Cicipi Roti Jakarta dan Djoen, Kuliner Legendaris Yogya!

Masing-masing berdiri tahun 1920-an dan 1930-an

Yogyakarta, IDN Times - Daisy Kurniawan menyempatkan diri untuk membeli roti di Toko Roti Jakarta setiap dua kali dalam sebulan. Rutinitas tersebut menurun dari sang ayah yang dulu kerap membawakan roti buatan toko tersebut saat dirinya masih kecil. Daisy mengaku cocok dengan rasa roti Toko Roti Jakarta. Apalagi keluarga sang suami juga senang membeli roti di situ.

“Rotinya itu walau enggak pake apa-apa, kayak plain yang enggak isi apa-apa itu sudah enak menurutku. Aku suka yang roti sobek sama yang pisang cokelat. Roti Jakarta juga pakai telur ayam kampung. Lebih mahal tapi jadi enak,” katanya.

Baca Juga: Unik, Sekolah Pagesangan Bikin Parsel Ramah Lingkungan dengan Besek!

1. Penyuka Roti Jakarta dan Djoen

Cicipi Roti Jakarta dan Djoen, Kuliner Legendaris Yogya!IDN Times/Nindias Khalika

Perempuan berusia 26 tahun itu mengatakan bahwa sang ayah memang penyuka roti sedari dulu. Ia suka mencicipi roti dari berbagai toko, salah satunya Toko Roti Jakarta. “Papa suka sekali roti sobek. Dia suka sarapan kopi dan teh. Kebiasaan ini terus menurun ke anak-anaknya. Jadi kalau makan pagi kami bisanya makan roti atau ngemil dan minum teh atau  kopi,” terangnya.

Selain Daisy, Hary Prasojo (26) juga tipikal orang penyuka roti. Ketika kecil, ia dan orang tuanya biasa membeli roti tawar besar tanpa rasa di sebuah toko roti di tempat asalnya. Setelah dipotong-potong, roti yang kerap disebut roti balok itu kemudian disantap dengan dua cara, yakni dibakar setelah diolesi mentega atau dicelupkan ke dalam teh.

Tapi, kebiasaan itu terhenti sejak sang penjual mulai sakit-sakitan lalu memutuskan untuk tak lagi berdagang karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Jojo mengatakan bahwa dirinya terakhir menyantap roti balok saat duduk di bangku SMP.  Ketika kuliah di Yogyakarta, ia baru menemukan roti dengan bentuk dan tekstur yang sama di Toko Djoen yang terletak di Malioboro.

“Waktu itu aku sedang jalan-jalan bersama orang tua terus melihat toko roti Djoen. Yang jadi favorit memang roti balok. Rasanya polos enggak kayak roti kasur yang manis. Dibanding roti tawar lain juga beda teksturnya. Lebih enak. Jadi senang karena bisa nostalgia,” ucapnya.

2. Dibangun tahun 1920-an

Cicipi Roti Jakarta dan Djoen, Kuliner Legendaris Yogya!IDN Times/Nindias Khalika

Berbeda dengan toko roti lain, Toko Roti Jakarta memang telah ada sejak zaman dahulu sehingga produknya dinikmati lintas generasi. Menurut keterangan pemilik Toko Roti Jakarta Hari Purwanto, toko roti ini didirikan oleh kakeknya yang bernama The Joen Hien pada tahun 1924.

Pada tahun 1963, Monika Tjitra Indahningsih yang merupakan ibu dari Hari lantas mengambil alih bisnis usaha roti tersebut. “Ibu mengelola Toko Roti Jakarta hingga tahun 1987 Setelah itu saya yang mengurus sebagai generasi ketiga. Sekarang anak saya juga ikut mengelola Toko Roti Jakarta ini,” katanya.   

Toko Roti Jakarta saat ini berada di Jalan Jlagran Lor dan Jalan Poncowinatan. Tapi, Hari mengatakan bahwa mulanya toko itu terletak di Malioboro, tepatnya di sudut sebelah Jalan Dagen. Hingga hari ini, Toko Roti Jakarta masih menjual berbagai macam roti seperti roti sobek, ontbijtkoek, lapis legit, dan roti daging yang dibuat dengan memakai resep turun-temurun. Tapi, ia menjelaskan tokonya juga menyediakan kue modern seperti pinatas cake yang bisa dipesan untuk acara spesial.

Baca Juga: Piknik ke Malioboro? Ini Lokasi Kantong Parkir yang Wajib Kamu Ketahui

3. Jaga kualitas rasa

Cicipi Roti Jakarta dan Djoen, Kuliner Legendaris Yogya!instagram.com/toko_roti_jakarta/

Khusus roti zaman dulu, Hari menerangkan bahwa ia selalu mengikuti resep dan tidak mencoba-coba buat menggunakan bahan dengan merek berbeda. Hal ini menurutnya penting agar kualitas roti tetap terjaga. Selain itu, ia mengatakan roti dari Toko Roti Jakarta dikembangkan menggunakan pengembang alami bernama bibit biang sehingga padat serta membuat kenyang.

Dalam satu hari, Toko Roti Jakarta bisa memproduksi hingga 200 roti sobek dan jenis roti lain. Jumlah ini tak banyak mengingat proses pembuatannya yang cukup memakan waktu. Hari mengatakan proses pembuatan dari awal hingga akhir berlangsung minimal 10 jam. Hal ini dikarenakan jenis pengembang roti yang digunakan.

Satu roti sobek kosong, lebih lanjut kata Hari, dijual dengan harga Rp 22 ribu sedangkan roti sosis serta ontbijtkoek bisa dinikmati dengan merogoh kocek Rp 9 ribu. Selain roti di atas, Toko Roti Jakarta juga menjual jenis lain seperti bruder, roti cokelat, roti semir, roti keju, roti kacang, roti pisang, roti selai nanas, serta berbagai macam kue kering yang dapat dibeli di tempat atau via aplikasi. Lewat strategi di atas, toko yang telah berusia lebih dari 90 tahun tersebut berusaha bertahan hingga sekarang.

4. Sudah ada sejak zaman Belanda

Cicipi Roti Jakarta dan Djoen, Kuliner Legendaris Yogya!IDN Times/Nindias Khalika

Serupa dengan Toko Roti Jakarta, Toko Djoen merupakan toko roti yang juga sudah ada sejak zaman dahulu. Berdiri tahun 1930-an, toko ini sekarang dikelola oleh Hardinah, istri dari generasi kedua pemilik Toko Djoen yang bernama Haryono Waluyo Jati. Sembari duduk di belakang bilik kasir, perempuan berusia 83 tahun tersebut menceritakan bahwa dirinya menjadi pengurus bisnis roti itu selepas suaminya meninggal. Sehari-hari ia dibantu oleh anaknya dan karyawan yang berjumlah tiga orang.

Meski usianya tak lagi muda, Hardinah masih aktif berkegiatan di rumah maupun toko. “Sebelum ke toko aku cuci dan masak makanan di rumah. Di toko, aku mengurusi semua mulai dari menyiapkan bahan roti dan mengurusi masalah keuangan,” katanya.

Ia mengatakan bahwa Toko Djoen dibangun oleh mertuanya yang berasal dari Cina. Selain roti, toko ini juga menjajakan berbagai macam rasa kembang gula. “Dulu Toko Djoen itu luas sampai bangunan di sebelah. Di sana ada meja panjang tempat menaruh toples bening yang isinya kembang gula, di sini jualan roti. Aku mesti mondar-mandir melayani sampai rasanya capek. Tapi masih muda jadi masih kuat,” katanya sembari tertawa.

5. Tetap bertahan

Cicipi Roti Jakarta dan Djoen, Kuliner Legendaris Yogya!IDN Times/Nindias Khalika

Menurut Hardinah, ada beberapa macam roti yang dijual kala itu di antaranya roti tawar, roti sobek, roti trumpul, dan roti buaya. Selain itu ada roti kering yang dibuat Toko Djoen. Semuanya kini masih bisa ditemukan di toko yang terletak di Jalan Ahmad Yani tersebut. Pengunjung yang datang bisa mencicipi roti dengan merogoh kocek mulai dari Rp 5 ribu sampai Rp 17 ribu.

Roti bikinan tokonya, kata Hardinah, tidak menggunakan pengawet sehingga berbeda dengan roti lain. Di samping itu, resep kuno yang dipakai untuk membikin roti menjadikan tekstur serta rasanya khas zaman dulu. Menurutnya, hal tersebut yang membuat orang masih membeli hingga saat ini. Selain pengunjung Malioboro yang mampir, Hardinah menjelaskan bahwa toko rotinya mempunyai pelanggan yang biasa menyantap roti buatan Toko Djoen.

Terkait produksi, perempuan berkacamata itu mengatakan tokonya membikin 300 roti dengan jenis berbeda tiap hari. Meski tidak ramai seperti dahulu, Hardinah mengatakan roti buatan Toko Djoen tidak sepi dari pembeli sehingga bisnis ini bisa bertahan sampai sekarang. “Toko itu ramai dari dulu sampai zaman Pak Soeharto. Sekarang lebih sepi tapi tetap ada yang beli. Sekarang juga kan semakin banyak toko roti,” ucapnya.

Meski roti yang dijual tak jauh berbeda dengan yang dijajakan puluhan tahun silam, Hardinah mengatakan bahwa panganan kroket ragu buatannya tidak lagi dibuat. Padahal, makanan ini laris manis dan banyak dicari pembeli. “Ragu itu daging ayam yang pakai wortel. Sudah tidak buat lagi karena sudah tidak ada waktu bikin. Diajarkan ke orang lain pun tak bisa. Harus saya yang buat. Teknik membuatnya harus pas,” jelasnya.

Kini, Toko Djoen tetap setia menjual roti dan kue kering yang dibuat berdasarkan resep kuno yang diwariskan secara turun-temurun. Meski toko roti semakin menjamur, usaha Toko Roti Jakarta dan Toko Djoen mempertahankan bisnisnya membuat makanan itu bisa dinikmati oleh banyak orang dari lintas generasi.

Baca Juga: Di Malioboro Jangan Cuma Selfie dan Belanja, Coba 3 Aktivitas Seru ini

Topik:

  • Febriana Sintasari
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya