6 Masa Krisis Terparah Sepanjang Sejarah, Uang Tak Ada Harganya

Di masa-masa ini, uang benar-benar tak bisa sebabkan bahagia

"Uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Tetapi, lebih baik menangis di dalam Mercedes Benz daripada di atas tikar."

Uang memang tidak bisa menjamin kebahagiaan manusia. Akan tetapi, jika tidak ada uang, bisakah manusia bertahan akhir-akhir ini? Jawabannya, "susah". Kenapa? Tanpa uang, kita tidak mampu membeli sandang, pangan, dan papan.

Tetapi, bagaimana jika uang tersebut kehilangan "harga dirinya"? Inilah enam masa krisis yang sangat sulit, sampai-sampai uang kehilangan artinya.

1. Krisis di Venezuela: Denominasi Bolivar

6 Masa Krisis Terparah Sepanjang Sejarah, Uang Tak Ada Harganyamsn.com

Venezuela tengah mengalami krisis dikarenakan perang saudara antara Maduro dan Chavez, harga minyaknya yang terjun bebas, korupsi yang merajalela dan sanksi dari Amerika Serikat. Dari salah satu negara terkaya di Amerika Selatan hingga termiskin, rakyat Venezuela tidak dapat bertahan hidup dengan uangnya. Mereka sampai memilih barter daripada uang!

Oleh karena itu, Presiden Venezuela sejak 2013, Nicolás Maduro, mengumumkan langkah baru untuk mengatasi hiperinflasi di negerinya, yaitu dengan denominasi.

Pada 2018, Maduro mengumumkan format mata uang Venezuela, Bolivar, yang baru. Pembaruan tersebut adalah menghilangkan lima nol dari bilangan Bolivar, dari 2 hingga 500. Jadi, 2 Bolivar setara dengan 200 ribu Bolivar dan 500 Bolivar setara 50 juta Bolivar. Format baru tersebut mulai beredar sejak 2018. Selain itu, Presiden Maduro juga akan menaikkan upah minimum pekerja hingga 3.000 persen!

Berbagai pakar ekonomi justru ragu langkah-langkah tersebut akan menyelamatkan Venezuela, malah akan semakin mendorong Venezuela menuju hiperinflasi. Dengan denominasi Bolivar, mata uang Venezuela tersebut malah mengalami devaluasi hingga 96%!

Rakyat Venezuela ramai-ramai meninggalkan negaranya. Per Maret 2019, PBB memaparkan 94% rakyat Venezuela hidup dalam kemiskinan dan lebih dari 10% bermigrasi ke negara lain.

2. Perang Dunia I dan II: Reichsmark Jerman

6 Masa Krisis Terparah Sepanjang Sejarah, Uang Tak Ada Harganyaalphahistory.com

Kalau ada negara yang tertimpa sial paling berat setelah dua Perang Dunia di abad ke-20, negara tersebut adalah Jerman. Betul, anak-anak di atas sedang membuat layangan dari uang!

Selama era Republik Weimar setelah Perang Dunia I, Jerman mencoba membangun kembali negaranya dengan mencetak uang sebanyak-banyaknya, hingga menyebabkan hiperinflasi. Harga barang terus meninggi, hingga pada tahun 1923 harga barang bisa sekitar satu triliun kali lebih tinggi dari yang seharusnya.

Orang-orang membayar roti dengan gerobak penuh uang Jerman pada saat itu, Reichsmark. Reichsmark seperti tidak ada harganya, sampai-sampai warga Jerman menggunakannya untuk bahan bakar api di pipa dan tungku mereka, dan anak-anak menjadikan uang tersebut mainan.

6 Masa Krisis Terparah Sepanjang Sejarah, Uang Tak Ada Harganyaakg-images.com

Setelah kalah dalam Perang Dunia II, Jerman menghadapi situasi yang sama; Sekutu memberlakukan sanksi ekonomi yang membuat negara ini hancur secara finansial.

Reichsmark, melemah hingga tidak ada harganya. Akhirnya, digantikan oleh Deutschmark. Satu Deutschmark sama dengan 10 Reichsmark. Akhirnya, Jerman mampu bangkit setelah beradaptasi dengan Deutschmark.

3. Perang Revolusi AS: Kontinental

6 Masa Krisis Terparah Sepanjang Sejarah, Uang Tak Ada Harganyacoinnews.net

Selama Perang Revolusi, Kongres Kontinental membiayai pemberontakan Amerika bukan dengan Dolar atau pajak dari rakyat, tetapi dengan mengeluarkan tagihan kredit, Kontinental, dari 1/6 dolar hingga 80 dolar. Masing-masing negara bagian AS ikut mengedarkan Kontinental mereka sendiri.

Tentu saja, ekonomi AS segera dibanjiri dengan uang kertas Kontinental yang mulai tidak ada nilainya, sehingga mengalami inflasi. Kongres dan negara-negara bagian merespons dengan mencetak lebih banyak Kontinental dan mewajibkan perusahaan saat itu menerima Kontinental sebagai metode pertukaran.

Secara hukum, petani dan pedagang dipaksa menerima Kontinental, yang nilainya semakin menurun. Hal tersebut menyebabkan petani dan pedagang AS berhenti berkembang dan roda produksi mandek, sehingga menghancurkan perekonomian AS.

Pada 1778, tentara AS tidak punya pilihan selain mulai mengambil paksa barang kebutuhan pokok. Amerika Serikat memenangkan Perang Revolusi pada 1783, namun Kontinental adalah "musuh" internal bagi rakyat AS. Kalau kamu sering dengar istilah "not worth a dime" dalam Bahasa Inggris, sebenarnya aslinya "not worth a continental", lho.

Baca Juga: 7 Hoaks Sains Terkenal Sepanjang Sejarah Ilmiah Modern, Mengesalkan!

4. Revolusi Prancis: Assignat

6 Masa Krisis Terparah Sepanjang Sejarah, Uang Tak Ada Harganyabritannica.com

Pada awal Revolusi Prancis (1789 - 1799), Prancis menanggung beban hutang. Seorang uskup Prancis bernama Charles Maurice de Talleyrand memiliki solusi gamblang, merebut tanah gereja dan melelangnya. Paus Pius VI menjatuhkan ekskomunikasi terhadap Talleyrand pada 1891, membuka jalan baginya menjadi seorang politisi dan diplomat hingga masa pemerintahan Louis XVIII.

Ide Talleyrand terdengar cukup bagus bagi pemerintah Prancis. Jadi, Prancis menyatakan tanah gereja sebagai harta negara dan mulai mengeluarkan uang kertas yang dinamai Assignat, yang dapat dibeli masyarakat dengan uang aktual dan kemudian digunakan untuk mengklaim sebidang properti gereja tersebut.

Sayangnya, klaim Assignat yang terlalu mudah ini berubah menjadi hiperinflasi ketika pemerintah Prancis tetap mencetak Assignat dan mensirkulasikan kembali Assignat yang diterimanya. Jadi, sementara Assignat terus diproduksi, Assignat lama terus beredar!

Pada 1796, nilai nominal Assignat yang beredar sekitar 20 kali dari nilai perkiraan properti gereja yang dinasionalisasi. Keadaan semakin runyam saat Inggris, Belgia, dan Swiss mencetak Assignat palsu dan mengedarkannya di Prancis. Akhirnya, Assignat diganti menjadi Mandat dan itupun tidak dapat menyelesaikan masalah.

5. Krisis Abad ke-3: Dinar Romawi

6 Masa Krisis Terparah Sepanjang Sejarah, Uang Tak Ada Harganyavcoins.com

Dianggap sebagai salah satu kekaisaran tersukses sepanjang sejarah, Kekaisaran Romawi kocar-kacir selama abad ke-3. Perang saudara yang meluas, invasi oleh suku-suku musuh, dan terhantam oleh wabah serta kelaparan membuat keuangan Kekaisaran Romawi menciut.

Salah satu cara Roma menangani pengeluarannya adalah dengan menurunkan nilai uang logamnya, Dinar. Sekadar perbandingan, upah harian pekerja kasar dan serdadu Romawi adalah 1 dinar saat itu, dan dapat membeli roti seharga Rp300 ribu!

Dengan menurunkan nilai Dinar, Kekaisaran Romawi mendapatkan keuntungan finansial yang sebenarnya berisiko tinggi. Menurunkan persentase logam mulia dalam koin Dinar dapat mengurangi nilainya, sehingga pemerintah dapat menyimpan lebih banyak Dinar di kas negara.

6 Masa Krisis Terparah Sepanjang Sejarah, Uang Tak Ada Harganyavcoins.com

Sayangnya, hal tersebut menyebabkan hiperinflasi, yang sebenarnya tidak mengejutkan. Dari terbuat dari 90 persen perak murni selama masa pemerintahan Kaisar Augustus, nilai Dinar terus berkurang mengikuti pergantian Kaisar Romawi selama beberapa dekade seiring kadar perak juga dikurangi, sampai akhirnya tidak ada harganya.

Pada saat Gallienus mengambil alih kekuasaan pada tahun 253 M, Dinar sudah menjadi Antoninianus, koin tembaga dicat perak (5 persen). Saat itu, masyarakat Romawi sudah mengabaikan Dinar, dan garam lebih berharga dari Dinar, sehingga dijadikan metode barter!

6. Dinasti Yuan: Jiaochao

6 Masa Krisis Terparah Sepanjang Sejarah, Uang Tak Ada Harganyawikipedia.org

Didirikan oleh Kubilai Khan, Dinasti Yuan (1271–1368) mengedarkan bentuk mata uang kertas yang disebut Jiaochao (交钞) yang tidak didukung oleh logam perak atau emas.

Mata uang kertas sudah ada lama di Tiongkok. Namun, Kubilai menerapkan cara yang baru terhadap Jiaochao. Tidak hanya membuatnya mata uang wajib, Kubilai juga memutuskan bahwa Jiaochao menjadi satu-satunya metode pertukaran di Dinasti Yuan.

Saat Marco Polo menetap di Dinasti Yuan selama 17 tahun, ia cukup "terkesan" dengan gagasan Jiaochao. Namun, bagi Dinasti Yuan, hiperinflasi yang terelakkan nan besar terjadi akibat administrasi keuangan yang tidak amburadul dan mencetak terlalu banyak Jiaochao.

Melihat nilai nominalnya, rakyat Dinasti Yuan mencoba menolak Jiaochao. Akan tetapi pada 1350, dikeluarkan undang-undang yang membuat mereka yang menolak Jiaochao diganjar hukuman mati. Hingga runtuhnya Dinasti Yuan pada 1368, masalah Jiaochao tidak terselesaikan.

Dinasti Ming (1368 - 1644) sempat melanjutkan praktik tersebut, sampai akhirnya dihentikan pada 1450, dan digantikan dengan uang logam. Uang kertas tidak terlihat lagi di Tiongkok hingga muncul kembali pada 1890an, di zaman Dinasti Qing (1644 - 1912), sebagai Yuan.

6 Masa Krisis Terparah Sepanjang Sejarah, Uang Tak Ada Harganyagfycat.com

Itulah enam masa sulit dalam sejarah di mana mata uang tidak ada harganya sama sekali. Kasus-kasus di daftar ini terjadi dikarenakan ketentuan keuangan yang tidak terorganisir dalam suatu negara, sehingga uang terus beredar dan menyebabkan inflasi hingga hiperinflasi. Hiperinflasi tersebutlah yang membuat uang tidak ada harganya.

Pelajaran apa yang bisa kamu petik dari sini?

Baca Juga: Mengintip 9 Linimasa Sejarah Perjalanan Rupiah, Mata Uang Indonesia

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya