TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Viral, Tradisi Tilik Naik Truk Warga Dlingo Diangkat Film       

Narasikan soal hoaks dan kehidupan perempuan single

Instagram.com/visitingjogja.com

Bantul, IDN Times - Sutradara film pendek 'Tilik' Wahyu Agung Prasetyo mengatakan ide cerita film garapannya didasarkan pada kisah warga Desa Terong, Saradan, Dlingo, Bantul ketika menjenguk salah seorang kerabat atau tetangga mereka yang sakit.

Tilik yang berarti menjenguk dalam Bahasa Indonesia ini benar-benar dijalani warga di sana dengan menumpang bak truk.

"Tradisi tilik itu ada dan secara realita mereka memang naik truk," kata Agung saat ditemui bersama Produser Tilik, Elena Rosmeisara di kawasan Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Kamis (20/8/2020).

 

 

 

Baca Juga: 10 Meme Bu Tejo, Sosok Emak-emak Julid di Film Tilik yang Bikin Gemas

1. Momen refreshing emak-emak

Sutradara dan pemain film pendek Tilik IDN Times/Tunggul Damarjati

Agung menambahkan kebiasaan menjenguk kerabat atau tetangga yang sakit seperti di Film Tilik masih ada sampai saat ini. Selain truk, umumnya warga menggunakan mobil pikap atau bus.

"Tapi, mereka ini menghindari naik bus karena mayoritas mereka semua itu mabuk darat. Pinginnya (kendaraan) terbuka," ujarnya.

Bahkan, kata Agung, tilik menjadi momen bagi ibu-ibu di Desa Terong untuk melepas penat. Perjalanan biasanya diakhiri dengan mampir ke suatu lokasi. Apalagi ketika yang dijenguk berlokasi di daerah kota.

"Kota itu dianggap sebagai refreshing mereka. Tilik ini jadi momentum buat hiburan. Bahkan waktu kami observasi, mereka itu di rumah sakit cuma dua menitan, habis itu ke mana-mana," kata pria 27 tahun tersebut.

Agung dan tim dari Ravacana Film memilih rute perjalanan dari Dlingo sampai PKU Gamping di Film Tilik sebagai penggambaran transisi dari desa ke kota. Termasuk, soal ikatan kekerabatan ala masyarakat pedesaan yang rela bepergian jauh buat menengok tetangga.

2. Awal mula munculnya ide

Sutradara dan pemain film pendek Tilik. IDN Times/Tunggul Damarjati

Agung berkisah ide film Tilik ini muncul dari sang penulis naskah, Bagus Sumartono sewaktu mengobrol dengannya di suatu angkringan pada 2016 lalu.

"Mas Bagus cerita, aku tadi lihat ibu-ibu tilik di RS Muhammadiyah Kota (Yogykarta). Tapi cuma sebentar, habis itu cepat-cepat terus ke Malioboro," kata alumnus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu.

Ternyata, cerita dari Bagus tadi lumayan membuat Agung penasaran dan gelisah. Ia mulai mengeksplorasi ide-ide dari kegiatan jenguk-menjenguk tersebut.

"Menurutku seksi waktu itu dan aku anggap unik untuk diangkat ke medium film," katanya.

3. Narasikan soal hoaks dan kehidupan perempuan single

Sutradara dan pemain film pendek Tilik. IDN Times/Tunggul Damarjati

Agung menyatakan sebenarnya film ini dibuat dengan misi utama menarasikan berita sesat alias hoaks. Di mana pada 2018 lalu berita-berita hoaks santer beredar menjelang Pilpres setahun berikutnya.

"Banyak desa-desa jadi sasaran black campaign. Berita tidak ada validasinya, di-share mentah-mentah," kata Agung.

Selain itu, Agung juga ingin mengangkat apa yang jadi nafas kekaryaannya selama ini. Yakni, kehidupan tentang perempuan yang jadi orang tua tunggal.

"Aku, Elen, Mas Bagus punya kesamaan memiliki ibu seorang janda dan berstatus single. Berangkat dari itulah kita merasa ini harus jadi film yang menarasikan itu, ibunya digunjingkan dirasani karena status single itu," katanya.

"Kami ingin menunjukkan peran perempuan yang bisa membuat keputusan, tanpa embel-embel laki-laki," ujar dia.

3. Panas-panasan di bulan puasa

Cuplikan film pendek Tilik / Youtube Film Pendek Tilik

Pada tahun 2018, ia memantabkan niatnya bersama Elena untuk membuat film dari kisah Bagus tadi. Karena terkendala budget, mereka mencoba mengajukan proposal ke Dinas Kebudayaan DIY untuk merealisasikan ide mereka lewat program Dana Keistimewaan (Danais).

Sekitar Bulan Maret, proposal mereka lolos proses seleksi dan kurasi. Setelahnya proses pitching, menggodok naskah dan memulai proses produksi selama 7 bulan ke depan.

Produksi sarat akan tantangan. Di samping proses pengambilan gambar yang dilakukan di atas kendaraan berjalan, ternyata syuting bertepatan dengan bulan ramadan.

Otomatis, pemeran utama serta ekstra, juga kru saat itu menjalankan ibadah puasa.

"Syuting di atas truk panas-panasan itu puasa. Ya walaupun ada kru yang nggak. Tapi, kita salut sama mereka semua, itu empat hari berturut-turut," kata Elen.

"Pemeran tidak punya waktu untuk ngobrol, fokus menjaga keseimbangan. Kami meng-combine antara pergunjingan di atas dan bawah truk," ujar rekan satu angkatan Agung di UMY tersebut.

Hanya saja, diakui Elen, apa yang ditampilkan di Film Tilik agak berbeda dari realita kehidupan sekarang. Situasi kendaraan bak terbuka mengangkut orang dan melintas antar kabupaten/kota tidak memungkinkan karena terbentur regulasi sebagaimana diatur dalam diatur dalam dalam Pasal 137 ayat (4) UU LLAJ.

Pada bulan September, proses produksi film Tilik pun akhirnya rampung.

4. Durasi asli 42 menit

https://www.youtube.com/watch?v=GAyvgz8_zV8

Kala itu, film selesai dengan durasi 42 menit. Akan tetapi, pada akhirnya dipadatkan, dipotong sana-sini demi memenuhi kualifikasi sederet festival film.

Mayoritas festival menetapkan standar maksimal 15-25 menit saja.

"Ya karena terkendala durasi, isu yang tak masuk ke tema festival (adegan dipotong), hanya tiga (festival) yang lolos. Tapi, dengan menjaga konsistensi tetap utuh akhirnya berbuah," jelas Elen.

Film Tilik alhasil mampu memenangi Piala Maya 2018 Kategori Film Pendek, masuk nominasi Jogja-Netpac Asian Film Festival 2018 dan World Cinema Amsterdam 2018.

"Menang di festival itu bonus ya, tapi kami nggak mau klise karena tetap ada harapan untuk akhirnya menang," ucap Elen.

Baca Juga: 5 Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Film Pendek ‘Tilik’, Sarat Makna!

Berita Terkini Lainnya