Sejarah Kedaton Ambarrukmo, Diisukan Jadi Venue Nikahan Kaesang-Erina
Cagar budaya perpaduan gaya Belanda dan Jawa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada Minggu (16/10/2022), Jokowi beserta jajarannya mengunjungi Kedaton Ambarrukmo. Santer dikabarkan bahwa Jokowi yang datang ke tempat yang terletak di antara Hotel Ambarrukmo dan Plaza Ambarukkmo tersebut sebagai bagian peninjauan venue untuk pernikahan sang anak bungsu, Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono, salah satu finalis Putri Indonesia 2022.
Termasuk cagar budaya, Kedaton Ambarrukmo tak cuma sekali dua kali digunakan untuk pesta pernikahan sampai venue berbagai acara. Kedaton Ambarrukmo terbagi atas tiga wilayah yaitu Pendopo Agung, Museum Ambarrukmo, dan Bale Kambang. Berikut sejarah singkat Kedaton Ambarrukmo yang juga menjadi saksi bisu hari Kemerdekaan Indonesia tersebut.
Baca Juga: Sejarah dan Mitos Taman Sari, Tempat Wisata Keraton Yogyakarta
1. Pendopo Agung yang penuh filosofi
Dilansir laman Royal Ambarrukmo, Pendopo Agung dibangun pada tahun 1857 oleh Sultan Hamengku Buwono VI. Sebelum menjadi tempat menampilkan arsitektur Jawa autentik dari abad ke-18 dan karya seni dari tahun 1964-an, pendopo tersebut juga pernah menjadi tempat beristirahat keluarga kerajaan dan kediaman resmi Sultan Hamengku Buwono VII setelah beliau turun takhta.
Sejak pertama berdiri, Pendopo Agung belum mengalami perubahan bentuk. Bentuk dasarnya adalah 'Joglo Sinom' dengan ukuran 32 x 32,4 meter dan mengarah ke selatan. Sementara atapnya ditopang oleh 36 tiang yang memiliki tiga jenis yaitu 4 Saka Guru atau saka utama, 12 Saka Penanggap yang merupakan pilar pembantu, dan 20 Saka Penitih atau pilar pendukung.
Pilar-pilar tersebut dihiasi dengan berbagai ukiran seperti Saton, Mirong, Wajikan, dan Praba. Masing-masing pilar diletakkan di atau 'umpak' atau dasar batu yang diukir dengan kaligrafi Arab. Pendapa memiliki lantai yang lebih tinggi daripada bangunan di sekitarnya karena memiliki makna menghargai kepada setiap tamu yang datang. Sementara bangunan yang tanpa dinding tersebut bermakna raja yang terbuka pada rakyat.
Baca Juga: Digelar 16 September, Inilah Sejarah Sekaten yang Perlu Diketahui