Angkringan Lik Man, Kisah Kopi Joss yang Merekatkan Persahabatan
“Pak, pesan kopi joss nggih.”
Kata tersebut terdengar berulang kali saat saya mengunjungi Angkringan Lik Man. Alex Sunarto, penjual angkringan, lantas membuat kopi di gelas kaca berukuran sedang.
Sebelum dihidangkan ke pengunjung, ia terlebih dahulu membakar arang di atas angkring atau pikulan kayu yang bentuknya melengkung ke atas. Satu arang yang membara ditiup Alex lalu dimasukkannya ke dalam gelas, membuat air di dalamnya mendesis. Segelas kopi joss pun selesai dibuat dan siap dinikmati.
Kopi joss, menurut Alex, menjadi salah satu menu favorit. Meski begitu, pengunjung yang datang juga bisa memilih minuman lain seperti teh jahe atau es jeruk.
Untuk makanan, Angkringan Lik Man menyediakan nasi kucing dengan tempe juga sambal teri, berbagai macam sate mulai dari telur puyuh hingga kerang, serta aneka gorengan. Semua makanan ini, katanya, tidak banyak berubah sejak angkringan tersebut eksis pada tahun 1960-an.
1.Terletak di sebelah utara Stasiun Tugu, angkringan ini mudah dijangkau
Terdapat banyak angkringan yang bisa kamu temui di Yogyakarta. Tapi, Angkringan Lik Man hanya ada di satu lokasi, yakni di pinggir Jalan Wongsodirjan yang terletak di sebelah utara Stasiun Tugu.
Alex mengatakan bahwa mulanya angkringan ini berada di dalam stasiun saat masih diurus oleh bapaknya pada tahun 1968 hingga 1972. “Lalu pindah ke pos polisi di timur Stasiun Tugu. Terus pindah ke Jalan Wongsodirjan sekitar tahun 1974 sampai sekarang,” katanya.
Angkringan Lik Man, menurut Alex, merupakan usaha turun-temurun yang dirintis oleh sang ayah. Pada tahun 1972, angkringan ini dikelola oleh Lik Man. Kakak Alex tersebut lalu memutuskan pensiun pada tahun 2000. Kini, Alex gantian melanjutkan usaha keluarga itu bersama Juandi dan Nopi, anak serta keponakan Lik Man.