5 Tips Jalani Isolasi Mandiri dari Dokter RSA UGM

Buat yang sedang isoman, semoga lekas membaik, ya!

Sleman, IDN Times - Lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia turut membuat ketersediaan kamar perawatan di rumah sakit, oksigen, maupun obat-obatan jadi cukup mengkhawatirkan. Kondisi tersebut membuat mereka yang bergejala COVID-19 ringan hingga sedang harus melakukan isolasi mandiri (isoman).

Dokter Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM), Fithri Islamiyah, mengungkapkan ketika seseorang hendak melakukan isoman, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Hal ini untuk mengantisipasi kondisi memburuk yang menyebabkan seseorang terlambat mendapatkan penanganan.

“Hal yang sering terjadi, banyak pasien yang terlambat datang ke rumah sakit. Artinya, mereka sudah terkonfirmasi positif COVID-19 pada beberapa hari yang lalu namun baru datang ke rumah sakit setelah mengalami gejala berat,” ungkapnya pada Rabu (14/7/2021).

Baca Juga: 5 Cara Menjaga Kondisi Mental saat Menjalani Isolasi Mandiri

1. Konsultasi dengan petugas medis

5 Tips Jalani Isolasi Mandiri dari Dokter RSA UGMIlustrasi isolasi mandiri (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Hal pertama yang harus dilakukan yakni melakukan konsultasi dengan petugas medis. Konsultasi ini memiliki tujuan agar seseorang bisa mengetahui kondisi tubuh sehingga tindakan yang diberikan akan sesuai.

Lewat konsultasi, pasien terkonfirmasi COVID-19 akan mendapatkan akses pengobatan yang dapat mendukung kondisi tubuh. Selain itu, pihak rumah sakit dan pegawai kesehatan akan memberikan informasi dan arahan yang tepat ketika melakukan isolasi mandiri.

Fithri menjelaskan, yang penting dan perlu diingat bahwa COVID-19 menyerang sistem informasi antarorgan sehingga sering terjadi happy hypoxia yang menyebabkan tubuh terasa sehat, namun sebenarnya sistem organ tubuh sudah tidak berfungsi dengan baik.

“Masih banyak ditemukan pasien COVID-19 justru takut untuk konsultasi ke rumah sakit,” katanya.

2. Beritahu orang yang sempat kontak erat

5 Tips Jalani Isolasi Mandiri dari Dokter RSA UGMPexels.com/cottonbro

Lalu, ketika seseorang sudah mengetahui dirinya positif COVID-19, maka dirinya harus mengabari dan memberitahu kepada orang-orang sekitar yang sempat melakukan kontak erat. Hal ini untuk menghindari penularan yang lebih lanjut.

“Jangan takut untuk mengabari kalau kita COVID-19,” jelasnya.

Baca Juga: Soal Proning, Dokter RSA UGM: Pasien Sesak Napas Tetap Butuh Oksigen

3. Pastikan kondisi tubuh secara rutin

5 Tips Jalani Isolasi Mandiri dari Dokter RSA UGMpexels.com/Polina Tankilevitch

Menurutnya, saat melakukan isolasi mandiri kondisi tubuh akan sangat fluktuatif. Sehingga pasien harus waspada terhadap kondisi tubuh dan melakukan self assessment secara rutin setiap pagi dan sore. Self assessment ini berupa pencatatan kadar oksigen, suhu tubuh, dan evaluasi gejala yang dialami.

"Tindakan ini juga dapat menjadi langkah preventif yang dapat membantu dokter memberikan tindakan ketika kondisi tubuh menurun dan diharuskan ke rumah sakit," terangnya

4. Kabari orang secara rutin

5 Tips Jalani Isolasi Mandiri dari Dokter RSA UGMpixabay.com/kaboompics

Lalu, hal lain yang tidak boleh dilupakan saat pasien COVID-19 menjalani isoman, apalagi jika dirinya merupakan perantau adalah rutin mengabari orang lain. Fithri mengatakan, hal ini penting karena ketika terjadi hal yang tidak diinginkan, maka akan segera diketahui.

"Harus ada rekan, keluarga atau bisa juga atasan yang bisa dikabari secara rutin, semisal jam 8 pagi dan 8 malam, selalu di jam itu. Sehingga ketika terjadi sesuatu ada orang yang nyadar," terangnya.

5. Perhatikan asupan makanan dan energi

5 Tips Jalani Isolasi Mandiri dari Dokter RSA UGMilustrasi pola makan sehat (IDN Times/Mardya Shakti)

Selanjutnya, yang tidak boleh dilupakan adalah perhatikan asupan makanan. Jangan sampai ketika sedang merasakan kondisi lidah terasa pahit ataupun sedang tidak berselera makan, hal tersebut membuat seseorang enggan untuk makan.

Lalu, sebisa mungkin seseorang juga menjaga energinya dan tidak terlalu capek. Karena pasien COVID-19 terkadang kondisi tubuhnya akan sangat fluktuatif.

"Asupan makanan diperhatikan. Kita dipermudah dengan adanya platform online yang bisa delivery makanan. Laku, selama 14 hari dihemat betul energinya. Karena kadang pasien saya, jalan sedikit itu bisa ngos-ngosan," paparnya.

Baca Juga: Air Purifier Bisa Mengurangi Virus Corona di Udara, Ini Penjelasannya

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya