpa drama lutut ngilu.

4. Jangan lewatkan pemanasan dan pendinginan

ilustrasi stretching sebelum berolahraga (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Lari jarak jauh tanpa pemanasan seperti nekat naik motor ngebut tanpa cek rem. Otot dan sendi butuh waktu buat siap kerja keras. Pemanasan bantu aliran darah lancar dan otot jadi lentur, termasuk di area sekitar lutut. Lakukan dynamic warm-up sebelum lari, seperti leg swings, walking lunges, atau arm circles. Setelah selesai lari, jangan langsung duduk.

Tambahkan sesi pendinginan dan stretching statis buat bantu otot pulih perlahan. Stretching yang fokus ke otot paha, betis, dan pinggul bantu jaga kelenturan dan cegah penumpukan asam laktat. Semakin rutin pemanasan dan pendinginan dilakukan, semakin kecil risiko nyeri lutut muncul.

5. Naikkan jarak secara bertahap

ilustrasi pelari marathon (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Salah satu penyebab cedera lutut paling umum adalah peningkatan jarak lari yang terlalu cepat. Tubuh butuh waktu buat adaptasi. Kalau sebelumnya cuma lari 5K, terus langsung gas ke 10K, lutut bisa langsung protes. Ikuti prinsip 10 persen: tambahkan jarak mingguan gak lebih dari 10 persen dari total jarak minggu sebelumnya. Ini bantu tubuh adaptasi perlahan dan otot pendukung lutut punya waktu buat memperkuat diri.

Berikan juga waktu istirahat cukup, minimal 1–2 hari dalam seminggu buat pemulihan. Bisa diganti jalan kaki, yoga, atau cross training lain yang lebih ringan. Lari makin jauh bukan soal nekat, tapi soal strategi.

Cedera lutut bukan hal sepele. Sekali kena, proses pemulihannya bisa lama dan bikin aktivitas lain terganggu. Gak harus nunggu jadi pelari elite buat mulai perhatian ke lutut sendiri. Perbaiki teknik lari, pilih sepatu yang tepat, perkuat otot, dan jangan skip pemanasan.

Plus, jangan tergoda buat nambah jarak lari secara tiba-tiba. Semua harus pelan-pelan tapi konsisten. Lutut yang sehat bikin lari jarak jauh jadi menyenangkan dan bebas drama. Yuk, mulai rawat sejak sekarang. Lari lebih jauh itu keren, tapi lari lebih lama tanpa cedera itu jauh lebih keren!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team