Hari Penglihatan Sedunia, Yuk Ketahui Seputar Penyakit Kebutaan Mata!

Penting deteksi kelainan mata sejak dini

Sleman, IDN Times – Hari Kamis (10/10) bertepatan dengan peringatan Hari Penglihatan Sedunia alias World Sight Day ke-31. Tapi, hari jadinya bukan 10 Oktober, lho. Tepatnya diperingati setiap hari Kamis pada pekan kedua bulan Oktober. Unik ya cara menandainya.

Hari Penglihatan Dunia yang dicanangkan sejak 1988 oleh Lions Club International menyoroti tingkat kebutaan manusia yang terus meningkat saban tahun. Sebab, ada sejumlah penyakit yang menyebabkan kebutaan jika diabaikan.

“Kebutaan dapat menurunkan kualitas hidup dari 1 menjadi 0,47 persen,” kata Ketua Bank Mata Yogyakarta Profesor Suhardjo dalam temu media di Ruang Administrasi Gedung Bundar Rumah Sakit Umum Pusat Sardjito di Sleman, Rabu (9/10).

Pihak RSUP Sardjito akan menggelar sejumlah acara untuk memperingati Hari Penglihatan Sedunia pada 13 Oktober 2019 mendatang dengan tema “Vision First” melalui Sardjito Eye Center yang telah diluncurkan pada 17 Agustus 2019 lalu. Termasuk sejumlah pemeriksaan mata secara gratis untuk mendeteksi kelainan mata dan kebutaan mata.

Yuk, kita kenali satu per satu penyakit-penyakit mata yang paling banyak menyebabkan kebutaan!

1. Kebutaan katarak

Hari Penglihatan Sedunia, Yuk Ketahui Seputar Penyakit Kebutaan Mata!allaboutvision.com

Penyakit katarak merupakan kasus penyakit mata terbanyak yang menyebabkan kebutaan di Indonesia. Umumnya diderita manusia lanjut usia.

“Biasanya, usia 70-an tahun. Tapi di Indonesia, usia 60-an tahun sudah banyak yang katarak,” kata Suhardjo.

Penanganannya dilakukan dengan operasi. Menurut Ketua Panitia Peringatan Hari Penglihatan Sedunia RSUP Sardjito, dokter spesialis mata Firman Setya Wardhana, operasi katarak sudah bisa dilakukan di rumah sakit daerah dengan biaya ditanggung BPJS Kesehatan. Pasien tak perlu datang ke rumah sakit besar.

“Dan sifat katarak itu reversible. Artinya, setelah dioperasi, pasien bisa melihat kembali,” kata Firman.

2. Kebutaan glaukoma

Hari Penglihatan Sedunia, Yuk Ketahui Seputar Penyakit Kebutaan Mata!medicalnewstoday.com

Berdasarkan riset yang dicatat Suhardjo, sebanyak lima persen penduduk dewasa adalah penderita glaukoma. Penyakit yang merupakan kondisi rusaknya saraf optik mata sering disebut pencuri penglihatan karena tak banyak pasien yang mengenali atau merasakan gejalanya.

Bahkan, 50 persen penderita glaukoma di negara maju tak terdiagnosis dan 90 persen penderita di negara berkembang. Pada 2020 diperkirakan jumlah penderita glaukoma di dunia mencapai 80 juta dengan tiga juta orang yang mengalami kebutaan. Sering kali pasien datang dalam kondisi sudah parah sehingga tak bisa ditolong kembali.

“Sifatnya irreversible. Artinya kebutaan yang tak bisa disembuhkan,” kata Firman.

Firman maupun Suhardjo pun meminta masyarakat untuk tidak mempercayai iklan yang menyebutkan ada kacamata yang bisa menyembuhkan glaukoma.

“Ada iklan yang memberi iming-iming kalau pakai kacamata itu bisa sembuh dan melihat lagi. Itu tidak benar,” kata Suhardjo.

Meski demikian, kebutaan akibat glaukoma bisa dicegah jika pasien lebih awal datang memeriksakan diri. Upaya yang dilakukan dokter adalah mengendalikan agresivitas glaukoma agar tidak merusak saraf optik mata. Pemeriksaan pun harus rutin dilakukan, termasuk terhadap keluarga penderita glaukoma karena sifanya yang genetik atau keturunan.

“Kalau tidak ada tindak lanjut, kontrol terputus, kondisi glaukoma makin berat sehingga menyebabkan kebutaan,” kata Firman.

Baca Juga: Kenali 5 Gejala Penyakit Glaukoma, Penyebab Kebutaan Nomor Dua

3. Kebutaan refraksi

Hari Penglihatan Sedunia, Yuk Ketahui Seputar Penyakit Kebutaan Mata!kidstradingcompany.ca

Biasanya dialami oleh anak-anak yang disebut rabun jauh atau miopi. Langkah yang diupayakan adalah melakukan deteksi dini gangguan refraksi mata pada anak. Sifat kelainan mata ini adalah reversible.

“Kalau tak pakai kacamata enggak bisa melihat,” kata Firman.

Dalam peringatan Hari Penglihatan Sedunia ke-31 yang diperingati di RSUP Sardjito pada 13 Oktober 2019 mendatang, salah satu kegiatannya adalah melakukan pemeriksaan gangguan refraksi mata pada anak-anak di tujuh sekolah dasar untuk dasar pengukuran kacamata yang tepat bagi mereka. Mereka adalah anak-anak sekolah dasar yang telah melalui screening dan dipastikan mengalami gangguan refraksi.

“Jadi guru-gurunya telah dilatih untuk mendeteksi gangguan dini pada mata anak,” kata Firman.

4. Kebutaan kornea

Hari Penglihatan Sedunia, Yuk Ketahui Seputar Penyakit Kebutaan Mata!drbusso.com

Biasanya dialami pada pasien yang mempunyai kelainan kornea. Upaya yang dilakukan adalah melalui operasi cangkok mata. Meskipun sifatnya reversible, tapi tidak 100 persen cangkok mata itu berhasil. Sebabnya, ada kornea mata donor yang tak bisa diterima kondisi mata pasien.

“Ada pasien saya yang sampai tujuh kali operasi cangkok mata,” kata Suhardjo.

Kendala lainnya adalah masih minimnya jumlah pendonor kornea mata di Indonesia. Lantaran adanya budaya yang menabukan pengambilan kornea mata dari jenazah untuk didonorkan. Kondisi yang sama juga dialami di Malaysia.

“Kalau jumlah calon pendonor kornea di Bank Mata Yogyakarta ada dua ribuan. Tapi kan harus menunggu kalau sudah meninggal dunia,” kata Suhardjo.

Sementara cost service atau biaya pemrosesan kornea mata senilai Rp6-39 juta belum ditanggung asuransi kesehatan.

5. Kebutaan retina

Hari Penglihatan Sedunia, Yuk Ketahui Seputar Penyakit Kebutaan Mata!thesnowboots.com

Salah satu penyebab kebutaan retina adalah Retinopati Diabetik (RD), yaitu gangguan penglihatan akibat komplikasi mikrovaskular dari penyakit diabetes mellitus (DM) yang dapat menyebabkan kebutaan. Berdasarkan riset 2014-2015, prevalensi penderita RD di Yogyakarta mencapai 43,1 persen dan prevalensi RD yang mengancam penglihatan sebesar 26 persen. Sedangkan RD yang menyebabkan kebutaan di dunia mencapai 2,6 persen.

Tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien RD adalah penyinaran laser, pemberian suntikan obat yang akan meredakan kerusakan mikrovaskular, serta operasi.

“Selain pemeriksaan mata rutin, yang terpenting adalah memperbaiki pola hidup sehat,” kata Suhardjo.

Baca Juga: Waspada, Rambut Rontok Ternyata Bisa Jadi Tanda 7 Penyakit Ini!

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya