TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Investasi Modal Triwulan III Tahun 2020 di Bantul Melonjak Tajam 

Pemkab Bantul akan mempermudah investasi

Kantor Bupati Bantul. (IDN Times/Paulus Risang)

Bantul, IDN Times - Pandemik yang mulai berlangsung sejak Maret 2021 hingga saat ini ternyata tak menyurutkan pemodal untuk melakukan investasi di Bumi Projotamansari.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (DPMPT) Bantul Sri Muryuwantini mengatakan data di DPMPT Bantul menyebutkan total investasi yang masuk ke Bantul hingga triwulan ketiga adalah senilai Rp42,7 miliar.

Baca Juga: 5 Tips Suskses Investasi bagi Kamu Pekerja Freelance

1. Hingga triwulan ketiga tahun 2020 total investasi mencapai Rp42 miliar

Ilustrasi investasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Jumlah investasi modal pada triwulan tiga yang masuk ke Bantul sejumlah Rp24,1 miliar. Jumlah ini meningkat dibanding triwulan dua yang hanya mencapai Rp4,5 miliar serta triwulan pertama sebanyak Rp14 miliar.

“Dari segi realisasi hingga triwulan ketiga tahun 2020, dari sektor PMA [Penanam Modal Asing] kami mencatat cukup banyak peningkatan. Dari Rp24,1 miliar sebanyak Rp22,5 miliar di antaranya adalah berasal dari PMA yang berasal dari 20 perusahaan dan 27 proyek,” katanya, Minggu (28/2/2021).

2. Kemudahan perizinan yang diberikan Pemkab Bantul menjadi daya tarik investor

Kantor DPMPPT/ slemankab.go.id

Menurutnya jika menilik realisasi per sektor, besaran realisasi pada triwulan ketiga terbesar berasal dari PMA melalui sektor tersier mencakup perdagangan dan reparasi senilai Rp20,2 miliar dan sektor sekunder yakni Rp2,2 miliar melalui industri mineral nonlogam dan industri lainnya.

Sedangkan untuk  besaran realisasi pada triwulan ketiga yang berasal dari PMDN melalui sektor sekunder mencapai Rp1,2 miliar dan sektor tersier Rp382,9 juta. 

Sri mengakui kebijakan investasi utama di sektor industri akan dipermudah sejalan arah dari Bupati Bantul Abdul Halim Muslih yang menginginkan kemudahan investasi linier dengan penyerapan tenaga kerja.

“Karena selama ini memang sektor perdagangan, industri logam, kayu dan pakaian cukup banyak menyerap tenaga kerja lokal,” ucap Sri.

Baca Juga: Bitcoin Makin Digemari Investor, Menkeu AS Peringatkan Bahayanya

Berita Terkini Lainnya