ilustrasi mangut lele Yogyakarta (instagram.com/mbahgalak.mangutlele)
Istilah ‘mangut’ sendiri mempunyai sejarah yang unik karena mengalami pergeseran makna dari semula, lho. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mangut bermakna ikan yang dipanggang atau digoreng dan dimasak dengan santan kental yang telah dibumbui oleh cabai. Bisa dibilang, mangut adalah makanan yang diolah dari ikan yang diberi kuah seperti gulai atau sup.
Padahal, di masa lalu, mangut merujuk pada jenis ikan tertentu, nih. Dalam Old Javanese-English Dictionary karya P.J. Zoetmulder dan S.O. Robson pada 1982, mangut bermakna jenis ikan tertentu sesuai dengan khazanah sastra Jawa Kuna. Kata mangut dalam Parthayajña bermakna sebuah ikan yang habitatnya di ekosistem sungai. Sedangkan dalam Nawaruci dan Gita Sinangsaya yang tertulis pada abad ke-15 serta abad ke-16, mangut berarti ikan air tawar yang hidup dalam ekosistem kolam bersama dengan ikan sepat, lopis, tambra, dan lainnya.
Pergeseran makna terjadi setidaknya pada sekitar abad ke-19 yang tertulis dalam Serat Rama dan Serat Centini. Serat Rama menuliskan mangut sebagai menu sehari-hari di Istana Ayodya. Pada Serat Centini, mangut digambarkan sebagai hidangan istimewa untuk orang-orang atau raja yang dihormati. Kini mangut dikenal sebagai olahan makanan berkuah dari ikan tawar atau laut, baik itu ‘mangut bandeng’, ‘mangut lele’, dan masih banyak lagi.