Diangkat Netflix, Mbah Satinem: Ada yang Mengajak Foto Bareng

Lupis tradisional buatannya kini semakin ngetop

Yogyakarta, IDN Times - Hari masih menunjukkan pukul 6 pagi. Namun, di salah satu sudut persimpangan Jalan Pangeran Diponegoro dan Jalan Bumijo, Kota Yogyakarta, orang-orang tampak mengerumuni seorang pedagang jajanan tradisional. Dialah Mbah Satinem, penjaja lupis yang melegenda di Yogyakarta. 

Untuk menikmati kudapan legendaris ini, pembeli harus sabar mengantre sejak pagi. Jika kesiangan, maka bisa dipastikan mereka akan pulang dengan tangan hampa. Sebab, dagangan Mbah Satinem biasanya sudah habis pada pukul 07.30.

Nama Mbah Satinem kian terkenal ketika lupis dagangannya diulas dalam salah satu episode Street Food, serial dokumenter Netflix yang tayang perdana sejak 26 April lalu. Tak hanya mengulas lupisnya yang sangat dicari, serial ini juga mengangkat kisah menyentuh dari Mbah Satiyem sendiri.

Lantas, apa yang dirasakan Mbah Satinem ketika jajanannya kini dikenal dunia?

1. Ada penonton Netflix yang datang untuk memuaskan rasa penasaran

Diangkat Netflix, Mbah Satinem: Ada yang Mengajak Foto BarengNetflix

Kisah Mbah Satinem kini sudah disaksikan oleh para pemirsa Netflix di seluruh dunia. Penjaja lupis yang sudah berjualan sejak tahun 1963 ini mengaku senang, karena namanya kian terkenal.

Mbah Satinem bercerita, ada beberapa pelanggan baru yang mengetahui lupis dagangannya dari acara Street Food di Netflix.

"Dua hari yang lalu ada yang belum pernah datang ke tempat Mbah, kemudian tiba-tiba datang, katanya tahu Mbah dari nonton Netflix," tutur Mbah Satinem.

2. Dagangan kian laris, hingga diajak selfie

Diangkat Netflix, Mbah Satinem: Ada yang Mengajak Foto BarengNetflix

Menurut Mbah Satinem, ada sejumlah pelanggan baru yang sebelumnya belum tahu lokasi ia berjualan. Maka, tak heran bila antrean untuk menikmati kudapan tradisional ini juga semakin mengular.

"Ada banyak pembeli baru yang jadi tahu tempat Mbah berjualan. Ada juga yang mengajak foto bareng dengan Mbah," ujarnya.

Saking ramainya pembeli, dagangan Mbah Satinem kerap ludes sebelum pukul 8 pagi. Kendati demikian, Mbah Satinem mengaku tidak ingin menambah karyawan. Dia biasa berjualan didampingi anak keduanya, Mukinem.

"Mbah tidak mau menambah pegawai. Semua Mbah kerjakan sendiri, tidak mau orang lain yang buat. Mbah sudah bikin banyak sekali dan tidak mau nambah lagi. Itu saja Mbah sudah capek sekali," katanya.

Baca Juga: Legendaris, Jajanan Pasar Mbah Satinem Masuk Serial Netflix!

3. Selama Ramadan, Mbah Satinem menutup dagangannya

Diangkat Netflix, Mbah Satinem: Ada yang Mengajak Foto BarengNetflix

Sayangnya, pelanggan tak bisa menikmati jajanan tradisional bikinan Mbah Satinem selama bulan Ramadan. Mbah Satinem memilih untuk tidak berjualan lupis, gatot, tiwul, dan cenil yang kerap menjadi incaran warga sekitar untuk sarapan.

"Kalau Ramadan, Mbah tidak berjualan. Nanti berjualan lagi setelah lebaran. Lebaran ketiga Mbah sudah jualan lagi," tutur Mbah Satinem.

Meski demikian, anak Mbah Satinem mengungkapkan bahwa ibunya tidak ikut berpuasa. "Mbah sudah tidak kuat untuk puasa," katanya.

4. Sementara, Gudeg Mbah Lindu tetap buka selama Ramadan

Diangkat Netflix, Mbah Satinem: Ada yang Mengajak Foto BarengNetflix

Selain lupis Mbah Satinem, gudeg Mbah Lindu juga menjadi salah satu kuliner jalanan legendaris Street Food.

Meski sudah berusia 100 tahun, Mbah Lindu masih lincah menyajikan gudeg buatannya.  Mbah Lindu juga termasuk satu penjaja kuliner jalanan tertua di dunia. 

Saat Ramadan, Mbah Lindu mengaku tetap berjualan. "Bulan puasa tetap berjualan, tapi berangkat berjualan lebih awal. Jadwal memasak tetap sama, hanya berangkat berjualannya yang lebih pagi. Jam 2 pagi Mbah sudah berangkat jualan hingga sekitar jam 9," ujar Mbah Lindu yang sudah 86 tahun menjual gudeg. 

5. Serial dokumenter Street Food sudah tayang sejak 26 April

Diangkat Netflix, Mbah Satinem: Ada yang Mengajak Foto BarengNetfilx

Yogyakarta menjadi salah satu destinasi yang diulas di dalam satu episode Street Food Asia. Selain Mbah Satinem dan Mbah Lindu, episode ini juga bercerita tentang Yasir Ferry Ismatrada, pewaris sekaligus pengelola pabrik Mie Lethek yang masih digarap secara tradisional.

Apakah kamu sudah menontonnya?

Baca Juga: [LINIMASA] Fakta dan Data Arus Mudik Lebaran 2019

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya