TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Alasan Mengapa Film Oppenheimer adalah Sebuah Masterpiece

Apakah lebih bagus dari Barbie?

Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Sebagai film terbaru Christopher Nolan, Oppenheimer (2023) telah menyedot banyak perhatian publik. Terlebih karena dirilis bersamaan dengan film Barbie (2023), menciptakan "Barbenheimer," dan akhirnya menjadi sebuah fenomena global.

Namun terlepas dari perdebatan soal film mana yang lebih pantas ditonton, ada fakta yang tidak dapat dimungkiri: Oppenheimer adalah salah satu atau bahkan satu-satunya masterpiece di era modern. Jika belum yakin, mari simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!

1. Dibintangi oleh deretan aktor "A-class" Hollywood

Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Christopher Nolan adalah salah salah satu dari segelintir "auteur" kontemporer yang mampu menarik para aktor kelas kakap Hollywood ke dalam proyeknya. Bahkan, meski aktor tersebut hanya muncul sekilas di dalam film Nolan.

Khusus dalam Oppenheimer, Nolan berhasil mengumpulkan aktor "A-class" dan entah bagaimana memberi mereka semua kesempatan untuk bersinar. Mulai dari Cillian Murphy yang menjadi "Bapak Bom Atom", Robert Downey Jr. yang menjadi archenemy-nya, hingga Gary Oldman yang bikin pangling dengan perannya sebagai Presiden Harry S Truman.

List aktor Oppenheimer: Cillian Murphy, Robert Downey Jr., Matt Damon, Emily Blunt, Rami Malek, Florence Pugh, Jack Quaid, Josh Harnett, Dane DeHaan, Kenneth Branagh, Casey Affleck, dan Gary Oldman.

2. Menampilkan akting luar biasa dari Cillian Murphy

Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Nolan-head mungkin sudah hapal dengan Cillian Murphy, berkat kemunculannya di trilogi Batman (2005-2012), Inception (2010), dan Dunkirk (2017). Namun sebelumnya, ia hanya menjadi aktor sampingan saja. Kali ini, Cillian mengambil semua sorotan ke arahnya.

Sebagai J Robert Oppenheimer, Cillian berhasil menggambarkan kegelisahan dan gejolak batin sang bapak bom atom. Dengan topi dan pipa rokoknya yang ikonik, ia berhasil menangkap semua kontradiksi dari sosok pria yang brilian tapi tersiksa ini.

Peter Bradshaw dari The Guardian bahkan memujinya sebagai "Penampilan yang menggambarkan kesendirian dan penyesalan Oppenheimer." Bukan kejutan kalau bintang Peaky Blinders ini akan dinominasikan di berbagai penghargaan bergengsi tahun depan.

3. Diadaptasi dari sumber yang kuat

Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Ketika bicara soal film Nolan, kata "medioker" bukanlah sesuatu yang ada di dalamnya. Namun terkadang, film-filmnya terkesan terlalu ambisius dan kompleks. Salah satu contohnya adalah Tenet (2023), yang sayangnya harus loyo di box-office era pandemi.

Namun dalam Oppenheimer, Nolan mengesampingkan semua hal itu dan berfokus pada sumber yang kuat. Ia memakai "American Prometheus," sebuah buku biografi pemenang Penghargaan Pulitzer setebal 700 halaman. 

Tak ayal kalau film terbaru Christopher Nolan ini mencakup banyak landasan sejarah. Mulai dari karier awal Oppenheimer sebagai fisikawan muda di Cambridge, pernikahannya dengan Kitty Vissering, peran kuncinya dalam Proyek Manhattan, hingga penghinaan publik yang dideritanya selama era McCarthy. 

Baca Juga: 7 Film Box Office Paling Overrated Sepanjang Masa, Kok Bisa?

4. Film terbaik Christopher Nolan dalam 10 tahun terakhir

Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Di awal dekade 2000-an, Nolan menetaskan beberapa magnum-opus sekaligus, seperti Memento (2000), The Dark Knight (2008), dan Inception (2010). Ketiga film tersebut masih segar dalam ingatan sinefil. Namun di dekade 2010-an, filmnya yang paling diingat mungkin hanya Interstellar (2012).

Jadi bukanlah sebuah hal yang berlebihan jika para kritikus dan pecinta film menyebut Oppenheimer sebagai film terbaiknya selama satu dekade terakhir. Menjadi puncak estetika dalam permadani agungnya, film ini berhasil menangkap visi sinematiknya dengan jelas.

Lewat majalah Wired, The Bulletin dan The New York Times, Nolan mengaku kalau Oppenheimer adalah karakter favoritnya. Saat membaca American Prometheus, Nolan menyadari kalau Oppenheimer adalah karakter yang penuh ambigu dan paradoks, sehingga membuatnya yakin untuk membuat film biopik ini.

5. Memberikan pelajaran moral dan sejarah

Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Mengisahkan perjalanan hidup sang bapak atom, jelas sekali kalau Oppenheimer adalah sebuah film yang memberikan kita pelajaran moral. Setidaknya, kita jadi tahu pergulatan batinnya karena telah menciptakan senjata pemusnah massal, yang menghantui dirinya hingga akhir hayatnya. 

Merangkul banyak lapisan dan kontradiksi dari apa yang disebut "benar" dan "salah," film ini layaknya sebuah tes. Pada akhirnya, kitalah yang harus menarik kesimpulan sendiri. Oppenheimer juga memberikan banyak pelajaran sejarah dan politik, terutama tentang bagaimana Perang Dunia II berakhir sehingga Indonesia bisa merdeka pada 17 Agustus 1945.

6. Mengundang perdebatan dan diskusi

Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Sebuah karya yang bagus pasti memicu banyak diskusi sekaligus perdebatan. Oppenheimer tak terkecuali. Apakah fisikawan Yahudi itu adalah bentuk dari keangkuhan manusia? Apakah ia melambangkan kekejaman Amerika atau umat manusia? Pada akhirnya, film ini melahirkan banyak pertanyaan.

Selain itu, Oppenheimer juga memberikan kita sebuah pelajaran berharga yang akan terus relevan sampai kapan pun. Ancaman nuklir dari negara adidaya seperti Amerika Serikat menjadi hal yang akan terus dibahas. Intinya, bagaimana kita mencegah Perang Nuklir untuk memastikan kelangsungan hidup manusia di bumi.

Baca Juga: Mengenal Jenis-Jenis Poster Film, Unik dan Menarik

Verified Writer

Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya