Bank Indonesia: Inflasi DIY Tahun 2019 Terjaga Sesuai Sasaran

Laju inflasi DIY sedikit lebih tinggi dari nasional

Yogyakarta, IDN Times - Sampai dengan akhir 2019, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) DIY masih tetap terkendali, yakni sebesar 0,46 persen month-to-month (mtm).

Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia DI Yogyakarta, Hilman Tisnawan, inflasi yang terjadi pada Desember 2019 terutama disebabkan peningkatan tekanan inflasi pada kelompok harga bergejolak (volatile food) dan harga yang diatur pemerintah (administered prices). Di sisi lain, tekanan inflasi inti (core inflation) terus menurun dibandingkan bulan sebelumnya.

Baca Juga: TPID DIY Pantau Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Jelang Nataru

1. Laju inflasi di DIY masih berada pada sasaran yang ditetapkan

Bank Indonesia: Inflasi DIY Tahun 2019 Terjaga Sesuai SasaranIDN Times/Holy Kartika

Menurut Hilman, sepanjang 2019, laju inflasi di DIY tercatat 2,77 persen year-over-year (yoy), sedikit lebih tinggi dibanding inflasi Nasional, yaitu 2,72 persen (yoy). Meskipun demikian, inflasi DIY masih berada pada sasaran yang ditetapkan, yakni 3,5±1 persen (yoy).

"Inflasi volatile food mampu terjaga sebesar 3,86 persen (yoy) di bawah sasarannya sebesar 4±1 persen (yoy), mencerminkan keberhasilan upaya yang dilakukan oleh TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) DIY," ungkapnya pada Jumat (3/1)

Menurut Hilman, untuk mengendalikan inflasi, TPID DIY telah melakukan beberapa langkah, di antaranya optimalisasi Segoro Amarto sebagai reference store, aktivasi pasar lelang produk-produk pertanian, dan penguatan kelembagaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam melakukan pengembangan usaha pangan masyarakat.

2. Tekanan komponen inflasi turun dibandingkan bulan sebelumnya

Bank Indonesia: Inflasi DIY Tahun 2019 Terjaga Sesuai SasaranIlustrasi bawang merah. IDN Times/Haikal Adithya

Hilman mengatakan, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, tekanan komponen inflasi cenderung menurun, yakni tercatat 0,12 persen (mtm). Faktor utama rendahnya inflasi kelompok inti disebabkan oleh penurunan harga emas perhiasan sebesar -0,99 persen (mtm), seiring dengan turunnya harga emas global.

"Potensi berakhirnya perang dagang dan mulai membaiknya ekonomi global mendorong aktivitas investasi, sehingga permintaan pada komoditas emas cenderung berkurang. Di sisi lain, komponen volatile food masih tetap terjaga meskipun angka bulanan sedikit meningkat dibandingkan dengan level inflasi bulan sebelumnya," terangnya.

Pada Desember 2019, inflasi volatile food tercatat sebesar 1,25 persen (mtm), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,87 persen (mtm). Tekanan ini terutama disebabkan peningkatan harga komoditas bawang merah, telur ayam ras, dan beras masing-masing 24,2 persen (mtm), 13,22 persen (mtm), dan 0,70 persen (mtm).

"Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga bawang merah cenderung meningkat, menyentuh angka Rp34.400/kg, seiring dengan pasokan di pasar yang cenderung turun akibat musim hujan dan mayoritas sentra produksi yang masih dalam masa tanam. Sementara itu, harga komoditas telur ayam ras dan beras di Yogyakarta meningkat sejalan dengan tingginya kebutuhan pada saat perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru," jelasnya.

3. Pada 2020, Inflasi di DIY diperkirakan berada pada titik tengah sasaran

Bank Indonesia: Inflasi DIY Tahun 2019 Terjaga Sesuai Sasaran(Ilustrasi pesawat) IDN Times/Arief Rahmat

Hilman melanjutkan, tekanan pada komponen administered price mengalami peningkatan menjadi 0,90 persen (mtm). Tekanan harga bersumber dari lonjakan permintaan kelompok transportasi yang terjadi sesuai siklusnya saat peak season seiring dengan musim liburan. Lonjakan permintaan tersebut menyebabkan kenaikan harga tarif angkutan udara yakni 4,89 persen (mtm) dan kereta api 12,50 persen (mtm).

Selanjutnya, Bank Indonesia DIY memperkirakan inflasi DIY di tahun 2020 akan berada pada titik tengah sasaran.

"Untuk mencapai sasaran tersebut, Bank Indonesia bersama TPID DIY berkomitmen untuk terus memantau perkembangan harga dan kecukupan stok pangan serta meningkatkan sinergi dan koordinasi antar lembaga sebagai upaya agar stabilisasi harga dapat terus terjaga," terangnya.

Baca Juga: November Inflasi DIY 0,31 Persen, Salah Satunya Dipicu Volatile Food 

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya