ilustrasi e-commerce (pexels.com/AS Photography)
Perjalanan tim Opak Rosaka tidak selalu mulus. Mereka harus mengubah persepsi masyarakat, terutama kalangan muda, yang menganggap opak sebagai camilan kuno. Namun dengan pendekatan kemasan estetik, storytelling budaya, dan kolaborasi komunitas, mereka berhasil mendapat sambutan positif dari pasar.
“Kami berencana meningkatkan kualitas produksi dengan peralatan yang lebih modern, tapi tetap mempertahankan proses tradisional demi menjaga cita rasa dan tetap efisiensi,” ujarnya.
Mereka juga menargetkan sertifikasi halal, izin edar BPOM, dan perluasan distribusi melalui platform seperti Shopee, Tokopedia, dan TikTok Shop. Tim Opak Rosaka ingin memperkuat identitas sebagai oleh-oleh modern dengan cita rasa lokal melalui kolaborasi dan promosi konten kreatif.
Kesuksesan Opak Rosaka didukung oleh UMY dan komunitas Youthpreneur FEB UMY. Tim mendapatkan pelatihan, mentoring, dan pendampingan bisnis yang membantu mereka mengembangkan model bisnis yang matang.
“Harapan saya, Opak Rosaka bisa terus berkembang menjadi brand yang membanggakan, memberdayakan petani singkong dan pelaku UMKM lokal. Untuk mahasiswa lain, jangan takut memulai dari kecil. Kuliner bukan hanya soal rasa, tapi juga cerita dan nilai yang ingin disampaikan,” pungkasnya.