Unik, 5 Fakta Kampung Pitu di Nglanggeran Gunungkidul

Disebut Kampung Pitu karena hanya dihuni 7 kepala keluarga

Pernah dengar soal Kampung Pitu? Kampung ini terletak di bagian timur puncak Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jika satu kampung bisa dihuni oleh puluhan kepala keluarga, berbeda dengan Kampung Pitu yang hanya boleh dihuni maksimal pitu atau tujuh kepala keluarga.

Penasaran bagaimana keunikan masyarakat di kampung tersebut? Berikut ini 5 fakta Kampung Pitu di Gunungkidul yang perlu kamu tahu.

1. Medan ke Kampung Pitu bergelombang, tapi pemandangannya menakjubkan

Unik, 5 Fakta Kampung Pitu di Nglanggeran Gunungkidulkampung pitu (instagram.com/andika_anjani)

Kampung Pitu berlokasi di sisi timur Gunung Api Purba Nglanggeran, tepatnya di Dusun Nglanggeran Wetan RT 04/RW 19. Untuk mencapai ke sana, ada beberapa bagian jalan yang belum teraspal dengan halus sehingga saat dilewati pun bergeronjal. Jika kamu tidak terbiasa dengan medan menanjak dan jalan kasar, harus ekstra waspada dan hati-hati, nih.

Walau begitu, ini sepadan dengan pemandangan yang menyegarkan dan memanjakan mata dari atas. Saat matahari terbit maupun terbenam, bisa disaksikan keindahan dari pegunungan. Apalagi sejak adanya danau buatan yang lokasinya gak jauh dari Kampung Pitu, lengkap sudah kecantikannya. Cocok jadi tempat ‘pelarian’ dari hiruk pikuk kota.

2. Seluruh penghuninya masih punya hubungan darah

Unik, 5 Fakta Kampung Pitu di Nglanggeran GunungkidulKampung pitu (instagram.com/scholastikasastranegara)

Alasan kenapa Kampung Pitu hanya ditempati oleh tujuh kepala keluarga bukan karena tempatnya yang sempit, justru sebaliknya. Tanah di sini masih luas, tapi tidak ada yang berani mendirikan bangunan di atasnya. Terkecuali, tujuh kepala keluarga yang ternyata masih saling bersaudara.

Ketujuh kepala keluarga merupakan keturunan dari Eyang Iro Kromo, sang pendiri Kampung Pitu. Keluarga di sini tinggal berjauhan menempati tanah seluas tujuh hektare yang dipimpin oleh seorang juru kunci. Masing-masing kepala keluarga setidaknya memiliki jatah satu hektare tanah untuk diolah.

Baca Juga: Merapi Park Sleman Mulai Dibuka untuk Umum, Saatnya Jelajah Dunia 

3. Tanah Kampung Pitu konon merupakan hadiah dari Keraton

Unik, 5 Fakta Kampung Pitu di Nglanggeran GunungkidulKampung pitu (instagram.com/guidekudotcom)

Bisa dibilang, Kampung Pitu ini penuh misteri. Menurut cerita yang berkembang, tanah yang ditempati ini diberikan kepada Eyang Iro Kromo sebagai hadiah dari Keraton Yogyakarta sebagai hadiah. Hadiah bukan sembarang hadiah, ini karena Eyang Iro Kromo dianggap mampu menjaga pusaka milik keraton yang bernama Pohon Kinah Gadung Wulung.

Karena itulah hanya keturunan Eyang Iro Kromo yang boleh menetap di Kampung Pitu. Aturan yang sudah ada ini sangat genting, bahkan disebutkan bahwa nyawa adalah taruhannya. Kini, dari tujuh KK yang terdiri dari tiga puluh orang, hanya bisa diwarisi kepada keturunannya saja.

4. Bebas dari polusi udara dengan masyarakat yang ramah

Unik, 5 Fakta Kampung Pitu di Nglanggeran GunungkidulKampung Pitu (instagram.com/guidekudotcom)

Seperti yang disebutkan di atas bahwa untuk menuju Kampung Pitu gak mudah dan keberadaannya jauh dari pusat kota. Akses yang sulit dijangkau membuat Kampung Pitu jarang dilalui oleh kendaraan. Makanya, gak heran bila kawasan ini bebas polusi udara.

Walau begitu Kampung Pitu gak selalu sepi. Sering kali ada pesepeda yang mampir untuk membuktikan kabar soal Kampung Pitu sambil menikmati alamnya yang asri. Dan selayaknya warga desa, orang yang tinggal di Kampung Pitu menyambut dengan ramah dan hangat.

5. Cara menjadi warga Kampung Pitu

Unik, 5 Fakta Kampung Pitu di Nglanggeran GunungkidulKampung Pitu (instagram.com/guidekudotcom)

Meskipun Kampung Pitu hanya bisa diisi oleh tujuh kepala keluarga, bukan berarti tidak menerima anggota keluarga baru. Salah satu cara menjadi warga di sini adalah dengan menikahi salah satu penduduknya. Namun jika ingin menjadi kepala keluarga, ada syaratnya.

Syarat yang harus dipenuhi yaitu dengan menunggu salah satu dari ketujuh kepala keluarga sebelumnya meninggal dunia. Jika sebatas menikah dan ingin tinggal, maka bisa ikut di salah satu kartu keluarga yang ada.

Kampung Pitu menjadi salah satu bukti bahwa modernitas pun bisa berjalan beriringan dengan budaya. Jadi, sudah menjadi kewajiban semua orang di Indonesia untuk menghormati dan menjaga keunikan setiap adat istiadat yang ada.

Baca Juga: Nglanggeran Gunungkidul Wakili Indonesia Ajang Desa Wisata Dunia 

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya