Kemudahan mengakses konten kesehatan mental dan kebugaran di internet membuat orang-orang, terutama kaum muda melabeli diri sendiri dengan suatu penyakit tanpa bimbingan profesional.
Tak terasa, self diagnosis ini cukup berbahaya jika dilakukan terus menerus dalam jangka waktu panjang. Lima kerugian di bawah ini mungkin akan terjadi jika kamu tak berhenti melakukannya. Yuk simak supaya lebih aware pada diri sendiri!
Self diagnosis atau diagnosis mandiri terjadi ketika seseorang mengidentifikasi suatu kondisi medis yang sedang dideritanya. Hal ini dilakukan berbekal informasi dari internet atau meneliti pengalaman pribadi orang lain. Mengapa berbahaya? Hal ini disebabkan akurasi yang tidak jelas dan bias.
Analisis penyakit secara mandiri dapat menyebabkan diagnosis yang salah. Tak semua sakit perut disebabkan oleh infeksi usus, bisa jadi akibat diare atau lainnya. Begitu juga dengan sakit kepala yang menjadi gejala dari berbagai macam penyakit dan tak serta merta karena tumor otak. Salah mengonsumsi obat atau penanganan dapat memperburuk kondisi.
Saat seseorang mendiagnosis diri sendiri, secara tidak sadar ia mencari informasi yang membenarkan pikirannya sendiri. Menebak apa yang terjadi pada dirinya tanpa berbekal pemeriksaan dari pihak profesional, seolah perkiraannya adalah hal valid. Hal ini dapat menyebabkan mental jatuh karena adanya perasaan khawatir yang berlebih.
Salah satunya saat meyakini mengalami sakit keras, padahal selalu ada kemungkinan yang diderita tak separah itu. Mental yang jatuh ini akibat diagnosis mandiri, bisa menimbulkan stres yang justru kian merusak badan.
Bahaya self diagnosis lainnya adalah, menyebabkan timbulnya penyakit lain, termasuk penyakit mental yang selama ini mungkin tidak dimiliki. Hal ini adalah efek dari rasa tertekan dan menyebabkan kualitas hidup yang memburuk.
Itulah bahaya self diagnosis yang efeknya tak main-main. Yuk mulai peduli pada diri sendiri dengan lakukan cek kesehatan secara berkala di fasilitas kesehatan dan tenaga profesional terpercaya!