Langkah Bisnis Berani di Balik Gurihnya Sate Klathak Pak Pong

Dimulai dari kios kecil jadi 3 cabang besar

Bantul, IDN Times - Aroma khas daging dibakar dengan arang, terselubung dalam asap putih nan halus, seketika menusuk hidung apabila kamu menginjakkan kaki di kawasan Jejeran, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Semakin mendekati petang, aroma yang mengundang selera itu semakin kentara. Membuat orang yang tak berniat akhirnya penasaran apakah gerangan. Menyulap lidah yang kelu jadi berdecak lapar. Mengubah perut yang tadinya nyaman tiba-tiba kosong lagi.

Sesuai nama kampungnya, warung sate klathak berjejeran di sana. Di antara sekian banyak opsi untuk memecahkan mitos “sate mana yang paling enak?”, Sate Klathak Pak Pong berdiri kokoh sebagai legenda kuliner yang tak lekang oleh waktu.

Sejarah Sate Klathak Khas Bantul

Langkah Bisnis Berani di Balik Gurihnya Sate Klathak Pak PongSate Klathak Pak Pong kuliner legendaris Yogyakarta khas Imogiri, Bantul (IDN Times/Holy Kartika)

Jauh sebelum Sate Klathak Pak Pong melegenda, tradisi kuliner istimewa ini telah lahir di Dusun Jejeran, Desa Wonokromo, Bantul. Menurut situs Warisan Budaya Tak Benda milik Kemdikbud, Mbah Ambyah, pelopor sate klathak, merintis usahanya di bawah pohon melinjo yang buahnya disebut "klathak". Bunyi "tak...tak...tak" dari percikan garam saat dibakar di tungku tanah liat menjadi inspirasi nama "sate klathak".

Berbeda dengan sate pada umumnya, sate klathak menggunakan tusukan jeruji besi, bukan bambu. Alasannya sederhana: Jeruji besi menghasilkan panas yang lebih merata dan matang hingga ke dalam daging. Perpaduan daging kambing muda yang segar, bumbu garam minimalis, dan arang kayu menghasilkan cita rasa gurih khas yang tak terlupakan.

Dari Kios Kecil Menjadi Legenda Kuliner

Langkah Bisnis Berani di Balik Gurihnya Sate Klathak Pak PongSate dan tengkleng, sajian menu di Sate Klathak Pak Pong

Zakiron, atau yang akrab disapa Pak Pong, memulai petualangannya di dunia kuliner pada tahun 1997. Dengan modal seadanya, Pak Pong membuka kios kecil di pinggir jalan Imogiri Timur. “Saya merintis usaha ini pertama kali pada tahun 1997 dengan mengontrak sebuah kios kecil pinggir jalan berukuran 6 x 6 meter di daerah Jejeran, Bantul,” katanya.

Cita rasa istimewa satenya yang konsisten menarik perhatian para pecinta kuliner, dan perlahan tapi pasti, usahanya mulai berkembang. Pada tahun 2000, Pak Pong mengambil langkah berani dengan mengajukan pinjaman modal usaha melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Modal segar ini menjadi suntikan energi baru bagi usahanya.

Kepopuleran Sate Klathak Pak Pong semakin meroket pasca gempa Yogyakarta di tahun 2006. Media massa yang gencar memberitakannya menarik perhatian masyarakat luas, membuat banyak orang penasaran dan ingin mencicipi kelezatan satenya.

Baca Juga: Wisticy Outfit dan Perjalanan Menuju Fashion yang Sustainable

Kunci utama kelezatan Sate Klathak Pak Pong, selain bumbu dan teknik memanggang yang pas, terletak pada kesegaran daging kambing yang digunakan. Pak Pong selalu menyembelih kambingnya sendiri setiap hari, baik hari biasa maupun saat akhir pekan dan momen libur panjang seperti lebaran. Hal ini untuk memastikan kualitas daging yang terbaik dan menghasilkan rasa yang autentik.

Dalam sehari, Pak Pong mampu menyembelih 20-30 ekor kambing di hari biasa. “Sementara saat akhir pekan maupun momen libur panjang, seperti lebaran, kami bisa menyembelih hingga 40-50 ekor kambing sehari. Dengan jumlah tersebut, kami bisa meraih omzet sekitar Rp35-50 juta per bulan,” imbuhnya.

Makin Berkembang dengan Dorongan KUR

Langkah Bisnis Berani di Balik Gurihnya Sate Klathak Pak PongAlur untuk mendapatkan KUR di BRI (IDN Times/Aditya)

Selain sate klathak yang menjadi primadona, Pak Pong juga menawarkan menu lain yang tak kalah lezat, yaitu Krenyos dan Tengkleng Kambing. Krenyos, daging sandung lamur kambing yang digoreng dengan bumbu garam, disantap dengan sambal bawang mentah atau sambal kecap, menjadi favorit para pelanggan, terutama anak muda. Tak heran, menu ini sering kali habis duluan.

“Pada tahun 2010, lewat fasilitas KUR BRI, saya meminjam modal usaha lagi untuk membeli tanah dan mendirikan bangunan permanen untuk Sate Klathak Pak Pong pusat yang beroperasi sampai sekarang,” lanjutnya. Pak Pong dapat membeli tanah dan membangun bangunan permanen yang megah, yang kita kenal sekarang sebagai Sate Klathak Pak Pong pusat. Kini, Sate Klathak Pak Pong telah memiliki 3 cabang yang semuanya ramai.

UMKM yang mendapat kredit KUR cenderung semakin maju dengan kesempatan nasabah untuk bisa naik kelas,” Regional CEO BRI Yogyakarta John Sarjono membenarkan. “Sehingga nasabah dapat terus membangun usahanya untuk berkembang lebih maju dan BRI senantiasa siap untuk mendukung pertumbuhan nasabah UMKM,” katanya.

Adapun proses pengajuan KUR di BRI terbilang mudah dan transparan. Kepada IDN Times John menjelaskan, calon debitur dapat mendaftarkan diri melalui Sistem Online Single Submission (OSS) atau langsung di unit kerja BRI terdekat. "BRI akan melakukan verifikasi dan analisa kelayakan usaha, dan jika disetujui, pencairan kredit dapat dilakukan di Kantor BRI terdekat," katanya.

Baca Juga: 7 Menu Kambing yang Lezat selain Sate Klathak di Jejeran Bantul

Jika di hari-hari biasa saja Sate Pak Pong bisa laris manis, bisa dibayangkan betapa ramainya ketiga cabang di momen lebaran barusan.  “Setiap H-5 lebaran Sate Klathak Pak Pong selalu ramai sampai H+10 lebaran. Tak jarang, omzetnya bisa mencapai Rp50 juta per bulan”, ungkapnya.

Saking melegendanya, Sate Klathak Pak Pong ini bisa membuat pelanggannya rela mengantri hingga dua jam. Karena tempat duduk yang terbatas, tidak jarang pengunjung harus berdiri sampai ada kursi yang kosong.

Tapi itu bukan jadi alasan untuk tidak pergi ke sana kan?

Topik:

  • Yogie Fadila
  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya