Kisah Reza Eario, Resign dari Bank demi Jualan Earphone untuk Musisi

Kini produknya laris manis dipakai para musisi ternama

Yogyakarta, IDN Times - Hampir setiap hari musik menemani aktivitas dari bersantai hingga bekerja, dan di zaman serba mobile ini tak jarang orang-orang memilih earphone sebagai salah satu peranti mendengarkan musik.

Begitu juga bagi para musisi, penggunaan earphone baik untuk mendengarkan musik maupun tampil di panggung sebagai sarana untuk monitoring alat musik sangat penting kehadirannya.

Reza Maulana Yudha, pemilik dari brand earphone asal Yogyakarta, Eario, memahami itu dan membagikan kisahnya membangun brand earphone yang kini produknya sudah dipakai oleh banyak musisi papan atas Indonesia.

Baca Juga: Warga Kepuharjo Wujudkan Mimpi Ciptakan Lapangan Bola ala Eropa

1. Sebelas tahun bekerja di bank, dirinya memilih resign dan membuka usaha

Kisah Reza Eario, Resign dari Bank demi Jualan Earphone untuk MusisiReza Maulana, owner Eario, saat IDN Times temui di kediamannya pada Jumat (14/8/2020) - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Reza berkisah, awalnya dirinya adalah seorang karyawan bank. Lebih kurang 11 tahun lamanya ia bekerja di dunia perbankan. Gaji yang didapatkannya pun sudah cukup besar kala itu.

Kesibukannya bekerja hingga keluar kota membuat dirinya sering merindukan anaknya yang masih kecil. Reza bercerita bahwa dirinya sampai membawa baju anaknya saat harus keluar kota untuk melepaskan rindunya saat tak bisa bertemu. 

Lelah bekerja berpindah-pindah tempat, idealismenya untuk membuka usaha muncul. Dirinya nekat memutuskan resign dari karier di dunia perbankan pada tahun 2015 lalu.

2. Mahasiswa ISI membuatnya mengenal dunia earphone

Kisah Reza Eario, Resign dari Bank demi Jualan Earphone untuk MusisiProduk Eario yang telah selesai diproduksi - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Reza mengaku bahwa awalnya dia tak langsung membuat earphone saat terjun ke dunia usaha, dirinya justru membuka bisnis toko aksesori handphone di kawasan Jl. Menteri Supeno, Yogyakarta, tepat setelah resign.

"Begitu resign bank terus bongkar-bongkar tabungan, buka toko aksesori handphone di Menteri Supeno," ucapnya saat ditemui IDN Times di kediamannya sekaligus basecamp Eario, di kawasan Jl. Babarsari, Sleman, Jumat (14/8/2020).

Reza menceritakan bahwa bisnis aksesori handphone-nya pun berjalan meski pendapatannya tak sebanyak saat dirinya masih bekerja di bank. Sampai di tengah perjalanan, ada mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang menghampiri tokonya untuk membeli earphone. Mahasiswa tersebut meminta earphone yang dapat mengeluarkan suara jujur seperti suara alat musik aslinya.

Karena dirinya berjualan aksesori handphone, tentu dirinya menawarkan earphone aksesori handphone, mahasiswa ISI tersebut pun tidak puas.

Lalu mahasiswa tersebut meminta Reza untuk memesankan earphone yang dia lihat di internet dari luar negeri, mahasiswa tersebut pun bersedia membayar di muka. Melihat antusias mahasiswa tersebut Reza awalnya bingung mengapa sampai ada orang yang ingin membeli earphone dengan harga yang mahal. Reza bercerita bahwa earphone yang diinginkan mahasiswa tersebut harganya sekitar Rp400 ribu kala itu.

Akhirnya Reza menyanggupi untuk memesankan earphone mahasiswa tersebut melalui web luar negeri.

3. Harga sewa bangunan semakin naik, dirinya nekat menutup toko dan mulai berjualan earphone

Kisah Reza Eario, Resign dari Bank demi Jualan Earphone untuk MusisiFaceplat produk Eario x Deadsquad yang siap diproduksi - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Setelah earphone pesanannya datang, mahasiswa ISI tersebut mencobanya. Reza mengatakan bahwa mahasiswa tersebut mencoba earphone-nya cukup lama. Mahasiswa tersebut meminta Reza untuk ikut mencoba earphone-nya. Awalnya Reza tidak percaya dan menganggap semua earphone sama saja, sehingga menemui orang yang membeli earphone mahal adalah suatu hal yang unik bagi dirinya.

"Mas, coba mas, enggak semua earphone sama," kenang Reza saat menceritakan obrolannya dengan mahasiswa ISI kala itu.

Akhirnya Reza pun mau mencobanya, Reza kemudian baru percaya bahwa earphone tersebut memiliki suara berbeda dengan earphone biasa yang dijual sebagai aksesori handphone.

Seiring waktu berjalan, toko aksesorinya harus membayar kontrak sewa bangunan yang ternyata semakin naik. Mengetahui hal itu Reza memutuskan untuk tidak melanjutkan usaha aksesori handphone-nya dan ingin berjualan earphone saja mengingat antusias mahasiswa ISI yang dia temui sebelumnya.

Rekan-rekannya di toko menganggap keputusan Reza untuk berjualan earphone adalah ide yang gila kala itu.

4. Carlo Jikustik mendorong dirinya menciptakan sebuah brand earphone sendiri

Kisah Reza Eario, Resign dari Bank demi Jualan Earphone untuk MusisiProduk Eario sedang melalui tahap burn in - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Tak langsung membentuk brand, dirinya memulai menjadi reseller sebuah brand earphone buatan Indonesia. Reza mengatakan bahwa usaha reseller-nya berjalan cukup mulus, bahkan Carlo, drummer band Jikustik, pun memesan earphone tersebut sampai 12 unit, sampai ketika dirinya menemui masalah baru. 

Reza sering menemui produk earphone yang dijualnya bermasalah dan harus diretur kembali ke produsennya. Sampai pada suatu saat Carlo Jikustik datang kembali untuk memesan lagi earphone yang dia jual. Reza pun mengatakan pada Carlo bahwa dia sering menemui masalah produk dari earphone yang dia jual. 

Alih-alih mencari penjual earphone lain, Carlo justru meminta Reza untuk membuatkan sendiri sebuah earphone yang bisa dipakai musisi, dan dirinya berjanji akan memberikan dukungan untuk Reza kepada produknya.

Tidak punya background seorang teknisi elektro sama sekali karena dulunya adalah karyawan bank, Reza nekat menyanggupi permintaan Carlo.

5. Beragam kesulitan ditemuinya saat pertama kali mengembangkan earphone Eario

Kisah Reza Eario, Resign dari Bank demi Jualan Earphone untuk MusisiMacapat Series: Sinom, salah satu produk Eario - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Kebingungan dari mana dirinya bisa mendapatkan ilmu tentang dunia audio serta mendapatkan bahan-bahan untuk memproduksi earphone, tiba-tiba Reza mendapat jalan.

Temannya semasa bekerja di bank yang mengetahui toko aksesori handphone milik Reza sudah tutup menghubunginya, Reza pun bercerita bahwa dirinya ingin memulai memproduksi earphone sendiri namun kesulitan bahan baku. 

Beruntung temannya memiliki kenalan yang tinggal di Tiongkok dan bisa membantu Reza menyediakan bahan-bahan pembuat earphone. 

Dari hasil mempelajari dunia audio dan spesifikasi bahan baku earphone yang dibantu oleh orang yang ditemuinya saat sedang nongkrong sambil mencoba-coba earphone, Reza mulai memesan bahan baku earphone berupa driver kepada kenalan temannya yang berada di Tiongkok, dari sana dirinya memesan sample sebanyak 25 unit sebagai bahan percobaan untuk membuat earphone sendiri.

Reza mengatakan bahwa dari 25 unit yang dipesan ternyata hanya 22 unit driver yang normal, sedangkan 3 lainnya tidak bisa digunakan. 

Baru pertama kali mencoba merakit bahan baku menjadi earphone, Reza merasa kesulitan dan hampir menyerah karena percobaannya tidak kunjung berhasil. Berbagai tawaran pekerjaan pun masuk yang menggodanya untuk kembali bekerja, istri pun sudah mulai mengeluh dengan usaha Reza yang tak kunjung menampakkan hasil. Namun Reza mengatakan dirinya tetap berusaha untuk melanjutkan proyek pembuatan earphone-nya hingga berhasil saat terakhir dirinya mencoba driver yang ke-22.

"Percobaan ketujuh berhasil sampai percobaan kelimabelasan dan yang terakhir itu. Ini tinggal satu (driver), ini kalau gak berhasil aku kerja saja," ucap Reza mengenang perjuangannya.

Dari serangkaian percobaannya, Reza berhasil membuat earphone pertamanya yang kemudian ditunjukkan kepada Carlo Jikustik. Carlo merasa earphone-nya sudah layak jual. Bahkan Carlo berani menghargai earphone buatan Reza sebesar Rp1 juta.

Reza pun kaget karena dirinya sebenarnya hanya ingin menjualnya Rp250 ribu saja. Dari sana dirinya bertekad bahwa brand earphone buatannya ini dibuat untuk support musisi karena awalnya adalah permintaan dari Carlo Jikustik.

"Eario niatnya memang untuk support musisi, soalnya pada saat itu para musisi cari ear monitor (sebutan earphone untuk penggunaan monitor panggung bagi musisi) yang sesuai, harganya pas itu susah karena saat itu rata-rata (merek) Shure itu Rp1,8 juta itu pun yang abal-abal, kalau yang asli Rp4 juta," ucap Reza.

Berbekal penilaian memuaskan dari Carlo, Reza akhirnya memutuskan untuk membuat lagi lebih banyak unit dengan menggunakan tabungannya hingga meminjam uang dari teman dan merilis brand Eario. Hasil jadinya kemudian dia post melalui sebuah grup pencinta audio di Facebook di bulan Maret 2018. Tak disangka produknya diburu hingga habis bahkan ada yang bersedia memesan melalui pre order.

"Rata-rata mayoritas 90 persen (laku) di bawah 1 jam, mentok-mentok 2 jam setelah dirilis," ungkapnya.

6. Lini produk Eario menggunakan tembang Macapat sebagai bentuk support musisi

Kisah Reza Eario, Resign dari Bank demi Jualan Earphone untuk MusisiBeragam kemasan produk Eario - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Lini produk Eario menggunakan nama-nama yang diambil dari tembang macapat Jawa yang berisi 11 tembang yang menceritakan fase perjalanan hidup manusia dari awal hingga akhir. Menurut Reza nama tersebut cocok untuk mewakili bentuk dukungannya terhadap musisi.

"Tadinya aku pengen kuliner temanya, gudeg atau apa, kok kurang relevan sama musik ya, akhirnya Macapat lah. Tak adopsilah Macapat Series ini yang ada 11 tembang, paling awal kan orang yang masih di dalam janin nih, Maskumambang," ucap Reza menjelaskan.

Saat ini sudah terdapat beberapa produk Eario dari Macapat Series, seperti Maskumambang, Mijil, Sinom, dan seri di luar Macapat Series seperti Wisanggeni Gugat, Black Edition, serta seri kolaborasi seperti Black Edition X drumNDRUM, hingga Eario X Deadsquad, dan juga earphone custom.

"Sementara Eario baru sampai tahap Sinom karena pengennya tiap tahun aku ngerilis lanjutan serinya sampai 11, berarti 11 tahun. Pertama ada Maskumambang, kedua Mijil, ketiga Sinom, tahun depan Kinanthi, terus lanjut lagi sampai nanti Megatruh," ucap Reza.

Sedangkan untuk harga, Reza mengatakan produknya dihargai mulai Rp250 ribu hingga Rp500 ribu.

7. Sempat sakit hingga terpaksa mengurangi kapasitas produksi

Kisah Reza Eario, Resign dari Bank demi Jualan Earphone untuk MusisiEario X Deadsquad, salah satu produk kolaborasi terbaru Eario - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Eario pun semakin berkembang dengan mulai banyak publik figur hingga reviewer yang memperkenalkan produknya. Reza mengatakan bahwa dirinya sempat kaget saat akun Instagram Eario kebanjiran followers. Usut punya usut produknya direview oleh Irwan Kusuma yang dikenal melalui channel YouTube Sobat HAPE. Dari sana produk Eario pun semakin laris.

Reza yang bekerja sendirian dalam memproduksi Eario pun berusaha memenuhi keinginan pasar hingga akhirnya dirinya terkena dislokasi persendian dan memaksanya tak bisa memproduksi banyak produk, dari sana dirinya akhirnya mengurangi produksi Eario yang ternyata menurut Reza malah menjadi strategi marketing yang membuat masyarakat penasaran dengan produknya karena produk yang diproduksi terbatas dan cepat habis.

8. Hingga saat ini Reza memproduksi produk Eario sendirian tanpa karyawan sama sekali

Kisah Reza Eario, Resign dari Bank demi Jualan Earphone untuk MusisiMeja kerja Reza untuk memproduksi Eario - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Reza mengatakan bahwa dirinya memilih bekerja sendirian tanpa ada karyawan karena menurutnya dirinya pernah merasakan menjadi karyawan baik jadi atasan maupun bawahan.

"Dulu itu sebenarnya ada teman yang mau membantu, tapi karena aku pernah merasakan jadi karyawan aku pernah jadi atasan pernah jadi bawahan. Kalau aku jadi atasan kasihan bawahanku, kalau aku jadi bawahan kasihan atasanku karena sering aku protes terus," ucap Reza.

Reza mengatakan jika ada temannya yang ingin membantu, justru dirinya menolak untuk merekrut temannya jadi karyawan. Reza justru memilih memodali temannya untuk mengembangkan usaha yang kemudian dari hasil usahanya bisa kembali memberikan support untuk usaha Reza di Eario sebagai supply chain, sepertinya misalnya produksi box atau kabel untuk earphone Eario.

"Daripada merekrut orang, saya justru memilih menciptakan lapangan kerja untuk mereka berdiri sendiri," ucap Reza.

9. Sering dipakai musisi ternama, Reza mengaku tak pernah berusaha mengendorse

Jika dilihat, produk Eario sering dipakai publik figur dan musisi nasional, seperti Vincent Rompies, Desta Clubeighties, Ayu Ting Ting, Sandy PAS Band, dan berbagai musisi ternama lainnya. Reza mengaku bahwa dirinya tak pernah berusaha meng-endorse artis, semua mengalir begitu saja.

Seperti pada seri kolaborasi terbarunya dengan Deadsquad, dirinya bercerita awalnya ada seseorang yang memesan earphone custom kepadanya, ternyata orang tersebut pernah menjadi asisten Desta Clubeighties, dari sana Vincent pun melihat unggahan asisten Desta dan menghubungi Eario untuk memesan juga. Selanjutnya melalui circle Vincent, Deadsquad pun tertarik untuk membuat merchandise melalui produk kolaborasinya dengan Eario.

Reza pun selalu memegang teguh sebuah prinsip yang membuatnya selalu yakin terhadap usahanya.

"Sing penting nandur, perkara hasil atau panen urusan gusti Allah (yang penting menanam benih (berusaha), masalah hasil atau panen urusan gusti Allah)," tutup Reza.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya