Jadah Manten, Kudapan Gurih untuk Seserahan Pernikahan Adat Jawa
Makanan ini kesukaan Sri Sultan Hamengku Buwono VII
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sudah pernah mencicipi jadah manten ? Makanan tradisional ini memang terbilang cukup sulit ditemukan di toko jajan pasar sampai bakery di Jogja.
Jadah manten dulunya merupakan kudapan yang umumnya ada di seserahan pernikahan. Bukan semata karena namanya 'manten' yang berarti pengantin, tapi juga filosofi yang terkandung di dalamnya. Penasaran sejarah jadah manten dan filosofinya? Yuk, simak ulasannya berikut ini.
1. Sejarah Jadah Manten
Mengutip dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, jadah manten adalah salah satu nyamikan, atau kudapan, yang populer sejak abad X masehi. Makanan tersebut dalam kitab Kidung Harsa Wijaya disebut jawadah atau juadah, karena dulunya jadah manten dibuat khusus untuk rangkaian sesaji manten atau pengantin. Makanya disebut jadah manten.
Jadah manten termasuk oleh-oleh yang dibawa calon pengantin pria kepada calon pengantin putri. Makanan ini istimewa karena hanya boleh disajikan saat acara pernikahan, namun saat ini sudah bergeser dengan disajikan untuk berbagai acara seperti arisan atau sekadar makanan harian.
Mengutip buku Jajanan Pasar Khas Yogyakarta karya Redy Kuswanto, jadah manten merupakan makanan kesukaan dari Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
Baca Juga: 8 Film Indonesia Angkat Cerita Tarian Tradisional Hingga Modern
Baca Juga: 5 Resep Camilan Tradisional Khas Jogja, Murah dan Mudah!