Diagnosis Anak Autisme di Indonesia Kerap Terlambat 

Mereka didiagnosis saat usia lebih dari empat tahun

Sleman, IDN Times-Sebagian besar anak penyandang autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) menunjukkan gejala gangguan spektrum autisme sejak dini, yakni sebelum usia dua tahun.

Namun, kebanyakan diagnosis autisme dilakukan setelah anak berumur empat tahun. Padahal semakin awal diagnosis diketahui, menurut pakar kesehatan anak dr. Mei Neni Sitaresmi, bisa memberikan peluang kehidupan lebih baik bagi anak karena ia akan mendapatkan penanganan yang tepat.

"Maka penting bagi orang tua sadar akan perkembangan anak. Kalau perkembangan anak kita tidak sesuai dengan seharusnya maka segera pergi ke petugas kesehatan buat kontrol 'Apakah perkembangan anak saya normal? Apakah ada sesuatu?' Karena kalau memang ada sesuatu gangguan perkembangan bisa dilakukan intervensi dini," katanya.

1. Autisme, gangguan perkembangan otak

Diagnosis Anak Autisme di Indonesia Kerap Terlambat IDN Times/Nindias Khalika

Autisme atau Autism Spectrum Disorder merupakan gangguan perkembangan otak yang ditandai sulitnya anak untuk berinteraksi sosial dan berkomunikasi baik verbal maupun non-verbal. Selain itu, para penyandang autisme juga mengalami gangguan perilaku serta memiliki minat dan aktivitas yang terbatas juga berulang (stereotipik).

Hingga kini, penyebab seseorang terkena ASD belum diketahui. Tapi Mei Neni mengatakan ada penyebab yang bersifat multifactor yang mengakibatkan autisme, yakni kombinasi antara faktor genetik dan faktor lingkungan.

Faktor genetik yang dimaksud adalah bahwa ada peningkatan kejadian ASD pada anak laki-laki, kembar identik, atau anak yang mengalami kelainan bawaan seperti Sindrom Fragile X. Di sisi lain, faktor lingkungan yang turut berpengaruh di antaranya tuanya usia ibu saat melahirkan, infeksi pada kehamilan, dan polusi udara.

Baca Juga: Pengen Awet Muda Tanpa Ribet, Coba Teknik Pijat dari Jepang ini  

2. Penting untuk dideteksi sejak dini

Diagnosis Anak Autisme di Indonesia Kerap Terlambat emerj.com

Gejala ASD, kata Mei Neni, bervariasi dari ringan hingga berat. Hal ini menurutnya bisa dideteksi pada sebagian besar anak ketika ia berusia di bawah dua tahun. Tapi, kebanyakan dari mereka baru didiagnosis ketika berumur lebih dari empat tahun.

"Di Indonesia banyak yang didiagnosis pada usia lebih dari dua tahun. Padahal semakin kecil kita mendiagnosis semakin bisa kita lakukan tata laksana. Sehingga kualitas hidup si anak lebih baik," jelasnya pada Kamis (8/8) di Gedung Pascasarjana UGM.

Tata laksana yang ia maksud mencakup penanganan yang melibatkan dokter, psikolog, pendidik, keluarga, dan lingkungan.

"Mungkin penyandang autis seumur hidup perlu didampingi. Tata laksana bukan membuat dia normal atau sembuh tapi memperkuat potensi dia karena setiap anak autis itu punya kekuatan meski ada banyak kelemahannya," jelasnya.

3. Mencari tahu potensi anak autis

Diagnosis Anak Autisme di Indonesia Kerap Terlambat Pexels/rawpixel.com

Lebih lanjut, Mei Neni menjelaskan bahwa komunikasi merupakan hal utama yang perlu digarap untuk mengetahui potensi anak autis.

Anak autis, kata dia, saat bayi menunjukkan tanda-tanda yang mesti diperhatikan oleh orang tua.

"Bayi mau netek ibunya ini tak ada kontak mata. Jarang menangis, tidak bisa bisa bicara, tidak bisa bahasa tubuh. Saat beranjak dewasa perilakunya aneh, mainan boneka gak bisa role play. Anak juga sangat terpaku pada aktivitas tertentu," katanya.

Ia mengatakan di awal alih-alih potensi orang tua justru mesti fokus untuk mengatasi kelemahan anak dan memaklumi masalah perilaku di tahap awal. Baru setelah itu, ayah dan ibu dibantu petugas kesehatan mulai menggali potensi yang dimiliki sang buah hati.

"Harus membuat anak bisa berkomunikasi dulu dengan ibunya. Lewat tatapan mata atau gerakan agar bisa gali potensi. Di awal-awal potensi belum kelihatan, yang mendominasi kelemahan dia. Gangguan sensor, belum bisa ngomong, perilaku tantrum, itu banyak sekali. Jadi tujuannya adalah buat anak bisa komunikasi," ujarnya.

Baca Juga: 7 Penyakit Ini Ternyata Bisa Sembuh dengan Rutin Olahraga

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya