Mahasiswa UNY Kembangkan Salep Berbahan Alami untuk Atasi Bau Kaki

Kulit salak mengandung senyawa antibakteri

Sleman, IDN Times - Sekelompok mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), yang terdiri dari Aditia Pramudia Sunandar dan Rahmanisa Laila Fitri dari Prodi Pendidikan Biologi serta Asmi Aris dari Prodi Pendidikan Kimia berhasil mengembangkan salep dari bahan kulit salak untuk mengatasi bau kaki. Aditia menjelaskan, kulit salah sendiri merupakan salah satu tanaman alam yang berpotensi sebagai antimikroba.

1. Kulit salak mengandung senyawa yang berguna sebagai antibakteri

Mahasiswa UNY Kembangkan Salep Berbahan Alami untuk Atasi Bau KakiIlustrasi Buah Salak di Pasar (IDN Times/Shemi)

Aditia menjelaskan, sebelumnya kulit salak jarang dimanfaatkan dan hanya dianggap sebagai limbah yang tidak terpakai lagi. Namun, ketika diteliti, kulit salak mengandung senyawa yang dapat berguna sebagai antibakteri.

Menurut Aditia dari hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa daging dan kulit buah salak mengandung senyawa flavonoid, tanin dan alkaloid.

“Senyawa yang tidak terkandung pada kulit salak adalah saponin, steroid serta triterpenoid," katanya pada Senin (13/4).

Baca Juga: Mahasiswa UNY Ciptakan Buku Pelajaran PPKn dalam Bentuk Komik 

2. Berpotensi sebagai obat tradisional

Mahasiswa UNY Kembangkan Salep Berbahan Alami untuk Atasi Bau Kakiunsplash.com/Katherine Hanlon

Rahmanisa menjelaskan, sebenarnya kulit buah salak berpotensi sebagai obat tradisional. Hal ini dikarenakan di dalamnya mengandung senyawa flavonoid yang dapat menurunkan kadar gula darah. Flavonoid ini juga dapat berperan sebagai antivirus, antibakteri, antiradang, dan antialergi.

"Kulit buah salak dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri karena mengandung flavonoid, tanani, dan alkaloid. Flavonoid menunjukkan toksisitas rendah pada mamalia sehingga beberapa flavonoid digunakan sebagai obat bagi manusia," jelasnya

3. Kulit salak dapat hambat perkembangan jamur

Mahasiswa UNY Kembangkan Salep Berbahan Alami untuk Atasi Bau Kakiinfomax.mk

Sementara itu, Asmi menjelaskan, bahan yang digunakan untuk membuat lotion kulit salak antara lain kulit salak, etanol, nutrient agar (NA), aquades, Kultur jamur Trichophyton mentagophytes, Sabouraud Dextrose Agar (SDA), NaOH 0,01 N, HCl 0,01 N, amoxicilyne 500 mg, Cloromphenicol 10%, n-heksana, setil alkohol, asam stearat, Butylated hydroxytoluene (BHT),Virgin Coconut Oil (VCO), Trietanolamin (TEA), alkohol, kertas payung, plastic wrap, alumunium foil, tissue, masker, dan Nipagin.

Untuk penelitian sendiri dilakukan di Laboratorium Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY untuk prosedur ekstraksi dan Laboratorium Mikrobiologi jurusan Pendidikan Biologi untuk pengujian penghambatan jamur Trichophyton mentagrophytes.

"Langkah pertama penelitian tersebut adalah mengesktraksi kulit salak, lalu pembuatan media, uji antifungi, delipidasi ekstrak menggunakan n-heksana dan formulasi sediaan lotion," katanya.

Dia menjelaskan, dari hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa penggunaan kulit salak yang mengandung flavonoid dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur ini, karena flavonoid ini membantu merusak spora-spora yang ada di jamur. Dalam lotion juga ada berbagai bahan, ada bahan yang berperan sebagai pelembab dan ada yang menyerap air.

"Penggunaan bahan ini bertujuan agar kaki tetap lembab, tidak terlalu basah dan terlalu kering. Dan selain itu lotion kulit salak juga mampu mencegah pertumbuhan bakteri Staphylococcus Epidermidis penyebab bau pada kaki," paparnya.

Baca Juga: Begini Cara Mahasiswa UNY Buat Sabun Cuci Tangan dari Daun Jambu Air

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya