Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Mahasiswa (Pexels.com/Christina Morillo)
Mahasiswa (Pexels.com/Christina Morillo)

Intinya sih...

  • Kuliah psikologi butuh lebih dari 5,5 tahun untuk jadi psikolog
  • Program profesi melibatkan praktik, magang, dan komitmen mental yang kuat
  • Mahasiswa psikologi harus belajar melihat dari berbagai sudut pandang dan meneliti subjek manusia untuk skripsi

Kalau dengar kata “psikologi,” banyak orang langsung membayangkan jurusan yang keren, penuh ilmu tentang kepribadian, atau sekadar ngobrol santai sambil memahami emosi dan pikiran manusia. Tapi, tahukah kamu, di balik semua anggapan itu, ada banyak hal yang bikin jurusan psikologi jauh lebih menantang daripada kelihatannya? Kuliah psikologi bukan cuma soal baca teori dan analisis, tapi ada proses panjang yang sering bikin mahasiswa berpikir dua kali untuk menyerah atau lanjut.

Buat kamu yang masih berpikir jurusan psikologi itu gampang, yuk kenali dulu tantangan-tantangan di balik layar yang dihadapi mahasiswa psikologi. Berikut empat hal yang bikin kuliah psikologi gak semudah yang kamu kira!

1. Kuliah 4 tahun gak cukup untuk dapat gelar psikolog

Konseling (Pexels.com/Cottonbro studio)

Salah satu fakta yang sering mengejutkan orang adalah kalau kamu kuliah psikologi selama empat tahun, kamu gak akan langsung jadi psikolog. Yup, kamu hanya akan dapat gelar S.Psi (Sarjana Psikologi), dan untuk benar-benar jadi psikolog, kamu harus lanjut ke program profesi. Jadi, total waktu yang dibutuhkan bisa lebih dari 5,5 tahun!

Program profesi ini bukan sekadar kuliah biasa, lho! Ada praktik, magang, dan harus berhadapan langsung dengan klien. Gak semua orang siap mental untuk perjalanan panjang ini, apalagi kalau di tengah jalan mulai ragu sama pilihannya. Makanya, kalau kamu ingin jadi psikolog, pastikan dari awal kamu paham bahwa ini adalah perjalanan panjang yang butuh komitmen dan kerja keras ekstra ya!

2. Apapun pertanyaanya, "tergantung" atau "mungkin" adalah jawabannya

Menganalisa (Pexels.com/SHVETS production)

Ini nih yang sering bikin mahasiswa psikologi bingung di awal-awal kuliah. Gak ada jawaban pasti untuk banyak pertanyaan, karena semuanya bergantung pada konteks. Misalnya, kalau ada yang tanya, “Kenapa si A suka marah-marah?” Jawabannya gak bisa langsung dijelaskan begitu saja, karena kamu harus memahami banyak faktor. Latar belakang masa kecilnya, lingkungannya, hubungannya dengan orang lain, dan banyak aspek lainnya tentang si A yang perlu digali terlebih dahulu.

Jadi, jangan heran kalau mahasiswa psikologi sering terlihat mikir lama atau menjawab dengan “tergantung.” Bukannya mereka gak tahu jawabannya, tapi ilmu psikologi memang mengajarkan kita untuk melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang. Hal ini penting supaya kita gak langsung menghakimi orang lain dan bisa memberikan solusi yang lebih tepat.

3. Perlu banyak proses untuk menyelesaikan skripsi

ilustrasi mengoreksi tulisan (pexels.com/Zen Chung)

Skripsi mahasiswa psikologi sering kali gak sesederhana yang dibayangkan. Selain harus menyusun teori yang kuat, mereka juga harus melakukan penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek. Tantangannya? Gak semua subjek penelitian bersedia diajak kerja sama, belum lagi faktor etika penelitian yang sangat ketat.

Misalnya, kalau kamu mau meneliti tentang stres pada remaja, kamu harus memastikan bahwa remaja yang terlibat paham dengan apa yang sedang mereka ikuti. Kalau ada subjek yang mundur di tengah jalan, data kamu bisa berantakan, dan itu berarti harus mulai dari awal lagi. Belum lagi proses analisis data yang biasanya memakan waktu lama dan membutuhkan ketelitian ekstra. Jadi, jangan kaget kalau mahasiswa psikologi sering terlihat stres menjelang skripsi.

4. Orang yang datang ke psikolog disebut klien, bukan pasien

Konsultasi (Pexels.com/Cottonbro studio)

Kalau kamu masih mengira orang yang datang ke psikolog disebut pasien, itu salah besar! Dalam dunia psikologi, mereka disebut klien. Kenapa penting banget membedakan ini? Karena penyebutan “klien” membuat hubungan antara psikolog dan orang yang datang merasa setara. Berbeda dengan pasien yang terkesan ada hubungan atasan-bawahan seperti dokter dan orang sakit, klien dipandang sebagai individu yang butuh bantuan, tapi tetap punya kendali atas dirinya sendiri.

Pemilihan kata ini sederhana, tapi sangat penting untuk membangun kepercayaan. Dengan menyebut mereka sebagai klien, psikolog menunjukkan bahwa mereka ada di posisi untuk mendampingi, bukan menghakimi. Jadi, kalau kamu tertarik kuliah psikologi, siap-siap untuk belajar empati dan cara komunikasi yang baik, ya!

Kuliah psikologi memang penuh tantangan, tapi di balik semua itu, ada banyak hal berharga yang bisa dipelajari. Kamu gak hanya memahami ilmu tentang manusia, tapi juga belajar cara berpikir kritis, empati, dan komunikasi yang baik. Jadi, buat kamu yang berminat kuliah psikologi, jangan cuma lihat dari luarnya saja. Persiapkan diri untuk menghadapi semua prosesnya, karena meskipun sulit, hasil akhirnya pasti sepadan!

Editorial Team