Ilustrasi pernikahan jawa (pexels.com/Rosyid Arifin)
Dikutip laman instagram @dinaskebudayaandiy, minuman tradisional ini gak hanya melepas dahaga, tapi juga menjadi bagian budaya di Jogja. Gak cuma tersedia di warung, rumah makan, atau gerobak jajanan pinggir jalan, dawet telah hadir di berbagai momen tradisi lokal.
Salah satu di antaranya yaitu tradisi brokohan bayi, ini merupakan ritual adat yang dilaksanakan masyarakat setempat setelah kelahiran. Dikutip laman budaya.jogjaprov.go.id, sebagai bentuk ucapan syukur keluarga atas hadirnya anak tercinta, diselenggarakan acara syukuran dan doa untuk keselamatan bayi yang baru lahir. Tetangga dan kerabat pun datang mengucapkan selamat serta mendoakan sang bayi.
Selain itu, dalam rangkaian upacara adat pernikahan Jawa juga ada minuman khas ini. Tradisi tersebut biasanya dikenal dengan nama adol dawet. Orangtua berjualan dawet, ibu yang bertugas berjualan, ayah yang memayungi ibu, dan tamu undangan berperan sebagai pembelinya. Ada cerita, harapan, dan nilai filosofinya. Penjual maupun pembeli punya peran agar generasi mendatang masih bisa menikmati kesegeran minuman khas ini.
Saat acara menjelang pernikahan, dawet juga hadir di tengah pesta. Ibu dari pengantin perempuan dan ayah, menjadi penjual dawet. Biasanya acara ini dilakukan setelah siraman. Tradisi ini melambangkan harapan untuk mendapatkan rezeki melimpah dan kebahagiaan bagi pasangan yang akan menikah.