6 Dapur Keraton Jogja dan Fungsinya, Ada yang Khusus Sajikan Teh

Sampai ada 6, definisi dapur Sultan yang sesungguhnya

Selaiknya sebuah rumah, Keraton Jogja juga dilengkapi dengan dapur untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun bukan dapur sebarang dapur, pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono IX bertakhta, setidaknya ada 6 jenis dapur utama dengan fungsinya yang berbeda-beda.

Keenam dapur tersebut adalah Pawon Sekulanggen, Pawon Gebulen, Pawon Patehan, Pawon Prabeya, Pawon Gondokusuman, dan Pawon Garwa Dalem, yang memiliki keunikannya masing-masing. Yuk, simak informasi lengkapnya berikut ini!

Makna Pawon Ageng

6 Dapur Keraton Jogja dan Fungsinya, Ada yang Khusus Sajikan TehIlustrasi Dapur Keraton Jogja (twitter.com/kratonjogja)

Dalam bahasa Jawa, pawon artinya adalah dapur. Menurut laman resmi Keraton Yogyakarta, pawon berasal dari kata 'awu' atau yang artinya abu. Hal ini berdasar dari gambaran sebuah dapur yang tidak lepas dari adanya abu dari proses memasak yang menggunakan tungku pada zaman dulu. Dan seiring berkembangnya zaman, pawon keraton mengalami perubahan.

Di Keraton Jogja, masakan untuk Sultan dan keluarga disebut dengan dhahar dalem, sedangkan keseluruhan dapur yang ada disebut dengan pawon ageng. Pawon ageng sendiri dipimpin oleh seorang juru masak dan dibantu oleh boja atau staf masak dengan tugasnya masing-masing.

1. Pawon Sekulanggen atau Pawon Wetan

6 Dapur Keraton Jogja dan Fungsinya, Ada yang Khusus Sajikan TehIlustrasi Dapur Keraton Jogja (twitter.com/kratonjogja)

Pawon Wetan atau yang juga disebut dengan Pawon Sekulanggen berada di sebelah timur Plataran Magangan. Pada zaman dulu, pawon ini digunakan sesuai namanya yakni 'sekul' atau untuk menyajikan bungkusan nasi dan tempelangan yang berisi nasi dengan lauk tempe bacem untuk para Abdi Dalem. Selain itu, pawon ini juga menyiapkan sesaji untuk upacara keraton.

Pawon Sekulanggen secara administratif berada di dalam wilayah Kalurahan Panembahan. Dipimpin oleh seorang petugas yang bernama Nyi Lurah Sekulanggi, pawon tersebut kini digunakan untuk menyiapkan sesaji harian dan dilaksanakan bergantian tiap bulan dengan Pawon Gebulen.

2. Pawon Gebulen atau Pawon Kilen

6 Dapur Keraton Jogja dan Fungsinya, Ada yang Khusus Sajikan TehIlustrasi Dapur Keraton Jogja (twitter.com/kratonjogja)

Berada di sebelah barat Pelataran Magangan, ada Pawon Gebulen atau Pawon Kilen. Nama pawon tersebut diambil dari set menu dhahar kebuli atau nasi bumbu mirip gulai yang seringnya dimasak di sini. Untuk Pawon Gebulen, pemimpinnya merupakan seorang abdi dalem yang disebut dengan Paring Dalem Raden Ayu Gebuli.

Selain kebuli, Pawon Gebulen juga menyediakan mirip nasi rames dan sup kimlo yang berupa sup dengan kuah bening, serta menggunakan bunga sedap malam sebagai ciri khasnya. Hidangan tersebut disajikan pada alat dari besi dengan mangkuk tertutup, untuk para kerabat keraton.

Jika sedang ada upacara atau hajad dalem yang menghadirkan kerabat dekat Sultan atau sentono dalem, hidangan didapatkan dari Pawon Gebulen tersebut. Meski begitu, Pawon Gebulen kini berfungsi untuk menyiapkan sesaji dalam upacara Sugengan Ageng juga sesaji harian untuk keraton yang bergantian dengan Pawon Sekulanggen.

Baca Juga: Rangkaian dan Arti Upacara Sekaten Peringati Kelahiran Nabi Muhammad

3. Pawon Patehan

6 Dapur Keraton Jogja dan Fungsinya, Ada yang Khusus Sajikan TehIlustrasi Dapur Keraton Jogja (twitter.com/kratonjogja)

Di Keraton Jogja, dapur untuk menyiapkan minuman pun ada sendiri, lho, namanya Pawon Patehan. Setiap harinya, Pawon Patehan menyajikan ladosan pangunjukan dalem atau minuman untuk sultan mulai dari pukul 06.00 sampai 11.00 WIB.

Pawon Patehan berlokasi di dalam Pelataran Kedhaton dengan abdi dalem yang bertugas adalah abdi dalem keparak. Selain untuk mempersiapkan ladosan dalem, pawon ini juga menyajikan minuman di setiap upacara yang berada di lingkungan keraton. Misalnya upacara Jamasan Pusaka, Ngabekten, dan Pisowanan Malem Garebeg.

Juga, Pawon Patehan masih menyiapkan teh yang dipakai pukul 06.00 dan 11.00 yang tidak dipergunakan untuk Sultan, melainkan sebagai sesaji yang diletakkan di Bangsal Prabayeksa.

4. Pawon Gondokusuman dan Pawon Prabeya

6 Dapur Keraton Jogja dan Fungsinya, Ada yang Khusus Sajikan TehIlustrasi Dapur Keraton Jogja (twitter.com/kratonjogja)

Pada masa bertakhtanya Sri Sultan Hamengku Buwono VII di tahun 1877-1921, ada yang namanya Pawon Gondokusuman dan Pawon Prabeya. Kedua pawon tersebut khusus menyiapkan dhahar dalem atau hidangan sehari-hari buat Sultan.

Letak dari Pawon Prabeya yakni di sebelah barat Plataran Magangan atau utara Pawon Kilen, sedangkan Pawon Gondokusuman berada di dalam kompleks Keputren.

Nah, sekarang ini Pawon Gondokusuman sudah tidak digunakan tapi Pawon Prabeya masih difungsikan untuk menyiapkan makanan bagi Sultan yang kemudian diantar oleh abdi dalem gladhag memakai jodhang pada pukul 11.00

5. Pawon Garwa Dalem

6 Dapur Keraton Jogja dan Fungsinya, Ada yang Khusus Sajikan TehIlustrasi Dapur Keraton Jogja (twitter.com/kratonjogja)

Unik, terdapat pawon atau dapur khusus untuk istri Sultan yang berada di kediaman para Garwa Dalem. Misalnya saat Sri Sultan Hamengku Buwono IX bertakhta, terdapat tiga pawon garwa dalem yakni Pawon Pintakan milik KRAy. Pintoko Purnomo, Pawon Windyaningrum milik KRAy. Windyaningrum, dan Pawon Hastungkaran milik KRAy. Hastungkara.

Sementara untuk saat ini, ada Pawon Karaton Kilen yang berlokasi di kediaman Sri Sultan Hamengku Buwono X yang menggantikan pawon-pawon milik Sultan bertakhta sebelumnya. Hal ini terjadi karena Sultan Hamengku Buwono X memutuskan untuk monogami, sehingga pawonnya tidak terpisah seperti sebelumnya.

Baca Juga: Mengenal Sumbu Filosofi Yogyakarta, Warisan Dunia UNESCO  

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya