Mengintip Puro Pakualaman, Istana Kerajaan yang Lain di Yogyakarta

Istana ini menjadi tempat tinggal Paku Alam

Selain Keraton Yogyakarta, DIY juga memiliki istana kerajaan bernama Puro Pakualaman yang bisa dijadikan alternatif wisatawan yang melancong ke Kota Pelajar ini.

Puro Pakualaman memang berdiri belakangan dibandingkan dengan Keraton Yogyakarta. Namun, menurut catatan sejarah, histori kedua kerajaan ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hal ini dikarenakan raja Kadipaten Pakualaman yang bernama Pangeran Notokusumo dan bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam I merupakan putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono I.

1. Berdiri tahun 1834

Mengintip Puro Pakualaman, Istana Kerajaan yang Lain di Yogyakartainstagram.com/museumpuro_pa/

Puro Pakualaman berdiri setelah ada kontrak politik antara Pangeran Notokusumo dan Pemerintah Inggris pada tahun 1813. Menurut Peneliti Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta Suhatno dalam tulisan Yogyakarta Dalam Lintasan Sejarah (2006), kontrak tersebut muncul setelah tentara Inggris berhasil melumpuhkan Keraton Yogyakarta tahun 1812 yang mengakibatkan Sultan Hamengku Buwono II diasingkan.

Sebagai gantinya, Pemerintah Inggris mengangkat Pangeran Adipati Anom menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono III sementara Pangeran Notokusumo sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam I.

2. Diangkat karena intrik kerajaan

Mengintip Puro Pakualaman, Istana Kerajaan yang Lain di Yogyakartainstagram.com/museumpuro_pa/

Diangkatnya Pangeran Notokusumo menjadi seorang raja di atas tidak terlepas dari intrik keluarga Keraton Yogyakarta antara Pangeran Adipati Anom dan saudara Pangeran Notokusumo yang tak lain adalah ayahnya, Sri Sultan Hamengku Buwono II.

Menurut Suhatno, Pangeran Notokusumo diberi wewenangan buat memimpin daerah otonom yang mempunyai tentara sendiri tapi kedudukannya di bawah raja Kasultanan Yogyakarta. Ia lantas memilih wilayah sebelah timur Keraton yang bernama Kadipaten Pakualaman. Di sana dibangun pula Puro Pakualaman yang menghadap ke sebelah selatan.

Baca Juga: 5 Fakta Taman Sari, Pesanggrahan Keraton yang Punya Banyak Fungsi

3. Luas 5 hektar lebih

Mengintip Puro Pakualaman, Istana Kerajaan yang Lain di Yogyakartainstagram.com/museumpuro_pa/

Menurut Dharma Gupta, dkk dalam Toponim Kota Yogyakarta (2007), kompleks Puro Pakualaman terdiri dari rangkaian bangunan menyatu yang dikelilingi tembok seluas 5,4 hektar. Oleh karena Puro Pakualaman merupakan pusat pemerintahan, terdapat alun-alun, masjid, dan pasar di sana. Selain itu, ada pula permukiman untuk penduduk, dalem-dalem, dan fasilitas lainnya.

4. Bagian Puro Pakualaman

Mengintip Puro Pakualaman, Istana Kerajaan yang Lain di Yogyakartainstagram.com/museumpuro_pa/

Selayaknya istana kerajaan, terdapat pohon Beringin di alun-alun yang bernama Sewandana di depan Puro Pakualaman. Jika masuk ke dalam, ada gerbang utama Regol Danawara yang dibangun pada tahun 1884.

Di dalam kompleks Puro Pakualaman terdapat bangunan-bangunan inti yang saat ini berfungsi untuk acara seremoni serta fasilitas penunjang kehidupan sehari-hari Sri Paku Alam dan keluarga. Bangunan itu antara lain Bangsal Sewatama, Dalem Ageng Prabasuyasa, Bangsal Sewarengga, Gedhong Maerakaca, Bangsal Parangkarsa, dan Gedhong Purwaretna.

5. Fungsi-fungsi bangunan Puro Pakualaman

Mengintip Puro Pakualaman, Istana Kerajaan yang Lain di Yogyakartainstagram.com/museumpuro_pa/

Bangunan di atas dulu memiliki fungsinya masing-masing. Bangsal Sewarengga, misalnya, menjadi tempat di mana Paku Alam memberikan tugas pada pegawainya. Ia berfungsi sebagai ruang tunggu. Ada pula Bangsal Parangkarsa yang digunakan buat tempat persiapan pernikahan putra-putri Paku Alam dan lokasi menginap para tamu negara yang datang ke Puro Pakualaman.

Buat kamu yang penasaran dengan Puro Pakualaman, tempat ini bisa dikunjungi setiap hari dari jam 8 pagi hingga 3 sore. Tertarik?

Baca Juga: Mengenal Bregada, Pasukan Prajurit Kraton Yogyakarta

Topik:

  • Paulus Risang
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya