Mengapa Permainan Dungeon and Dragons Kurang Populer di Indonesia?

Permainan role play yang mengandalkan imajinasi

Dungeon and Dragons (D&D) adalah role play fantasi yang cukup populer di seluruh dunia. Dalam permainan ini, pemain dapat menciptakan karakter mereka sendiri, menjelajahi dunia imajinatif, dan bertualang bersama teman-teman mereka. Umumnya permainan ini dimainkan dengan minimal tiga orang yang salah satunya harus menjadi Dungeon Master, orang yang memandu permainan sekaligus pencerita

Dungeon and Dragons memiliki komunitas dan penggemar aktif di Indonesia. Namun, permainan ini memang tidak sepopuler di negara-negara lain terutama untuk anak muda. Apa alasan di balik kurangnya peminat di Indonesia? Mari kita bahas lebih lanjut.

1. Asal usul permainan D&D

Mengapa Permainan Dungeon and Dragons Kurang Populer di Indonesia?memorial Gary Gygax (commons.wikimedia.org)

Permainan D&D berasal dari permainan perang napoleonics yang dimainkan oleh Gary Gygax dan Dave Arneson pada tahun 1970-an. Mereka ingin membuat permainan yang lebih fokus pada karakter individual daripada unit militer, dan menambahkan unsur-unsur fantasi dari novel-novel seperti The Lord of the Rings dan Conan the Barbarian.

Mereka terinspirasi oleh permainan papan kuno seperti Senet dan Chess, yang menggunakan dadu dan pion untuk menentukan hasil dari berbagai situasi. Pada tahun 1974, Gygax dan Arneson menerbitkan permainan mereka dengan nama Dungeons and Dragons, yang menjadi role play pertama yang dikomersialkan. Permainan ini terus berkembang hingga memiliki panduan yang lebih kompleks dan lengkap.

2. Cara bermain D&D

Mengapa Permainan Dungeon and Dragons Kurang Populer di Indonesia?Ilustrasi dadu dalam Dungeons and Dragons (pexels.com/Stephen Hardy)

D&D adalah permainan yang dimainkan oleh sekelompok orang yang bermodalkan kertas, pensil, dadu, buku panduan, dan imajinasi. Terkadang ada alat bantu berupa map, miniatur, kartu, dan properti lain yang bisa membantu permainan. Jumlah pemain yang ideal adalah antara 3 sampai 6 orang dengan satu Dungeon Master.

Dungeon Master (DM) bertugas sebagai perancang petualangan dan pencerita dalam permainan. DM juga bertanggung jawab untuk menggambarkan situasi, lokasi, dan makhluk yang ada di dalam permainan, serta menentukan akibat dari tindakan para pemain. Tindakan pemain ditentukan oleh dadu yang memiliki jumlah sisi berbeda, seperti d4, d6, d8, d10, d12, dan d20. Permainan berjalan dengan imajinasi dan tetap mengikuti buku panduan dalam setiap situasi.

Baca Juga: Road to Vostok, Game Survival Realistis yang Menjanjikan

3. Alasan D&D tidak terlalu ramai di Indonesia

Mengapa Permainan Dungeon and Dragons Kurang Populer di Indonesia?komunitas Dungeon and Dragons Jakarta (youtube.com/dndjakarta)

Fundamental dasar dari permainan Dungeon and Dragons adalah membaca dan berimajinasi. Buku panduan D&D sangat tebal, panjang dan umumnya tersedia dalam bahasa Inggris. Hal ini membuat pemain harus memiliki minat membaca yang tinggi.

Perlengkapan D&D seperti handbook, dadu, miniatur, dan beberapa barang lain juga cenderung mahal dan harus impor dari luar negeri. Selain itu, pemain D&D umumnya harus menulis dan menambahkan kelengkapan pada character sheet secara manual. Beberapa hal ini menjadi alasan mengapa orang Indonesia tidak terlalu berminat dengan permainan ini.

D&D adalah permainan yang bisa membawa kita ke dunia imajinasi dan mengasah kemampuan berpikir serta komunikasi.  Dibutuhkan sumber daya, pemahaman, dan dukungan yang memadai untuk bisa berkembang dan diterima di tanah air. Dengan adanya komunitas, event, dan media yang mengenalkan permainan ini, kita bisa berharap bahwa D&D akan semakin populer dan diminati oleh masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Alasan DOTA 2 Kalah Populer Dibanding Mobile Legends di Indonesia

Theodore Siagian Photo Community Writer Theodore Siagian

ig : tmarvell_

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya