Filosofi Sayur Lodeh Kluwih, Makanan Wajib Ada di Keraton Jogja

Sudah pernah cicipi lodeh kluwih?

Gudeg memang makanan terpopuler di Jogja. Namun, bukan gudeg yang menjadi menu wajib ada di Keraton Yogyakarta, melainkan lodeh kluwih. 

Lodeh kluwih bukan sebarang olahan makan menurut warga Jogja. Makanan ini punya makna yang dalam, termasuk perihal pemilihan kluwih sebagai bahan utamanya. Penasaran mengapa lodeh kluwih sangat istimewa? Yuk, langsung simak trivianya berikut ini!

1. Wajib ada setiap hari dan dimasak di Pawon Prabeya

Filosofi Sayur Lodeh Kluwih, Makanan Wajib Ada di Keraton Jogjailustrasi lodeh kluwih pedas (instagram.com/yulia_tokarmo)

Ada banyak pawon atau dapur yang berada di dalam Keraton Jogja, salah satunya adalah pawon prabeya yang merupakan pawon ageng dan masih beroperasi hingga saat ini. Letaknya di sebelah barat Plataran Kemagangan dengan dua abdi dalem yang menurut laman Kraton Jogja, masing-masing memiliki Paring Dalem Nama yang diakhiri dengan nama "bujana". 

Pawon Prabeya ini hanya khusus memasak makanan tradisional Jawa dan menjadi lokasi menyiapkan masakan untuk Ngarsa Dalem, termasuk lodeh kluwih. Selain lodeh kluwih, ada masakan lain yang dimasak secara bergantian. Misalnya saja asem-asem, bobor, sop, dan lain-lain.

2. Makanan simbol kesederhanaa

Filosofi Sayur Lodeh Kluwih, Makanan Wajib Ada di Keraton Jogjailustrasi kluwih (youtube.com/Sharing Masak Memasak)

Bukan tanpa alasan mengapa sayur lodeh kluwih menjadi menu wajib ada di Kraton Jogja. Salah satunya karena lodeh kluwih dianggap sebagai masakan yang bisa diolah oleh siapa saja dan menjadi simbol kesederhanaan. 

Tidak hanya yang datang dari keluarga bangsawan, tapi juga masyarakat biasa boleh memasak lodeh kluwih. Hal ini karena bumbunya yang mudah didapat dan cocok untuk memasak apa saja.

Baca Juga: 5 Menu Makan Siang Khas Keraton Yogyakarta, Unik dan Serba Daging

3. Dinilai makanan yang layak untuk disajikan pada Sultan

Filosofi Sayur Lodeh Kluwih, Makanan Wajib Ada di Keraton JogjaRaja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Dok. Istimewa)

Dalam kepercayaan keluarga Keraton Yogyakarta, buah kluwih adalah perlambang dari woh kang linuwih atau buah yang memiliki kelebihan. Hal ini dilihat dari bijinya atau yang disebut beton, yang berukuran besar dan memiliki rasa gurih saat dimasak. Selain karena besar, beton kluwih juga keras dan tidak mudah hancur saat dimasak. 

Makna-makna tadi menyimpulkan bahwa kluwih bermakna kesederhanaan, pengayoman, dan kekuatan. Ditambah dengan rasanya yang lezat, membuat lodeh kluwih layak menjadi makanan Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat karena beliau adalah sosok yang linuwih atau berkedudukan lebih tinggi dari lainnya. 

4. Kluwih juga dipakai untuk ritual penting keraton

Filosofi Sayur Lodeh Kluwih, Makanan Wajib Ada di Keraton JogjaDokumen Pribadi : Nur Hanifah Ahmad

Buat kamu yang belum mengenal kluwih, buah ini sering dikira dengan sukun tapi jika diperhatikan lebih lanjut, keduanya memiliki karakteristik yang berbeda terutama di bagian kulitnya. Dilansir dari berbagai sumber, kluwih banyak tumbuh di wilayah tropis dan pasifik. 

Termasuk di Keraton Jogja, pohon kluwih juga banyak ditemukan di sekitarnya. Karenanya, bagian dari pohon besar dengan daun lebar jari-jari tersebut juga kerap dijadikan bagian dari sesaji upacara adat. Misalnya saat ritual tetesan atau siraman, menggunakan daun kluwih sebagai alas duduk yang dinilai merupakan simbol dari pengayoman. 

Menarik kan mengulik masakan tradisional lodeh kluwih dari sudut pandang Keraton Yogyakarta? Apalagi setelah mengetahui bahwa bukan hanya buahnya saja yang bisa berguna, tapi juga daun dan bijinya. Hayo, kamu sudah pernah makan lodeh kluwih belum nih?

Baca Juga: Omah Kalang Coffee, Spot Nongkrong Nuansa Keraton di Jogja

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya