Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kopi (Unsplash/Emre)

Intinya sih...

  • Fermentasi kopi adalah proses alami pasca panen

  • Semua kopi mengalami fermentasi dengan cara dan hasil yang berbeda

  • Ada dua tipe utama fermentasi: aerobik dan anaerobik

Kalau kamu penikmat kopi, mungkin kamu pernah mendengar istilah kopi fermentasi, atau bahkan mencicipi kopi dengan rasa dan aroma yang unik—kadang fruity, kadang seperti wine, bahkan kadang seperti permen. Tapi, sebenarnya apa sih fermentasi dalam kopi itu? Apakah ini tren baru, atau memang bagian penting dari proses pembuatan kopi?

Jawabannya: fermentasi bukan cuma sekadar gaya baru dalam dunia kopi. Ia adalah proses alami dan krusial yang sudah ada sejak dulu dan sangat berpengaruh terhadap cita rasa akhir secangkir kopi. Yuk, kenali lebih dalam soal fermentasi kopi dan kenapa kamu perlu tahu soal ini, bahkan sebelum menyeruput kopi favoritmu!

1. Fermentasi adalah proses alami dalam pasca panen kopi

ilustrasi ceri kopi (Unsplash/Andres Hernandez)

Fermentasi adalah proses biologis di mana mikroorganisme seperti bakteri dan ragi memecah zat organik menjadi senyawa yang lebih sederhana. Dalam konteks kopi, fermentasi terjadi setelah ceri kopi dipanen, dan terjadi pada lapisan lendir manis (mucilage) yang menyelimuti biji kopi.

Proses ini penting banget, karena:

  • Membersihkan mucilage dari biji kopi, terutama dalam proses washed.

  • Meningkatkan cita rasa dan aroma kopi secara signifikan.

  • Mengembangkan karakter unik seperti rasa fruity, winey, hingga sparkling.

2. Semua kopi sebenarnya mengalami fermentasi, tapi berbeda cara dan hasil

ilustrasi kopi (Unsplash/Rosalind Chang)

Yang perlu kamu tahu, semua kopi mengalami fermentasi, hanya saja jenis dan durasinya berbeda tergantung metode pasca panen yang digunakan:

  • Washed: fermentasi biasanya berlangsung selama 18–24 jam dalam tangki air untuk membersihkan mucilage. Hasilnya: rasa clean dan light.

  • Natural: ceri kopi dikeringkan utuh bersama kulit dan mucilage-nya, menghasilkan fermentasi alami yang lebih liar dan intens. Hasilnya: rasa buah-buahan, winey, kadang funky.

  • Honey/Pulped Natural: kulit luar dibuang, tapi mucilage dibiarkan saat pengeringan. Rasa lebih manis dan fruity, tapi tetap clean.

  • Carbonic Maceration: ceri kopi dimasukkan ke dalam tangki stainless dengan CO₂, mirip metode anggur. Hasilnya: rasa kompleks dan sangat eksperimental.

3. Ada dua tipe utama fermentasi: aerobik dan anaerobik

ilustrasi kopi (Unsplash/ Christian Dala)

Secara umum, fermentasi kopi dibagi jadi dua metode utama:

  • Fermentasi Aerobik: dilakukan dengan akses oksigen terbuka. Ceri kopi diletakkan dalam wadah terbuka dan dibiarkan mikroorganisme bekerja. Metode ini cenderung lebih liar dan kompleks.

  • Fermentasi Anaerobik: dilakukan dalam wadah tertutup atau direndam air, tanpa oksigen. Fermentasi ini lebih terkontrol, homogen, dan hasil rasa cenderung konsisten.

Saat ini, banyak produsen kopi bereksperimen dengan kombinasi dan turunan dari dua metode ini, bahkan ada yang menambahkan starter culture (mikroorganisme khusus) untuk mengontrol rasa dan aroma akhir.

4. Fermentasi bisa jadi pembentuk karakter rasa yang khas

ilustrasi kopi fruity (Unsplash/M Grate Pest)

Fermentasi yang berhasil bisa membuat kopi memiliki rasa:

  • Lebih manis (dari gula alami yang terurai),

  • Lebih fruity (akibat proses kimia dalam mucilage),

  • Lebih aromatik (berkat senyawa hasil mikroba),

  • Dan memiliki aftertaste yang lebih bersih atau kompleks.

Misalnya, kopi hasil fermentasi natural biasanya punya aroma beri atau wine, sedangkan anaerobik bisa menghasilkan rasa fermentasi yang lebih clean dan stabil. Bahkan ada proses yang menambahkan kayu manis ke tangki fermentasi untuk menambah aroma khas.

5. Fermentasi juga berisiko, tapi kalau tepat hasilnya luar biasa

ilustrasi kopi (Unsplash/Brent Ninaber)

Meski menguntungkan, fermentasi juga punya risiko tinggi. Terlalu lama bisa bikin rasa busuk atau seperti buah overripe. Terlalu sebentar justru bisa gagal bersih dan memicu jamur.

Faktor penting yang perlu dikontrol produsen:

  • Waktu dan suhu

  • Kebersihan alat dan tangki

  • Keseragaman tingkat kematangan ceri

  • Pemantauan Brix level (gula)

Makanya, fermentasi kopi juga disebut sebagai seni dan sains. Dibutuhkan pengalaman, data, dan naluri untuk mendapatkan rasa terbaik dari setiap proses fermentasi.

Fermentasi dalam kopi bukanlah tren sesaat, ia adalah fondasi penting dari karakter kopi yang kita nikmati saat ini. Proses ini bisa jadi kunci utama kenapa secangkir kopi bisa terasa seperti beri, cokelat, wine, bahkan soda. Dan semua itu bisa dicapai tanpa tambahan rasa buatan, hanya dari pengolahan biji kopi secara hati-hati dan terkontrol.

Semakin kamu mengenal proses fermentasi, semakin kamu bisa menghargai kompleksitas rasa dalam secangkir kopi. Jadi, kalau suatu saat kamu menemukan label “anaerobic natural” atau “carbonic maceration”, kamu nggak akan bingung lagi—malah mungkin jadi penasaran ingin coba semua.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team