Tiap Tahun Leptospirosis di Kulon Progo Renggut Korban Jiwa 

Setiap tahun ada penderita meninggal dunia

Kulon Progo, IDN Times - Leptospirosis atau penyakit yang disebabkan bakteri kencing tikus di Kabupaten Kulon Progo, selalu menelan korban jiwa. Berdasarkan  catatan Dinas Kesehatan setempat sejak tahun 2012 - 2023, sebanyak 47 jiwa melayang. 

 

1. 377 kasus sejak 2012

Tiap Tahun Leptospirosis di Kulon Progo Renggut Korban Jiwa Ilustrasi meninggal (IDN Times/Mia Amalia)

Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Kulon Progo, di tahun 2012, terjadi 13 kasus, 2 di antaranya meninggal. Lalu, 2013 sebanyak 26 kasus, 7 meninggal; tahunn 2014 terdapat 69 kasus, 6 meninggal.

Di tahun 2015 ada 31 kasus, 1 meninggal; 2016 ada 30 kasus, 3 meninggal; dan 2017 ada 74 kasus, 9 meninggal; 2018 ada 23 kasus dan 5 orang meninggal.

Pada 2019 ada 29 kasus, 2 meninggal; 2020 ada 34 kasus, 7 meninggal; 2021 ada 11 kasus, 1 meninggal; dan 2022 ada 16 kasus, 3 meninggal. Sementara tahun 2023 hingga awal Maret ini sudah tercatat 21 kasus dan aatu pasien meninggal dunia.

2. Siklus 3 tahunan

Tiap Tahun Leptospirosis di Kulon Progo Renggut Korban Jiwa pexels.com/Pixabay

Dapat dicermati bahwa dari data tersebut nampak adanya lonjakan kasus di tahun 2014, 2017, dan 2020. Kendati, peningkatan kasus tidak selalu sama.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kulon Progo Rina Nuryati menyebut persentase kematian kasus leptospirosis di wilayahnya mencapai 18 persen pada 2022 lalu. 

"Tahun ini harapannnya jumlah kasus tidak tinggi, tapi sampai awal Maret ini sudah terjadi 21 kasus," kata Rina saat dihubungi, Rabu (8/3/2023).

Menurut Rina, meski petugas kesehatan di level kecamatan sudah turun ke wilayah, namun kasus leptospirosis ini sulit dideteksi. Hasil evaluasi mengungkap keterlambatan diagnosis memicu tingginya kasus kematian dari penyakit ini.

"Kami sudah mengumpulkan dokter, kami (lakukan) riset lagi, kami tanya kesulitan terkait leptospirosis ini," kata Rina. 

Baca Juga: Awas Leptospirosis, 6 Warga Bantul Meninggal pada Awal 2023

3. Tak ada gejala awal yang khas

Tiap Tahun Leptospirosis di Kulon Progo Renggut Korban Jiwa ilustrasi tikus penyebab leptospirosis (pixabay.com/Alexas_Fotos)

Rina menambahkan, leptospirosis ini tak memiliki gejala awal yang khas pada penderitanya. Secara umum, mereka yang terjangkit indikasinya mengalami demam dan sulit buang air kecil. Fase ini menurutnya berlangsung cepat.

Indikasi macam ini tentunya harus diwaspadai oleh masyarakat dan petugas medis. Alat deteksi penyakit ini sangat terbatas dan hanya terdapat di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) saja.

"Tahun ini kami belum pengadaan dan ketersediaannya tinggal sedikit di beberapa faskes," ungkapnya.

4. Petani tak perlu ke sawah jika mempunyai luka

Tiap Tahun Leptospirosis di Kulon Progo Renggut Korban Jiwa ilustrasi petani cabai (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Rina percaya edukasi akan penyakit ini masih perlu digencarkan, menimbang masih banyak masyarakat yang abai soal bagaimana leptospirosis bisa menjangkiti.

Kalangan petani, kata Rina, perlu perhatian khusus. Tak sedikit dari mereka yang bersikukuh pergi ke sawah saat kaki mereka terluka. Padahal, luka inilah yang menjadi jalan penularan bakteri dari air seni tikus.

"Masyarakat kalau ada luka besar atau terasa sakit baru tak pergi ke sawah. Kalau luka kecil tidak tahu atau tidak dirasa tetap pergi ke sawah. Selama luka itu belum sembuh, kumannya bisa masuk," ucapnya.

Rina mengungkapkan jajaran petugas kesehatan di level puskesmas mengupayakan edukasi ke masyarakat ke kalangan petani. Koordinasi dengan OPD terkait, khususnya di wilayah dengan banyak kasus, juga sudah dilaksanakan.

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya