Kisah Petani Kopi Wujudkan Usaha Kafe lewat Digitalisasi

Transformasi digital petani kopi di Menoreh, Kulon Progo

Intinya Sih...

  • Petani kopi Ahmad Sumardi memulai bisnis kopi sejak kecil dan bermimpi untuk mengolah dan menjual kopinya sendiri dengan harga lebih tinggi.
  • Setelah mengikuti pelatihan digitalisasi UMKM, Sumardi menerapkan sistem pembayaran digital BRI di kedai dan pemanggangan kopinya.
  • Penggunaan sistem pembayaran digital meningkatkan omzet dan kemudahan dalam memantau keuangan usaha kafe serta menjadi inspirasi bagi petani kopi lainnya di Menoreh.

Kulon Progo, IDN Times - Aroma kopi yang khas menembus kabut pagi dari sebuah kafe dan roastery (pemanggang kopi) sederhana di kawasan Bukit Menoreh, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di balik aroma kopi yang memikat dan cita rasa yang menawan, terukir kisah inspiratif sang pemilik kafe yang juga seorang petani kopi.

Ahmad Sumardi telah menekuni usaha kopi selama lebih dari dua dekade. Sejak kecil, ia sudah terbiasa membantu orang tuanya di kebun kopi. Kecintaannya pada kopi tumbuh seiring waktu, dan ia bermimpi untuk bisa membangun usahanya sendiri.

"Dulu, saya sering membantu orang tua di kebun kopi. Saya senang melihat proses pengolahan kopi, dari panen hingga menjadi bubuk siap seduh," cerita Sumardi kepada IDN Times, Jumat (19/4/2024) pagi.

Awalnya, ia hanya menanam kopi dan menjualnya dalam bentuk biji mentah kepada para pengepul. Namun, ia selalu memimpikan untuk bisa mengolah dan menjual kopinya sendiri dengan nilai jual yang lebih tinggi.

"Dulu, keuntungan saya dari kopi gak begitu besar. Saya ingin bisa menjual kopi hasil panen sendiri dengan harga yang lebih baik," ungkap Sumardi.

Mimpi Sumardi mulai terwujud pada tahun 2021. Saat itu, ia mengikuti pelatihan digitalisasi UMKM yang diadakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progo. Di pelatihan tersebut, ia belajar tentang berbagai teknologi digital yang dapat membantu usahanya, mulai dari pemanfaatan media sosial hingga sistem pembayaran digital BRI.

Ia pun memutuskan untuk menerapkan sistem pembayaran digital BRI di kedai dan pemanggangan kopinya. Pemasangan EDC BRI dan QRIS menjadi langkah awal transformasi digital Ahmad Sumardi.

"Awalnya, saya ragu karena gak paham teknologi. Tapi petugas BRI sabar banget ngajarin saya caranya pakai EDC dan QRIS," kata Sumardi mengenang masa-masa awal penggunaan sistem pembayaran digital.

Kisah Petani Kopi Wujudkan Usaha Kafe lewat DigitalisasiSudut-sudut kafe dan meja barista (IDN Times/Yogie Fadila)

Keraguannya perlahan sirna saat ia merasakan manfaat nyata dari sistem pembayaran digital. Seiring kian populernya tujuan wisata di Kulon Progo setelah pembukaan Yogyakarta International Airport, kedai kopi miliknya juga kebanjiran pengunjung. Pelanggannya kini lebih mudah melakukan pembayaran, bahkan tanpa harus membawa uang tunai. Hal ini berdampak positif pada omzet kopinya.

"Alhamdulillah, sejak pakai sistem pembayaran digital, pelanggan saya jadi lebih banyak. Mereka senang karena gak perlu repot bawa uang tunai," ucapnya.

Baca Juga: Saorsa, Menikmati Kopi sambil Peduli Lingkungan

Kisah Petani Kopi Wujudkan Usaha Kafe lewat Digitalisasiilustrasi menggunakan BRImo (dok. BRI)

Manfaat sistem pembayaran digital tak hanya berhenti di situ. Sumardi juga merasakan kemudahan dalam memantau keuangan usahanya melalui aplikasi BRImo. Transaksi yang tercatat dengan rapi membantunya dalam mengelola keuangan kafe dan kebunnya dengan lebih baik.

"Dengan sistem pembayaran digital, transaksi menjadi lebih aman dan tercatat dengan baik. Saya jadi lebih mudah memantau keuangan usaha saya," lanjut Sumardi.

Transformasi digital Sumardi tak hanya membawa manfaat bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi para petani kopi lain di kawasan Menoreh. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak petani kopi untuk mengikuti jejaknya dan memanfaatkan teknologi digital untuk memajukan usaha mereka, dari yang hanya bertani ini juga memanggang dan menyeduh kopi ke cangkir pelanggan.

Kisah Petani Kopi Wujudkan Usaha Kafe lewat DigitalisasiKantor BRI Cabang Sleman (IDN Times/Yogie Fadila)

Upaya Sumardi untuk bertransformasi digital tak lepas dari dukungan penuh BRI. Bank ini terus berkomitmen untuk membantu UMKM di Yogyakarta, khususnya para petani kopi, dalam memanfaatkan teknologi digital. Berbagai edukasi, pelatihan, dan promo menarik ditawarkan BRI untuk mendorong adopsi teknologi digital di kalangan UMKM.

"BRI ingin menjadi mitra utama UMKM dalam transformasi digital mereka. Kami akan terus berinovasi dan memberikan solusi terbaik untuk membantu UMKM di Yogyakarta berkembang dan maju," tegas John Sarjono, Regional CEO BRI Yogyakarta.

Menurut John, penggunaan sistem pembayaran digital BRI di wilayahnya mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir. "Pada tahun 2022, terdapat 9.282 merchant yang menggunakan EDC BRI dan 209.285 merchant yang menggunakan QRIS BRI di Yogyakarta. Angka ini meningkat menjadi 10.296 merchant EDC dan 245.053 merchant QRIS di tahun 2023," jelas John.

Kisah Ahmad Sumardi tak hanya tentang transformasi digital UMKM, tetapi juga tentang kegigihan dan semangat seorang petani kopi untuk mewujudkan mimpinya. Di balik aroma kopi yang memikat dan cita rasa yang khas, terukir tekad kuat untuk membangun masa depan yang lebih cerah bagi dirinya dan para petani kopi di Menoreh.

Baca Juga: Membongkar Mitos dan Fakta tentang Kredit Usaha Rakyat

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya