Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pria burnout (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi pria burnout (pexels.com/Mikhail Nilov)

Bagi introvert, bekerja di lingkungan yang penuh interaksi sosial bisa menguras energi. Walau terkihat tenang dan mampu mengerjakan tugas dengan baik, di balik itu ada proses adaptasi yang cukup melelahkan.

Sayangnya, beberapa kebiasaan kecil yang sering gak disadari justru membuat rasa lelah itu menumpuk dan berujung pada burnout. Kondisi ini bisa memengaruhi produktivitas, motivasi, bahkan kesehatan mental.

Burnout pada introvert sering muncul bukan hanya karena beban kerja yang berat, tapi juga situasi sosial yang terlalu intens. Yuk, kita bahas beberapa kebiasaan yang sering tanpa sadar jadi penyebab introvert cepat burnout di tempat kerja.

1. Terlalu sering menyendiri sepanjang hari

ilustrasi menyendiri di kantor (pexels.com/Los Muertos Crew)

Introvert memang butuh waktu sendiri untuk mengisi ulang energi, tapi kalau terlalu sering mengisolasi diri, dampaknya bisa berbalik negatif. Menghindari interaksi sosial secara total membuat pikiran terasa terjebak dalam lingkaran yang itu-itu saja. Selain itu, kurangnya komunikasi dengan rekan kerja bisa membuat koordinasi terganggu dan beban pekerjaan terasa lebih berat. Perlahan, kondisi ini bisa membuat stres meningkat dan burnout jadi lebih cepat datang.

Kebiasaan ini biasanya muncul saat rasa lelah sosial sudah cukup parah, sehingga pilihan paling mudah adalah menghindari semua interaksi. Padahal, berinteraksi secukupnya justru membantu menjaga keseimbangan mental. Mendapat perspektif baru dari orang lain bisa mengurangi rasa jenuh dan membantu menemukan solusi atas masalah pekerjaan. Jadi, punya waktu sendiri itu penting, tapi porsinya perlu diatur supaya gak kebablasan.

2. Memaksakan diri terlibat di semua kegiatan tim

ilustrasi diskusi tim kerja (pexels.com/Thirdman)

Introvert kadang merasa harus ikut serta di semua acara atau rapat supaya dianggap aktif dan terlibat. Padahal, memaksakan diri untuk selalu hadir di setiap kegiatan bisa menguras energi dengan cepat. Situasi yang ramai dan penuh interaksi intens membuat pikiran cepat lelah, apalagi kalau topiknya gak selalu relevan dengan tugas utama. Akhirnya, fokus dan produktivitas malah berkurang.

3. Mengabaikan waktu istirahat

ilustrasi pria fokus kerja (pexels.com/Mikhail Nilov)

Introvert cenderung fokus saat bekerja, bahkan sampai lupa waktu istirahat. Awalnya terlihat produktif, tapi jika terus-menerus dilakukan, energi fisik dan mental bisa habis sebelum hari berakhir. Mengabaikan jeda sejenak untuk bernapas dan menenangkan diri membuat stres menumpuk tanpa terasa. Dalam jangka panjang, ini menjadi pemicu utama burnout.

Beberapa menit menjauh dari layar laptop, berjalan sebentar, atau sekadar memejamkan mata bisa membuat pikiran lebih segar. Kebiasaan sederhana ini sangat membantu menjaga keseimbangan energi, apalagi untuk introvert yang mudah lelah oleh stimulasi berlebihan.

4. Tidak mengungkapkan beban pekerjaan pada atasan

ilustrasi merenung di kantor (pexelscom/Anna Shvets)

Banyak introvert lebih memilih memendam masalah daripada mengungkapkannya, termasuk soal beban kerja yang berlebihan. Alasannya beragam, mulai dari merasa gak nyaman bicara langsung, takut dianggap lemah, hingga berpikir bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Padahal, memendam beban justru membuat tekanan semakin besar.

Komunikasi terbuka membantu menemukan solusi yang lebih efektif, entah itu melalui pembagian tugas atau penyesuaian deadline. Energi mental bisa terjaga dan risiko burnout berkurang. Melatih diri untuk berbicara ketika perlu adalah langkah penting bagi introvert di dunia kerja.

5. Mengabaikan kebutuhan sosial dasar

ilustrasi obrolan teman (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Walaupun bukan tipe yang mencari keramaian, introvert tetap punya kebutuhan sosial untuk merasa terhubung. Mengabaikan hal ini terlalu lama bisa menimbulkan rasa kesepian dan keterasingan. Hubungan positif dengan orang lain, meskipun singkat dan ringan, bisa memberi energi emosional yang dibutuhkan untuk bertahan di lingkungan kerja yang penuh tuntutan.

Kebutuhan sosial ini bisa dipenuhi lewat interaksi sederhana, seperti mengobrol ringan saat istirahat atau memberi apresiasi pada rekan kerja. Momen kecil ini membuat suasana kerja terasa lebih hangat dan mengurangi rasa terisolasi. Saat introvert mengabaikan kebutuhan ini, burnout bisa datang lebih cepat karena merasa sendirian menghadapi tekanan.

Burnout pada introvert sering terjadi bukan hanya karena pekerjaan yang berat, tapi juga dari kebiasaan yang diam-diam menguras energi. Dengan menyadari pemicunya, langkah pencegahan bisa dilakukan lebih cepat. Menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan tuntutan sosial di tempat kerja adalah kunci untuk tetap sehat mental dan produktif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team