Tanaman Hias Jadi Tren, Perajin Gerabah Kasongan Panen Rezeki

Perajin sampai kewalahan penuhi pesanan

Bantul, IDN Times - ‎Bisnis perajin gerabah di sentra kerajinan gerabah Kasongan, Kabupaten Bantul, sempat terpuruk akibat pandemik COVID-19. Namun, perekonomian mereka kini mulai bangkit kembali. 

Hal ini karena hobi tanaman hias yang kembali jadi tren di masa pandemik. Bahkan, perajin sampai kewalahan memenuhi permintaan pot tanaman dari berbagai wilayah di Indonesia.

Baca Juga: Pengin Nambah Penghasilan, Yuk Buka Bisnis Kecil-kecilan

1. Lockdown di negara tujuan ekspor membuat kiriman gerabah sempat terhenti beberapa bulan

Tanaman Hias Jadi Tren, Perajin Gerabah Kasongan Panen RezekiPot bunga yang dijual oleh pengusaha gerabah di Kasongan Bantul. IDN Times/Daruwaskita

Salah satu perajin gerabah di Kasongan sekaligus pemilik Nurya Craft, Rahmat Sholeh (35) mengatakan, mulanya produksi gerabah untuk pasar ekspor tetap berlangsung ketika awal pandemik. Namun, gerabah yang siap ekspor tak bisa dikirim ke negara tujuan karena negara adanya lockdown.

"Awal pandemik banyak negara tujuan ekspor seperti Belanda, Inggris hingga Prancis melakukan lockdown. Pelabuhan juga tutup, sehingga ada penundaan pengiriman barang yang berdampak tidak ada lagi uang yang bisa diputar oleh pengusaha gerabah yang mendapatkan pesanan ekspor," katanya saat ditemui di showroom Nurya Craft di Kasongan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (19/11/2020).

2. Ekonomi mulai bergeliat lewat pesanan wastafel dan padasan tanah liat

Tanaman Hias Jadi Tren, Perajin Gerabah Kasongan Panen RezekiSalah satu warga Dusun Jodog, mencuci tangan pada padasan usai berpergian. IDN Times/Daruwaskita

Di saat perajin dan pengusaha gerabah kesulitan memutar modal, kata Rahmat, ada permintaan kerajinan gerabah yang cukup banyak yakni padasan hingga wastafel dari gerabah untuk fasilitas menunjang protokol kesehatan khususnya mencuci tangan pada air mengalir dengan sabun.

"Permintaan cukup banyak karena menjadi salah satu program pemerintah untuk sering mencuci tangan pada air yang mengalir pada sabun dan wastafel atau padasan dari gerabah banyak diburu instansi pemerintah maupun masyarakat," ungkapnya.

3. Tren tanaman hias berimbas pada permintaan pot

Tanaman Hias Jadi Tren, Perajin Gerabah Kasongan Panen RezekiPermintaan pot bunga berbagai ukuran melonjak tajam saat booming tanam bunga saat masa pendemik. IDN Times/Daruwaskita

Rahmat bercerita, rezeki bagi perajin dan pengusaha gerabah turun dari langit ketika hobi tanaman hias kembali ngetren. Pot tanaman dengan berbagai ukuran dan motif pun laku keras, meski sejauh ini permintaannya hanya dari dalam negeri.

"Memasuki masa new normal atau adaptasi kebiasaan baru, saya akui permintaan pot bunga meledak," ujarnya.

Tak hanya pesanan dari luar daerah seperti Sidoarjo, Jakarta dan kota-kota besar di Jawa hingga Makassar, wisatawan juga berburu pot langsung ke sentra kerajinan gerabah di Kasongan.

"Kalau libur akhir pekan jalan menuju sentra kerajinan gerabah Kasongan dipastikan macet akibat banyak mobil dan bus wisatawan parkir di pinggir jalan," ungkapnya.

4. Pot mulai Rp15 ribu hingga ratusan ribu rupiah laris diburu

Tanaman Hias Jadi Tren, Perajin Gerabah Kasongan Panen RezekiPot bunga dengan berbagai ukuran,motif diburu oleh konsumen. IDN Times/Daruwaskita

Rahmat mengatakan pot bunga dari harga Rp15 ribu hingga di atas Rp100 ribu banyak diburu oleh wisatawan yang sengaja mampir ke Kasongan.

"Harga pot bunga di Kasongan terbilang relatif murah karena jika sudah sampai tangan ke dua atau pedagang retail harganya bisa naik 100 hingga 200 persen," katanya.

"Kalau hari biasa saya bisa menjual pot bunga antara Rp300 ribu hingga Rp500 ribu namun kalau akhir pekan bisa melonjak ratusan persen penjualan dalam satu harinya," tambahnya lagi.

Lebih lanjut, para wisatawan yang berburu pot bunga di Kasongan cenderung memilih yang punya motif yang unik dan menarik yang sebelumnya belum pernah ditemukan. Meski pot bunga dengan motif yang lama juga laku dijual.

"Kalau untuk motif dalam satu minggu bisa keluar ratusan motif baru karena dari satu motif yang sederhana bisa dikembangkan menjadi ratusan motif dan itu memang keahlian yang dimiliki oleh perajin gerabah di Kasongan," ungkap Rahmat.

Membludaknya permintaan pot dari berbagai kota dan wisatawan khususnya di Kasongan menyebabkan perajin gerabah kelebihan pesanan. Akibatnya, banyak pesanan yang harus dikirim dalam waktu yang lama karena hampir semua perajin menerima setiap pesanan pot bunga.

"Ya memang saat ini para perajin gerabah di Kasongan baru banyak dapat rezeki karena pesanan tak pernah berhenti. Namun ini juga berdampak pada pesanan gerabah untuk diekspor juga tersendat karena harus melayani permintaan pot bunga untuk pasaran lokal yang tak kalah banyaknya," ucapnya.

5. Perajin gerabah banyak menolak pesanan pot bunga dari pengusaha gerabah di Kasongan‎

Tanaman Hias Jadi Tren, Perajin Gerabah Kasongan Panen RezekiBerbagai macam pot bunga diburu konsumen. IDN Times/Daruwaskita

Darmono, salah satu perajin gerabah di Kasongan, mengaku kewalahan untuk memenuhi pesanan dari pengusaha gerabah di Kasongan bahkan harus menolak pesanan gerabah karena kekurangan tenaga.

"Saya buat pesanan gerabah hanya mengandalkan anggota keluarga saya saja sehingga tidak mungkin memenuhi semua permintaan dari pengusaha gerabah di Kasongan," ucapnya.

Tak hanya dirinya, hampir semua perajin gerabah di Kasongan saat ini overkapasitas pesanan sehingga pesanan tidak bisa dikerjakan dalam waktu yang cepat. Pelanggan harus rela menunggu waktu lebih lama.

"Booming menanam bunga saat pandemi menjadi rezeki bagi perajin gerabah di Kasongan dan ini baru pertama kalinya permintaan sangat banyak sehingga perajin gerabah juga keteteran memenuhi pesanan," ungkapnya.‎

Baca Juga: Area Stadion Maguwoharjo Bakal Jadi Kawasan Ekonomi Khusus

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya