Sejarah PSIM Yogyakarta, Pionir Sepak Bola di Tanah Mataram

Menjadi salah satu klub sepak bola pendiri PSSI

Bagi pencinta sepak bola di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), PSIM (Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram) adalah salah satu klub kebanggaan masyarakat provinsi di selatan pulau Jawa ini. Jauh sebelum tim-tim lain di sekitarnya bermunculan seperti PSS Sleman dan Persiba Bantul, PSIM merupakan klub yang disegani di Indonesia, terlebih saat kompetisi di era perserikatan.

Berikut sejarah singkat kiprah PSIM Yogyakarta, tim sepak bola legenda di Tanah Mataram yang terus berjuang di tengah kompetisi sepak bola yang cukup sengit di negeri ini.

1. Sejarah berdirinya PSIM

Sejarah PSIM Yogyakarta, Pionir Sepak Bola di Tanah MataramPSIM Yogyakarta. (instagram.com/psimjogja_official)

PSIM terbentuk pada tanggal 5 September 1929 dengan nama Perserikatan Sepak Raga Mataram (PSM). Nama Mataram digunakan sebagai penanda bahwa Yogyakarta adalah pusat kerajaan Mataram.

Lalu, pada tanggal 27 Juli 1930, PSM berganti nama menjadi Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram (PSIM) sebagai tuntutan pergerakan kebangsaan demi kemerdekaan Indonesia. Bisa dibilang, PSIM merupakan suatu organisasi perjuangan bangsa dan negara Indonesia.

2. PSIM salah satu pionir berdirinya PSSI

Sejarah PSIM Yogyakarta, Pionir Sepak Bola di Tanah MataramLogo PSSI. (Website/pssi.org)

Pada 19 April 1930, PSIM bersama dengan BIVB Bandung (Persib Bandung), VIJ Jakarta (Persija Jakarta), MIVB Magelang (PPSM Magelang), SIVB (Persebaya Surabaya), MIVB (PPSM Magelang), MVB (Madiun Putra FC), YVC (Persijap Jepara), dan VVB (Persis Solo) memiliki ide membentuk organisasi induk sepak bola. Pertemuan ini dilakukan di gedung Societeit Hadiprojo (Taman Budaya Yogyakarta), kala itu PSIM diwakili oleh Amir Noto, Daslam, dan HA Hamid.

Setelah melalui beberapa kali pertemuan, akhirnya pada tahun PSSI (Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia) pun terbentuk dan dipimpin oleh Soeratin Sosrosugondo yang berkedudukan di Yogyakarta.

Untuk mengenang hal ini, maka dibuatlah monumen PSSI atau dikenal dengan nama wisma Soeratin yang berada di Jalan Mawar Kota Yogyakarta. Bangunan ini berdekatan dengan Stadion Mandala Krida yang menjadi saksi bisu lahirnya PSSI.

Baca Juga: Bangga Bersama PSIM, 2 Penjaga Gawang Bertahan Demi Laskar Mataram  

3. Perjalanan kompetisi sepak bola PSIM

Sejarah PSIM Yogyakarta, Pionir Sepak Bola di Tanah MataramPSIM kontra Persiram di Stadion Mandala Krida Yogyakarta, Selasa (01/03/2011) silam. (psimjogja.id)

Sejak dibentuknya PSSI, kompetisi sepak bola tahunan antar kota atau perserikatan diadakan. Dalam kompetisi tersebut, PSIM tampil sebagai juara di tahun 1932 setelah menang dalam pertandingan final di Jakarta mengalahkan VIJ Jakarta. Sayangnya, setelah itu, PSIM hanya bisa menduduki peringkat kedua dalam setiap pertandingan, yakni tahun 1939, 1940, 1941, 1943, dan 1948.

PSIM juga pernah berada di posisi ke-2 dalam Liga Divisi 1 pada tahun 1985, 1987, dan 1992. Tapi sejak adanya Liga Indonesia yang dimulai tahun 1994, PSIM mengalami pasang surut hingga alami degradasi pada Liga Indonesia 1994/1995. Namun, dua tahun kemudian PSIM berhasil promosi ke divisi utama.

Setelah berjuang selama tiga musim di divisi utama, PSIM kembali terdegradasi ke divisi I tahun 1999/2000. Akhirnya di tahun 2005, PSIM lolos menapaki divisi utama karena menjadi juara divisi I.

Tapi ujian berat kembali dihadapi PSIM, kebijakan PSSI yang menggabungkan satu wilayah menjadi ISL di tahun 2008 membuat PSIM batal melaju dan kembali ke divisi utama. Meski begitu, prestasinya semakin meningkat, bahkan pada kompetisi 2011/2012, PSIM menjadi tim yang profesional dan tidak lagi menggunakan dana APBD.

Musim 2019 seharusnya menjadi momen yang tepat untuk bangkit dari tidur panjang. Ini karena PSIM baru saja terlepas dari hukuman PSSI, yaitu pemotongan poin dalam keikutsertaan pada kompetisi musim 2017. Selain itu, PSIM juga mendapat perhatian khusus dari Bambang Susanto, pengusaha asal Semarang yang bersedia menggelontorkan dana besar untuk kebangkitan klub yang identik disapa 'warisane simbah' ini. Sayangnya di tahun tersebut PSIM gagal berada di puncak.

Pandemi COVID-19 membuat kompetisi Liga-2 musim 2020 hanya berlangsung satu pekan. Kompetisi baru dilanjutkan pada musim 2021, namun PSIM harus menelan pil pahit kembali karena gagal promosi ke Liga 1 setelah dikalahkan RANS FC pada babak semifinal. Meski begitu, patut ditunggu perjalanan klub legendaris  dari tanah Mataram ini melakoni berbagai kompetisi hingga meraih banyak prestasi.

4. Stadion mandala krida sebagai homebase PSIM

Sejarah PSIM Yogyakarta, Pionir Sepak Bola di Tanah MataramFoto Stadion Mandala Krida (instagram.com/Stvdiums)

Stadion Mandala Krida dikenal sebagai rumah dari PSIM Yogyakarta. Berada di tengah-tengah Kota Yogyakarta, stadion yang berkapasitas 35.000 penonton ini cukup mudah dijangkau dari berbagai arah. Tak mengherankan, selain sebagai arena olahraga, Mandala Krida sering digunakan untuk acara musik, pameran, dan lainnya.

Direnovasi tahun 2013, fasilitas Mandala Krida menjadi jauh lebih modern. Berbagai fasilitas baru pun sudah dipasang seperti pemasangan lintasan atletik di dalam lapangan, arena panjat tebing, bola voli, sepatu roda, dan masih banyak lagi.

Saat meresmikan Mandala Krida yang sudah direnovasi pada tanggal 10 Januari 2019, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan Stadion Mandala Krida merupakan simbol kebanggaan masyarakat Yogyakarta. Atas dasar inilah, PSIM pun diizinkan memakai stadion tersebut karena keduanya merupakan ikon olahraga di Yogyakarta. Oya, untuk mengunjungi stadion Mandala Krida, kamu bisa pergi ke jalan Kenari, Semaki, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

5. PSIM memiliki suporter loyal, Brajamusti dan Maident

Sejarah PSIM Yogyakarta, Pionir Sepak Bola di Tanah MataramBrajamusti, suporter PSIM Yogyakarta. (twitter.com/crazylionzine)

Perjalanan panjang PSIM tak lepas dari dukungan para suporternya hang sangat loyal. Brajamusti dan Maident adalah dua kelompok suporter yang selalu menonton pertandingan PSIM baik kandang maupun tandang.

Bahkan, ketika PSIM bermain di kandang sendiri, baik itu di stadion Mandala Krida atau Stadion Sultan Agung Bantul yang pernah jadi markas sementara PSIM, para suporter akan memenuhi bangku penonton. Baik Brajamusti atau Maident akan menyanyikan yel-yel dengan suara lantang untuk membangkitkan semangat pemain PSIM.

Dengan sejarah panjang, PSIM selalu berkomitmen untuk menjadi salah satu klub yang profesional tanpa melupakan akarnya yang berasal dari Tanah Mataram yang menjunjung tinggi tradisi dan nilai luhur. Pastinya para pencinta sepak bola akan selalu menunggu gebrakan selanjutnya dari PSIM, salah satu klub sepak bola tertua di Indonesia. Sukses selalu PSIM!

Baca Juga: Brajamusti Injak Usia 19 Tahun, Manajemen PSIM Berharap Kian Baik

IamLathiva Photo Community Writer IamLathiva

Love To See, Love To Read, and Love To Share.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya