Cerita Buruh di Jogja, Upah Murah Tidak Mampu Beli Rumah

Tinggal di rumah orangtua padahal sudah beranak dua

Intinya Sih...

  • Upah murah di DIY menyulitkan buruh untuk membeli rumah.
  • UMP DIY 2024 Rp2.125.897,61, UMK tertinggi di Yogyakarta Rp2.492.997 dan terendah di Gunungkidul Rp2.118.041.
  • Buruh pabrik masih tinggal dengan orangtua, kesulitan membeli rumah subsidi dengan gaji saat ini.

Yogyakarta, IDN Times - Upah murah menjadi permasalahan panjang di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Upah murah pun dirasakan oleh para buruh yang ada di DIY, menyebabkan mereka kesulitan untuk membeli rumah.

Upah Minimum Provinsi (UMP) DIY 2024 saat ini di angka Rp2.125.897,61. Sementara Upah Minimum Kabupaten/kota (UMK) tertinggi ada di Kota Yogyakarta sebesar Rp2.492.997 dan terendah ada di Kabupaten Gunungkidul dengan Rp2.118.041.

1. Upah rendah, tidak mampu membeli rumah

Cerita Buruh di Jogja, Upah Murah Tidak Mampu Beli RumahAksi buruh Jogja memperingati Hari Buruh, Rabu (1/5/2024). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

UMK yang rendah, tidak sejalan dengan kebutuhan para pekerja, termasuk harga tanah dan rumah yang terus meroket. Akibatnya para buruh tidak bisa dengan mudah untuk membeli rumah, bahkan rumah sederhana.

Salah satu buruh pabrik mebel, Safarianto mengaku saat ini dirinya masih tinggal dengan orangtua, padahal sudah memiliki seorang istri dan dua orang anak. Ia mengaku cukup berat untuk bisa beli rumah di DIY.

"Kebutuhan dasar sandang pangan kita masih bisa seadanya, tapi kalau rumah, sampai saat ini susah untuk menjangkau. Keinginan beli rumah pasti ada. Itu harapan semua teman-teman buruh. Rumah itu kebutuhan dasar," ucap Safarianto, saat mengikuti aksi Hari Buruh, di Nol Kilometer Yogyakarta, Rabu (1/5/2024).

Untuk menjangkau rumah subsidi dengan harga Rp160 juta pun ia merasa berat, dengan gaji yang ia dapat saat ini. "Susah dengan angsuran Rp900 ribu-Rp1 juta per bulannya. Hampir separuh upah itu untuk angsuran. Padahal harus menghidupi istri dan anak, transportasi dan yang lainnya.

2. Untuk kehidupan sehari-hari masih kurang

Cerita Buruh di Jogja, Upah Murah Tidak Mampu Beli RumahAksi buruh Jogja memperingati Hari Buruh, Rabu (1/5/2024). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Senada, dikatakan buruh pabrik sarung tangan, Maesaroh (46) merasa kesulitan untuk membeli rumah. Ia yang sudah memiliki dua orang anak juga masih harus tinggal bersama orang tuanya. Bahkan untuk kehidupan sehari-hari masih kurang.

"Nggak bisa beli rumah. Buat sehari-hari aja kurang. Keadaan juga kaya gini, apa-apa pada naik. Upah harus naik berkali-kali lipat (biar bisa beli rumah)," kata Maesaroh.

Maesaroh mengatakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, terkadang harus mencari uang tambahan, dengan kerja serabutan. Seperti saat momen Ramadan, dia biasanya memanfaatkan untuk mencari uang tambahan. "Di rumah juga jualan-jualan gitu," ucap Maesaroh.

Baca Juga: Ratusan Buruh di Jogja Tuntut Prabowo Cabut UU Cipta Kerja

3. Buruh minta adanya rumah murah

Cerita Buruh di Jogja, Upah Murah Tidak Mampu Beli RumahAksi MPBI DIY memperingati hari buruh. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Diketahui, ratusan buruh yang tergabung dalam Majelis Pekerja Buruh Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (MPBI DIY) menggelar aksi memperingati Hari Buruh di Tugu Pal Putih Yogyakarta-Titik Nol Kolimeter Yogyakarta, Rabu (1/5/2024). MPBI DIY meminta Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono menyediakan rumah murah, sebagai solusi upah murah di DIY. Selain itu massa aksi menuntut Pemda DIY menyediakan akomodasi untuk buruh dengan transportasi publik yang murah.

"Kami mendesak kepada Pemda DIY sebagai akibat dari adanya upah murah, maka Pemda DIY harus melakukan pembangunan perumahan untuk buruh. Upah minimum tidak bisa untuk beli rumah," ujar Koordinator MPBI DIY, Irsad Ade Irawan.

Baca Juga: May Day, Buruh di Jogja Minta Pemda DIY Bangun Rumah Murah

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya