Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bekerja (unsplash.com/Fotos)
ilustrasi bekerja (unsplash.com/Fotos)

Intinya sih...

  • UMY menilai fenomena job hugging menghambat perkembangan diri karena membuat individu takut berubah dan berinovasi.

  • Untuk melawannya, UMY mengembangkan konsep Enterprising Student dengan menanamkan pola pikir wirausaha.

  • Strateginya meliputi kuliah wajib kewirausahaan, pembinaan organisasi, pelatihan soft skill, dan inkubasi bisnis.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times - Fenomena job hugging atau kecenderungan bertahan di pekerjaan meski tidak ideal karena khawatir akan kondisi ekonomi, belakangan jadi sorotan. Kepala Direktorat Kemahasiswaan dan Karier Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Sugito, menilai kebiasaan ini justru menghambat perkembangan diri dan bahkan disebutnya sebagai hal yang “menyalahi sunatullah.”

Job hugging menghalangi orang untuk berubah, berkolaborasi, dan maju mengembangkan diri. Karena dia merasa seolah-olah tempat kerjanya sekarang adalah yang paling tepat, padahal belum tentu,” ujarnya dalam keterangan yang diterima IDN Times, Rabu (1/10/2025).

1. Di tengah ketidakpastian, job hugging cukup jadi pilihan sementara

Kepala Direktorat Kemahasiswaan dan Karier Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Sugito (Dok. UMY)

Sugito memahami kondisi ekonomi yang tidak mudah, mulai dari banyaknya PHK hingga minimnya lowongan kerja. Namun, ia menegaskan bahwa job hugging sebaiknya hanya dijadikan pilihan sementara atau langkah intermediate. Menurutnya, sikap proaktif, berinovasi, dan berani mengambil risiko yang terukur tetap menjadi cara terbaik untuk menghadapi situasi tersebut.

“Hidup kita akan lebih dinamis kalau berani berpikir ke depan, mencari peluang, dan mengambil risiko yang bisa dikendalikan,” tambahnya.

2. Siapkan mahasiswa dengan entrepreneurial mindset

ilustrasi entrepreneur (freepik.com/lifestylememory)

Sebagai upaya antisipasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyiapkan lulusannya dengan entrepreneurial mindset, sejalan dengan visinya sebagai Entrepreneur University. Dalam lingkup kemahasiswaan, Sugito menerjemahkan visi tersebut melalui konsep Enterprising Student.

“Inti dari mindset, sikap, dan keterampilan wirausaha adalah proaktif, kreatif, dan inisiatif. Selalu mencari peluang,” jelasnya.

Untuk menanamkan jiwa wirausaha, UMY membangun tiga pilar utama, yakni kewajiban mata kuliah kewirausahaan, pembinaan lewat organisasi, serta pelatihan soft skill dan inkubasi bisnis.

“Rektorat telah menetapkan bahwa Capaian Pembelajaran (CPL) kewirausahaan wajib. Seluruh mahasiswa UMY harus mengambil Mata Kuliah Kewirausahaan untuk menumbuhkan mindset dan keterampilan wirausaha,” tegas Sugito.

3. Asah soft skill juga penting

ilustrasi entrepreneur (freepik.com/freepik)

Mahasiswa UMY juga diarahkan untuk mengasah soft skill seperti kreativitas, inisiatif, dan kemampuan memecahkan masalah melalui berbagai organisasi kemahasiswaan yang dibina Divisi Pengembangan Minat dan Bakat Mahasiswa (DPMBM).

“Bagi mahasiswa yang ingin mengeksekusi ide bisnis, Direktorat Kemahasiswaan dan Karir (DKK) menyediakan pembinaan lewat Divisi Inkubasi Bisnis dan Kewirausahaan (DIBS). DKK juga rutin mengadakan serial pelatihan soft skill dan pengembangan karier sebagai pelengkap hard skill mahasiswa,” jelasnya.

Sugito berharap strategi ini dapat melahirkan lulusan UMY yang adaptif terhadap kebutuhan pasar kerja sekaligus memiliki nilai diri yang kuat.

“Jadilah mahasiswa yang proaktif, berani mengambil risiko terukur, dan tidak takut keluar dari zona nyaman,” tutupnya.

Editorial Team