Warga Yogyakarta Banyak Duit, Namun Kredit Justru Melambat

Masyarakat masih wait and see stabilitas politik nasional

Yogyakarta, IDN Times-Pelambatan ekonomi global dan perang dagang Amerika Serikat dan China tak hanya memengaruhi moneter nasional, tetapi juga di daerah. Berdasarkan overview kondisi perbankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) DIY, kinerja perbankan di kota pelajar menunjukkan pelambatan.

Kepala KPw BI DIY, Hilman Tisnawan mengatakan dengan penurunan suku bunga acuan secara nasional, persaingan penghimpunan dana kian ketat. Namun demikian, dengan karakter perbankan DIY yang cenderung dominan pada produk tabungan dan giro, diperkirakan tidak sensitif terhadap pergerakan suku bunga.

"Untuk Yogyakarta, sampai saat ini walaupun suku bunga sudah diturunkan, kami melihat tidak terlalu sensitif pengaruhnya terhadap DPK [Dana Pihak Ketiga] maupun kredit," ujar Kepala KPw BI DIY, Hilman Tisnawan ditemui, Jumat (8/11).

Baca Juga: Pentingnya Manajemen Keuangan Agar Kasus "Layangan Putus" Tak Terjadi

1. DPK naik tipis, orang Yogyakarta banyak duit

Warga Yogyakarta Banyak Duit, Namun Kredit Justru MelambatIstimewa/Bank Indonesia DIY

Kendati mengalami pertumbuhan, namun dana pihak ketiga cenderung melambat. Hilman mengungkapkan kenaikan DPK hanya sekitar 60 persen. Sedangkan, untuk kredit perbankan DIY mengalami perlambatan.

"Kredit ini pertumbuhannya hanya sekitar 7 persen, padahal di daerah lain bisa tumbuh lebih dari 10 persen. Tetapi justru DPK-nya tumbuh, jadi orang Yogyakarta ini banyak yang punya dana," ungkap Hilman.

Lebih lanjut Hilman mengungkapkan DPK perbankan DIY mulai tumbuh terkonsentrasi. Ketergantungan penghimpunan dana dari sektor rumah tangga menimbulkan kerentanan, di mana dana cenderung bertenor cepat dan nominal yang rendah.

"Di sisi lain DPK yang dominan di jenis tabungan membawa dampak positif terhadap biaya dana yang murah," imbuh Hilman.

2. Masa panjang politik, masyarakat wait and see

Warga Yogyakarta Banyak Duit, Namun Kredit Justru MelambatAntaranews.com

Melambatnya pertumbuhan kredit perbankan di Yogyakarta dipengaruhi oleh berbagai kondisi. Namun, secara keseluruhan, kualitas kredit perbankan di DIY masih dalam kategori sehat, yakni dengan Non Perfoming Loan (NPL) Gross 2,6 persen dan NPL Net 1,5 persen.

Hilman menilai salah satunya pemicunya adalah stabilitas politik pasca pesta demokrasi situasi politik masih belum kembali normal.

"Kami melihat, mungkin pengusaha atau masyarakat masih wait and see, menunggu situasi dan stabilitas politik [kembali normal]. Mudah-mudahan kabinet baru ini bisa memberikan kepercayaan diri para pengusaha," ungkap Hilman.

3. Kredit konsumsi rumah tangga meningkat

Warga Yogyakarta Banyak Duit, Namun Kredit Justru Melambathttps://www.finansialku.com

Selama ini, kredit perbankan DIY lebih banyak ditopang oleh sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Namun demikian, per Juli 2019 pertumbuhan kredit konsumsi rumah tangga terus meningkat. 

"Pertumbuhan kredit konsumsi rumah tangga ini, utamanya ditopang oleh kredit multiguna. Kendati demikian, realisasinya konsumsi rumah tangga di DIY masih relatif rendah," jelas Hilman.

Pertumbuhan kredit konsumsi rumah tangga DIY berdasarkan data Bank Indonesia tercatat mencapai 54,23 persen. Adapun pertumbuhan kredit multiguna yang menopang sektor kredit ini mengalami pertumbuhan hingga 109,04 persen.

Baca Juga: Sambut Natal dan Tahun Baru, TPID DIY Siap Jaga Stabilitas Harga

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya