5 Cara Membangun Personal Branding dengan Teori Cermin Diri

Begini caranya tampil maksimal di depan publik

Personal branding merupakan suatu proses membangun dan mengelola citra atau reputasi di depan publik. Dengan begitu, ketika kamu ingin memiliki reputasi yang baik, maka kamu harus bersikap serta bertindak yang bernilai baik di mata mereka. Sejalan dengan konsep personal branding, ilmu sosiologi bisa membantu kamu untuk meningkatkan citra dirimu, lho. Yakni, kamu bisa membangun personal branding dengan teori cermin diri yang dikemukakan oleh seorang sosiolog bernama Charles Horton Cooley.

Sebelumnya, apa itu teori cermin diri? Cooley menjabarkannya sebagai imajinasi definitif terkait bagaimana diri seseorang. Yakni, gagasan yang muncul dalam pikiran dan perasaan diri yang dimiliki seseorang itu ditentukan oleh sikap terhadapnya yang melekat pada pikiran orang lain. Sederhananya, teori cermin diri ini menjelaskan terkait imajinasimu dalam memersepsikan pemikiran orang lain terkait penampilan luarmu. Mulai dari visi dan misimu, sopan santun, karakter, dan sejenisnya.

Penasaran bagaimana isi teorinya, terlebih dalam menjadi cara membangun personal branding? Langsung simak ulasan berikut, ya.

1. Membayangkan bagaimana kamu tampak di depan mata orang lain

5 Cara Membangun Personal Branding dengan Teori Cermin Diriilustrasi melihat diri sendiri (pixabay.com/geralt)

Selayaknya kamu sedang bercermin, maka kamu bisa melihat bagaimana bayangan yang memantul di depan cermin. Nah, bayangan itulah sosok dirimu yang tampil di depan publik. 

Maka dari itu, ketika kamu ingin membangun personal branding, bayangkan bagaimana sosokmu di depan mereka. Cobalah kamu bercermin dan lihat apa yang melekat dalam dirimu. Setelah bercermin, tulis semua konsep diri sebagai hasil dari bayangan dirimu di depan cermin, ya.

Catat semua yang tampak secara kasat mata tanpa terkecuali. Misalnya saja seperti gaya penampilanmu sehari-hari yang fashionable, tasmu yang berisi berbagai macam perkakas, hingga kamu yang pandai berbicara serta bergaul. Jadi, apa konsep diri yang melekat pada kamu?

2. Membayangkan bagaimana seharusnya penilaian publik atas penampilan kamu

5 Cara Membangun Personal Branding dengan Teori Cermin Diriilustrasi personal branding (pixabay.com/RAEng_Publications)

Setelah mencatat bagaimana konsep dirimu yang terpantul dari cermin, maka kini saatnya kamu membayangkan bagaimana respon atau penilaian publik atas apa yang ada pada dirimu. Tentunya, satu hal apa yang melekat pada dirimu bisa bermakna positif maupun negatif. Hal tersebut tergantung apa yang ada pada kamu itu dilihat dari kacamata siapa maupun dari sudut pandang mana. 

Misalnya saja, kamu ialah sosok mementingkan tampilan fashionable. Jika kamu ingin membangun personal branding untuk mendapatkan pekerjaan bagian front office, maka apa yang melekat pada dirimu itu cocok. 

Kalau pantulan dirimu ialah sosok yang selalu membawa tas dengan berbagai perkakas, maka citra diri yang muncul dari dirimu, yakni orang yang detail, penuh persiapan, perfeksionis, dan sejenisnya. Pun ketika kamu pandai berbicara dan bergaul. Maka, pantulan konsep dirimu ini cocok untuk membangun personal branding seorang pekerja di bidang marketing dan sejenisnya.

3. Mengembangkan perasaan diri sendiri

5 Cara Membangun Personal Branding dengan Teori Cermin Diriilustrasi progresif (pixabay.com/jerrykimbrell10)

Cooley menjelaskan bahwa teori cermin diri menghasilkan perasaan diri yang lahir setelah melihat pantulan diri di cermin. Sederhananya, kamu akan bangga jika pantulan itu merupakan hal yang bagus dari dirimu. Pun sebaliknya, kamu akan sangat malu ketika pantulan itu ialah hak buruk dari dirimu.

Nah, dalam proses membangun personal branding, maka penilaian akan perasaan dirimu ini menjadi penting. Yang mana jika kamu merasa bangga atas pantulan dirimu, maka kamu berhasil menciptakan usaha membangun personal branding di depan publik, ya.

Baca Juga: 5 Langkah Jadikan Hobi sebagai Pekerjaan, Perlu Analisis Risiko

4. Meningkatkan konsep diri jika menguntungkan

5 Cara Membangun Personal Branding dengan Teori Cermin Diriilustrasi orang progresif (pixabay.com/geralt)

Secara lebih kompleks, jika kamu melihat bahwa apa yang melekat pada dirimu itu sudah sesuai dengan tujuan dari pembangunan personal branding. Maka, tingkatkan pantulan konsep dirimu itu. Jangan hanya dibiarkan stuck, nanti bisa menurun secara value, lho.

Misalnya saja, kamu sebagai sosok yang fashionable. Tentunya, citra itu bisa menguntungkanmu dengan menghantarkan ke pekerjaan pada bidang front office. Namun, jika tidak dikembangkan, tentu masih banyak orang lain yang menjadi sainganmu dan siap merebut posisimu.

Jadi, apa yang bisa dilakukan? Yakni, dengan menambah nilai dari personal branding yang sudah melekat pada dirimu. Terlebih lagi, menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, dan berbagai kebutuhan situasional yang mungkin terjadi. Sehingga, personal branding yang kamu bangun itu bukan hanya tetap melekat. Melainkan juga tetap lestari secara fungsional di jangka panjang.

5. Evaluasi dengan menurunkan konsep diri saat terjadi kerugian

5 Cara Membangun Personal Branding dengan Teori Cermin Diriilustrasi evaluasi diri (pexels.com/Anete Lusina)

Puncaknya, ketika hasil bayangan setelah bercermin itu ternyata tidak cocok. Yakni, antara tujuan pembangunan personal branding dengan apa yang melekat pada dirimu di cermin. Maka, kamu harus melakukan evakuasi diri.

Dengan begitu, kamu bisa membuang citra diri yang tak layak lagi. Lalu, memperbaiki citra diri yang kurang, hingga meningkatkan citra diri yang sudah bagus. Yang mana pedoman dalam menentukannya yakni berdasarkan tujuan pembangunan personal branding, ya.

Misalnya saja, ketika yang melekat pada dirimu itu sosok pandai berbicara dan bergaul. Sedangkan, tujuan kamu membagun personal branding ialah untuk mendapatkan pekerjaan bidang back office, seperti karyawan IT. Rasanya, citra pandai bicara dan bergaulmu itu tidak seberapa penting. Oleh karena kurang penting, maka bisa diganti bahkan dibuang.

Lantas, jika sudah melakukan evaluasi diri dan mengaplikasikan hasil evaluasi, apa yang harus dilakukan? Jawabannya, yakni ulangi proses bercermin diri. Mulai dari membayangkan dirimu, membayangkan penilaian orang lain, hingga respons perasaanmu atas apa yang melekat dari bayanganmu di cermin. Hingga akhirnya, terjadi kesesuaian antara tujuan pembangunan personal branding dengan apa yang melekat pada dirimu di cermin, ya.

Baca Juga: 4 Modal Mengembangkan Karier Menurut Teori Praktik Sosial

Melinda Fujiana Photo Community Writer Melinda Fujiana

Have a nice day!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang
  • Mayang Ulfah Narimanda

Berita Terkini Lainnya