5 Mitos tentang Luar Angkasa yang Kadung Dipercaya oleh Banyak Orang

Gara-gara film Hollywood, nih!

Luar angkasa sudah dianggap sebagai zona atau dunia kedua bagi sebagian besar astronaut yang sering ditugaskan untuk melakukan misi di luar Bumi. Tidak semua orang bisa menjadi astronaut. Itu sebabnya, tidak semua orang tahu bagaimana keadaan luar angkasa yang sebenarnya.

Dalam beberapa hal, ada beberapa mitos yang muncul mengenai luar angkasa. Bahkan, mitos-mitos tersebut sudah dianggap sebagai hal yang lazim oleh banyak orang awam. Nah, bagaimana sains menanggapi hal ini? Mitos-mitos apa saja yang berkaitan dengan luar angkasa? Kalau penasaran, simak artikel berikut ini, ya!

1. Luar angkasa adalah zona yang sepenuhnya aman

5 Mitos tentang Luar Angkasa yang Kadung Dipercaya oleh Banyak Orangmisi luar angkasa (space.com)

Benarkah luar angkasa adalah zona yang sepenuhnya aman? Sayangnya, kondisi di luar angkasa justru bisa meningkatkan risiko berbahaya bagi para astronaut. Salah satu risiko berbahaya yang bakal ditanggung oleh kebanyakan astronaut adalah radiasi. Faktanya, ada banyak radiasi yang belum diketahui secara detail oleh ilmuwan dan ahli astronomi.

Nah, menurut NASA, seorang astronaut yang ada di luar angkasa berisiko menerima radiasi berbahaya sebesar 2.000 mSv (millisievert). Tingkat radiasi ini setara dengan 6.000 kali radiasi sinar-X di dada. Untungnya, astronaut memiliki protokol dan perlindungan diri berupa pakaian canggih yang wajib mereka kenakan pada saat bertugas di luar sana.

2. Luar angkasa menampilkan banyak cahaya bintang

5 Mitos tentang Luar Angkasa yang Kadung Dipercaya oleh Banyak Orangluar angkasa yang gelap (space.com)

Ada sebagian orang, terutama penganut teori konspirasi, yang menyatakan bahwa seharusnya di luar angkasa ada banyak tampilan cahaya bintang. Dengan kata lain, luar angkasa seharusnya terang benderang karena cahaya dari bintang tidak akan terhalang oleh apa pun. Sayangnya, anggapan ini justru salah total.

Faktanya, luar angkasa merupakan zona hampa udara yang sangat gelap dan hitam. Diulas dalam Live Science, di luar angkasa memang banyak cahaya. Namun, cahaya tersebut akan bergerak lurus karena tidak terhalang apa pun. Penampakan akan cahaya juga sangat berbeda dengan di Bumi. Cahaya yang masuk ke Bumi akan dibiaskan oleh atmosfer dan bisa menjadi lebih terang dari yang seharusnya.

Ilmuwan NASA juga menyatakan pendapat yang sama. Analoginya, seseorang bisa melihat satu titik poin laser dalam kegelapan pekat. Jika tidak ada objek yang membiaskan laser tersebut, mata manusia hanya akan melihat titik cahaya yang sama sekali tidak terang. So, faktor pembiasan, ilusi optik, objek penerima cahaya, dan zona hampa udara menjadi beberapa hal yang memengaruhi bagaimana penampakan sebuah cahaya.

Baca Juga: Menuai Manfaat, 13 Teknologi Ini Tercipta Berkat Program Luar Angkasa

3. Tidak ada organisme biologis yang mampu bertahan hidup di luar angkasa secara langsung

5 Mitos tentang Luar Angkasa yang Kadung Dipercaya oleh Banyak Orangspesies tardigrada (intelligentliving.co)

Secara mendasar hal ini memang benar, tetapi tidak ada kemutlakan di dalamnya. Pasalnya, ada spesies mikroorganisme yang masih sanggup untuk bertahan di luar angkasa secara langsung. Bahkan, menurut riset dan studi, organisme tersebut masih sanggup bertahan hidup di luar angkasa tanpa oksigen dalam kurun waktu yang cukup lama.

Nama organisme tersebut adalah tardigrada atau tardigrade, spesies organisme dengan segudang kemampuan super, dicatat dalam Chemical and Engineering News. Mereka sanggup hidup lama tanpa oksigen. Mereka juga sanggup hidup di kedalaman samudra dengan tekanan mematikan. Bahkan, mereka bisa hidup di luar angkasa dalam kurun waktu yang sangat lama.

4. Hukum gravitasi tidak berlaku di luar angkasa

5 Mitos tentang Luar Angkasa yang Kadung Dipercaya oleh Banyak Oranggravitasi di luar angkasa (esa.int)

Pernyataan akan hal ini justru akan terdengar absurd dan aneh. Pasalnya, hukum fisika, termasuk gravitasi, akan berlaku sama di mana pun seperti penghitungan yang ada dalam teori relativitas. Perbedaannya hanya ada di besar atau kecilnya gaya gravitasi yang diakibatkan oleh massa sebuah benda.

Bumi memiliki kekuatan gravitasi sebesar 9,8 m/s2. Namun, semakin astronaut menjauhi Bumi, semakin kecil pula gaya gravitasi yang berpengaruh terhadapnya. Menurut Smithsonian National Air and Space Museum, pangkalan antariksa dan astronaut di luar angkasa masih terikat dengan gaya gravitasi Bumi dalam takaran yang sangat kecil.

Zona batas antara gaya tarik Bumi dan ruang hampa itulah yang dinamakan orbit Bumi. Stasiun Luar Angkasa (ISS), satelit, dan astronaut biasanya ada pada zona ini dan mengikuti gerakan percepatan orbit terhadap Bumi. Itu sebabnya, astronaut yang bekerja di luar angkasa akan mengalami dilatasi atau perbedaan waktu dengan manusia di Bumi yang diakibatkan oleh percepatan benda dan gravitasi.

5. Suara bisa didengar di luar angkasa

5 Mitos tentang Luar Angkasa yang Kadung Dipercaya oleh Banyak OrangAstronaut sedang menjalankan misinya. (esa.int)

Apakah suara bisa didengar di luar angkasa? Tergantung kondisinya. Sains punya dua jawaban untuk pertanyaan ini. Pertama, suara bisa didengar dengan baik oleh astronaut jika mereka sedang berada di dalam sebuah wahana atau stasiun luar angkasa. Hal ini diakibatkan adanya objek yang mampu merambatkan suara tersebut, seperti dinding pesawat, wahana, atau objek-objek padat lainnya.

Kedua, mengingat luar angkasa merupakan zona hampa udara sehingga suara tidak akan terdengar karena suara tidak bisa merambat di ruang hampa udara. Laman sains Physics Central menjelaskan bagaimana rambatan suara bekerja. Suara memang tidak akan merambat di zona hampa. Pada dasarnya, suara membutuhkan media untuk merambat.

Lalu bagaimana komunikasi para astronaut NASA di luar sana? Mereka menggunakan gelombang radio. Adapun, gelombang radio memiliki cara kerja yang sangat berbeda dengan getaran suara. Gelombang radio bisa bergerak bebas di ruang hampa udara karena merupakan jenis gelombang elektromagnetik (cahaya). Jenis gelombang elektromagnetik tidak membutuhkan media rambat untuk pergerakannya.

Nah, bagaimana dengan mitos-mitos di atas? Sudah dijawab dengan gamblang oleh sains, bukan? Itu sebabnya, jangan percaya sama film-film Hollywood karena kebanyakan dari film-film tersebut malah menyesatkan, oke!

Baca Juga: Penasaran dengan Luar Angkasa? Ini 10 Potret Langka Milik NASA

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya