Melihat Keterwakilan Perempuan dalam Film lewat Tes Bechdel

Film harus memenuhi 3 kriteria untuk lolos tes Bechdel 

Penilaian apa yang suka kamu perhatikan ketika ingin menonton film? Apakah kamu tipe yang suka melihat rating penonton dalam situs seperti IMDb dan Rotten Tomatoes? Apakah kamu melihat popularitas film melalui penjualan tiket? Ataukah kamu tipe yang menilai kualitas film dari berbagai hasil tes?

Jika kamu adalah tipe terakhir, kemungkinan besar kamu familier dengan Bechdel test atau tes Bechdel. Kalau kamu belum tahu tentang tes itu, yuk simak penjelasannya di bawah ini!

1. Apa itu tes bechdel?

Melihat Keterwakilan Perempuan dalam Film lewat Tes Bechdelilustrasi orang menonton film (pexels.com/cottonbro)

Tes Bechdel dipopulerkan oleh komik Alison Bechdel. Tujuan utama  dari tes ini adalah untuk melihat keterwakilan perempuan dalam film. Tes ini lahir salah satu alasannya karena sedikitnya peran karakter perempuan yang berarti di dalam film.

Untuk bisa lolos tes ini, film harus memenuhi tiga kriteria. Kriterianya adalah film harus memiliki minimal dua karakter perempuan, kedua karakter perempuan itu harus saling berinteraksi, dan mereka harus membicarakan topik selain tentang laki-laki. Beberapa versi tes Bechdel berpendapat bahwa karakter-karakter perempuan hanya dapat dihitung apabila mereka mempunyai nama.

2. Banyak film yang lolos

Melihat Keterwakilan Perempuan dalam Film lewat Tes Bechdelcuplikan film The Help (dok. DreamWorks Pictures/The Help)

Syarat-syarat untuk lolos tes Bechdel mudah, bukan? Karenanya, ada banyak film yang lolos. Salah satu contohnya adalah The Help (2011) yang nyaris semua karakternya adalah perempuan. Banyak film young adult seperti seri The Hunger Games dan Divergent juga memenuhi kriteria-kriteria tes ini. Pastinya, film-film remake seperti Ghostbusters (2016) dan Ocean’s 8 (2018) juga ada di daftar ini.

Beberapa film lama juga punya peruntungan yang sama. Meskipun sering disebut tidak sejalan dengan prinsip feminisme modern, film Cinderella (1950) lolos tes Bechdel. Itu dikarenakan sempat adanya percakapan mengenai pekerjaan rumah tangga antara Cinderella dengan ibu dan saudari tirinya. Ditambah, Cinderella juga sempat mengobrol dengan Ibu Peri mengenai pesta dansa.

Baca Juga: Mengenal Chekhov’s Gun, Prinsip yang Bikin Film Lebih Efektif

3. Banyak juga yang tidak lolos

Melihat Keterwakilan Perempuan dalam Film lewat Tes Bechdelcuplikan film Edge of Tomorrow (dok. Warner Bros/Edge of Tomorrow)

Sayangnya, banyak juga film-film yang tidak memenuhi kriteria-kriteria dalam tes Bechdel. Walaupun punya karakter utama perempuan yang kuat dan menginspirasi, kurangnya jumlah perempuan bernama dalam Edge of Tomorrow (2014) menjadi penyebab film itu tidak lolos tes bechdel.

Avatar (2009) juga memiliki nasib yang sama. Neytiri pernah terlihat berbicara dengan karakter perempuan lain yaitu ibunya. Namun, percakapan mereka hanya membahas tentang Jake.

Tentu saja film-film yang keseluruhan karakternya adalah laki-laki tidak bisa memenuhi kriteria tes Bechdel. Beberapa contoh film klasik yang tidak lolos adalah 12 Angry Men (1957) dan Saving Private Ryan (1998).

4. Cukup kontroversial

Melihat Keterwakilan Perempuan dalam Film lewat Tes Bechdelilustrasi orang menonton film (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Banyak orang yang senang dengan kehadiran tes Bechdel. Mereka berpendapat tes ini bisa mendorong lebih banyak film untuk menampilkan karakter perempuan.

Namun, banyak juga yang berpendapat bahwa tes bechdel tidak bisa dianggap serius. Menurut mereka, tes ini tidak bisa dijadikan patokan akan apakah sebuah film sudah menunjukkan representasi perempuan dengan baik atau belum. Pendapat itu dibuktikan dengan lolosnya film Cinderella dan gagalnya film Edge of Tomorrow serta Avatar.

Terlepas dari perdebatan yang ada, semua sepakat bahwa tes bechdel bisa memberikan gambaran keterwakilan perempuan dalam dunia perfilman. Apa menurutmu tentang tes ini? Apakah film kesukaanmu sudah lolos tes bechdel?

Baca Juga: Kalis Mardiasih soal Inang: Perempuan Kuat di tengah Penindasan

Helmi Elena Photo Community Writer Helmi Elena

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya