28 Tahun Jikustik, Jadi Band Legendaris Lintas Generasi
28 Years of Jikustik-Timeless Tunes, Endless Memories
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times - Band legendaris asal Yogyakarta, Jikustik, akan merayakan usia ke-28 tahun pada Senin (26/2/2024) mendatang. Menyambut usia ke-28 tahun tersebut, Jikustik akan menggelar 28 Years of Jikustik - Timeless Tunes, Endless Memories di Hotel FortunaGrande Seturan, Yogyakarta, Senin (26/2/2024).
Jikustik menjadi band asli Yogyakarta yang berjuang keras untuk menyajikan karyanya bagi para penggemar musik. Selama 28 tahun perjalanan, Jikustik tidak hanya melintasi berbagai generasi, tetapi juga menghadapi berbagai perubahan dalam industri musik. Perjalanan ini mencakup bagaimana pendengar musik menikmati karya musik, mulai dari era pita kaset hingga era TikTok yang memunculkan generasi baru penggemar musik.
1. Jikustik band lintas generasi
Hingga usia ke-28 tahun, karya-karya Jikustik tidak hanya dinikmati oleh pendengar musik yang hidup dan tumbuh pada awal-awal kehadiran Jikustik dalam industri musik Indonesia. Bahkan, beberapa karya Jikustik masih relevan bagi pendengar dan penggemar musik yang usianya bahkan setengah dari usia Jikustik.
Kehadiran Jikustik yang bisa masuk di semua kalangan usia tersebut terbukti dengan beberapa karya Jikustik yang viral di TikTok, salah satu platform media sosial yang banyak digunakan oleh generasi Z.
"Sejujurnya, Jikustik tidak menggunakan strategi musik atau pemasaran tertentu untuk tetap relevan dengan penggemar musik. Kami hanya berkarya sesuai dengan keinginan kami," ujar pemain gitar Jikustik, Ardi Nurdin, Sabtu (17/2/2024).
Menjelang tiga dasawarsa, Jikustik telah menjadi salah satu band Indonesia angkatan 90-an yang terus berkarya dengan puluhan karya yang dapat dinikmati di berbagai platform musik digital oleh pendengar musik dari seluruh Indonesia dan dunia.
"Salah satu pelajaran yang kami dapatkan dari perjalanan kami selama 28 tahun bermusik adalah menyadari bahwa musik tidak seharusnya membatasi generasi mana yang menikmatinya. Menjelang tiga dasawarsa Jikustik, kami bermusik dan berkarya bagi siapapun yang merasa musik adalah bagian dari hidup mereka," kata penabuh drum dari Jikustik, Carlo.