Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Nindias Khalika

Yogyakarta, IDN Times - Daisy Kurniawan menyempatkan diri untuk membeli roti di Toko Roti Jakarta setiap dua kali dalam sebulan. Rutinitas tersebut menurun dari sang ayah yang dulu kerap membawakan roti buatan toko tersebut saat dirinya masih kecil. Daisy mengaku cocok dengan rasa roti Toko Roti Jakarta. Apalagi keluarga sang suami juga senang membeli roti di situ.

“Rotinya itu walau enggak pake apa-apa, kayak plain yang enggak isi apa-apa itu sudah enak menurutku. Aku suka yang roti sobek sama yang pisang cokelat. Roti Jakarta juga pakai telur ayam kampung. Lebih mahal tapi jadi enak,” katanya.

1. Penyuka Roti Jakarta dan Djoen

IDN Times/Nindias Khalika

Perempuan berusia 26 tahun itu mengatakan bahwa sang ayah memang penyuka roti sedari dulu. Ia suka mencicipi roti dari berbagai toko, salah satunya Toko Roti Jakarta. “Papa suka sekali roti sobek. Dia suka sarapan kopi dan teh. Kebiasaan ini terus menurun ke anak-anaknya. Jadi kalau makan pagi kami bisanya makan roti atau ngemil dan minum teh atau  kopi,” terangnya.

Selain Daisy, Hary Prasojo (26) juga tipikal orang penyuka roti. Ketika kecil, ia dan orang tuanya biasa membeli roti tawar besar tanpa rasa di sebuah toko roti di tempat asalnya. Setelah dipotong-potong, roti yang kerap disebut roti balok itu kemudian disantap dengan dua cara, yakni dibakar setelah diolesi mentega atau dicelupkan ke dalam teh.

Tapi, kebiasaan itu terhenti sejak sang penjual mulai sakit-sakitan lalu memutuskan untuk tak lagi berdagang karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Jojo mengatakan bahwa dirinya terakhir menyantap roti balok saat duduk di bangku SMP.  Ketika kuliah di Yogyakarta, ia baru menemukan roti dengan bentuk dan tekstur yang sama di Toko Djoen yang terletak di Malioboro.

“Waktu itu aku sedang jalan-jalan bersama orang tua terus melihat toko roti Djoen. Yang jadi favorit memang roti balok. Rasanya polos enggak kayak roti kasur yang manis. Dibanding roti tawar lain juga beda teksturnya. Lebih enak. Jadi senang karena bisa nostalgia,” ucapnya.

2. Dibangun tahun 1920-an

Editorial Team

Tonton lebih seru di