5 Fakta Bakpia Pathok, Oleh-oleh khas Jogja yang Pantang Terlupa

Sudah ada sejak tahun 1948, lho

Mengunjungi Jogja, pantang melupakan bakpia pathok sebagai buah tangan. Camilan bulat nan manis khas Jogja ini sangat mudah ditemukan di setiap sudut kota. Merek dan varian rasanya juga banyak, lho.

Selain terkenal akan rasanya yang enak, harga bakpia pathok juga cukup terjangkau di kantong wisatawan. Jadi makanan legendaris sejak 1948, ini beberapa fakta bakpia pathok khas Jogja yang perlu kamu tahu!

1. Pembuatan bakpia pathok masih tradisional

5 Fakta Bakpia Pathok, Oleh-oleh khas Jogja yang Pantang TerlupaIDN Times/Nindias Khalika

Bakpia pathok merupakan oleh-oleh khas Jogja yang berbentuk bulat dan bertekstur lembut. Isiannya beragam mulai kacang hijau, keju, cokelat, hingga greentea. Termasuk ke dalam jenis kue basah, bakpia pathok bisa bertahan sekitar 1 minggu dalam suhu ruang.

Hal ini karena bakpia pathok dibuat tanpa pengawet dan masih menggunakan cara tradisional dalam proses pembuatannya. Dilansir Trans7, pembuatan bakpia pathok, masih menggunakan alat-alat tradisional untuk memanggang maupun memasak isiannya/kumbu. Alat tersebut berupa tungku api kayu dan teflon khusus yang masih setia digunakan hingga kini. 

Baca Juga: 4 Pabrik Bakpia di Jogja yang Bisa Kamu Kunjungi

2. Sejarah pembuatan bakpia pathok khas Jogja

5 Fakta Bakpia Pathok, Oleh-oleh khas Jogja yang Pantang TerlupaIlustrasi bakpia pathuk (instagram.com/bakpia91)

Meski dikenal berasal dari Jogja, bakpia pathuk ternyata hasil akulturasi dari makanan Tiongkok. Dilansir dari Net. Yogyakarta, nama bakpia berasal dari kata bak artinya daging dan pia artinya kue. Sedangkan dalam bahasa Tiongkok kue kacang hijau bernama tou luk pia. 

Sedangkan bakpia pathok memiliki rasa manis karena isiannya yang berupa tumbukan kacang hijau. Camilan ini merupakan hasil modifikasi dari seorang warga Tiongkok yang datang ke Jogja.

3. Nama pathok diambil dari nama jalan tempat pembuatan bakpia

5 Fakta Bakpia Pathok, Oleh-oleh khas Jogja yang Pantang TerlupaBakpia patuk (instagram.com/bakpiapatuk75)

Bakpia pertama kali dikenalkan seorang warga Tionghoa asli yang tinggal di Kampung Patuk. Setiap hari ia membuat bakpia berisi daging dan berkeliling menjajakkannya. Namun beberapa kali ditolak karena rasa dan bahan kuenya yang kurang cocok dilidah orang Jogja. Akhirnya dia mengganti daging dengan tumbukan kacang hijau manis gurih di dalamnya. 

Akhirnya kue ini mulai diterima, dan dikenal dengan nama bakpia pathok. Nama pathok diambil dari jalan kampung, di mana bakpia tersebut berasal. Meski nama jalan tersebut sudah berubah menjadi Jalan KS Tubun.

4. Angka pada merek dagang bakpia pathok diambil dari nomor rumah pembuatnya

5 Fakta Bakpia Pathok, Oleh-oleh khas Jogja yang Pantang TerlupaBakpia pathuk (instagram.com/mak_leny)

Setelah tahun 1980, industri pembuatan bakpia pathok Jogja semakin berkembang, karena semakin banyaknya permintaan. Ada dua bakpia pathok yang terkenal sebagai pelopor dan cukup legendaris di Jogja, yaitu Bakpia Pathok 75 dan 25. 

Kedua industri bakpia pathok tersebut menggunakan nomor rumah sebagai merek dagang mereka. Selain kedua produsen tersebut, ada banyak pembuat bakpia Jogja yang juga mengadopsi hal tersebut yaitu menggunakan nomor rumah sebagai merek dagang.

5. Kerja sama produsen bakpia dan penarik becak

5 Fakta Bakpia Pathok, Oleh-oleh khas Jogja yang Pantang TerlupaIlustrasi memanggang bakpia (instagram.com/kikyfauzy.id))

Berkembangnya industri pembuatan bakpia pathuk di Jogja juga memberi berkah tersendiri bagi penarik becak yang ada di sana.

Menurut Prilaningsih, Utomo, dan Yusdita dalam jurnal Praktik Bagi Hasil antara Penarik Becak dengan Penjual Bakpia Pathok (2020), penarik becak tradisional diajak ikut serta untuk terlibat memasarkan oleh-oleh khas Jogja ini. Mereka mengantarkan para wisatawan yang ingin membeli oleh-oleh untuk berkunjung ke gerai bakpia pathok tertentu. Setiap satu dus bakpia yang dibeli pelanggan, penarik becak akan mendapatkan komisi. 

Hal ini cukup membantu para tukang becak mendapatkan pendapatan tambahan untuk menutup kebutuhan sehari-harinya. Selain itu, pemilik usaha bakpia juga kerap membagikan bingkisan atau THR kepada para pengayuh kendaraan beroda tiga tersebut.

Sebuah simbiosis menguntungkan yang berdampak baik pada setiap kehidupan masyarakat Jogja. Hal ini juga merupakan cara tak langsung penjual  mengajak masyarakat Jogja untuk melestarikan bakpia pathok sebagai oleh-oleh khas Kota Gudeg lewat penarik becak. 

Meski banyak oleh-oleh kekinian yang ada saat ini, bakpia pathok memiliki tempat tersendiri di hati wisatawan maupun masyarakat Jogja. Sehingga kehadirannya tak pernah terganti dan tak pernah absen masuk lis oleh-oleh saat ke Jogja. 

Baca Juga: Menengok Usaha Rumahan Bakpia, Oleh-oleh Khas Yogyakarta

Natasha Wiyanti Photo Community Writer Natasha Wiyanti

I'm still beginner of everything

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya