Tertimpa Pohon Tumbang, Endi dan Silvia Kehilangan Anak yang Dinanti

Saat kejadian, Silvia tengah mengandung 8 bulan

Yogyakarta, IDN Times - Endi Yogananta (26) dan Israni Silvia (26), pasangan suami istri asal Gampingan, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, tak pernah menyangka perjalanan pulang dari rumah kerabat bakal menuntun mereka ke sebuah peristiwa memilukan, Rabu (5/2) malam silam.

Mereka yang saat itu terhenti di perempatan ring road barat, Pelemgurih, Wates, Sleman, karena lampu merah tiba-tiba tertimpa pohon besar. Akibatnya, Silvia yang tengah hamil tua harus menerima kenyataan, anak dalam kandungannya menjadi korban.

Baca Juga: Polres Bantul Bekuk 5 Tersangka Penjual Narkotika dan Psikotropika 

1. Kronologi kejadian

Tertimpa Pohon Tumbang, Endi dan Silvia Kehilangan Anak yang DinantiYoga menunjukkan foto sepeda motornya yang tertimpa pohon. (IDN Times/Tunggul Kumoro)

Dijumpai di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Endi menceritakan bagaimana peristiwa itu terjadi. Bermula saat dia dan sang istri pulang dengan menaiki sepeda motor berboncengan.

Sampai akhirnya motor mereka terhenti oleh lampu merah Pelemgurih, Wates, Sleman bersama sejumlah pengendara lain. "Kita memang mau lewat jalur situ, di situ (tepi jalan) memang ada pohon besar dan kita sering lihat pohon itu," katanya.

Pohon yang dimaksud, letaknya di kiri atau selatan jalan. Sesaat sebelum kejadian, Endi dan istri sebenarnya juga tengah tak terlalu memalingkan pandangan dari pohon tersebut.

"Istri kan lagi hamil delapan bulan, jadinya duduk miring. Nah itu kita lagi ngobrol kan, pas itu saya lihat akar pohon itu naik, tapi dengan cepat langsung 'bruk' (tumbang). Gak ada hujan, gak ada angin, jatuh pohonnya," ungkapnya.

Akibatnya, bagian depan motor Endi rusak parah karena kena tiban pohon tersebut. Tapi, di saat itu pula ada juga bagian ranting yang berukuruan besar, menimpa sela antara Endi dan istri duduk.

"Posisi (pohon) kena istri saya itu, dia ngelindungin kandungannya, lalu kena sebelah sini (pinggul)," ungkapnya.

2. Kandungan tak terselamatkan

Tertimpa Pohon Tumbang, Endi dan Silvia Kehilangan Anak yang DinantiEndi menggendong jenazah putranya. (Twitter/LaLagilagi)

Silvia sesaat setelah kejadian langsung mengeluh kesakitan. Endi menghiraukan luka-luka yang dialaminya dan langsung meminta bantuan orang di sekitar untuk membawa istrinya ke rumah sakit terdekat, waktu itu adalah RS PKU Gamping.

"Cuma karena di sana untuk (operasi) caesar alatnya kurang lengkap, jadi dirujuk ke sini (PKU Muhammadiyah Yogyakarta)," tuturnya.

Selepas diperiksa dan dirontgen, ternyata Silvia menderita patah tulang pinggul. Untuk itulah operasi ceasar membutuhkan pendamping dokter spesialis lainnya, Kamis (6/2) dini hari.

"Tapi waktu itu (pasca caesar) istri juga sempat pendarahan, langsung dilarikan ke ICCU," ucap Endi.

Bayi dalam kandungan akhirnya berhasil dikeluarkan. Namun, kondisinya memilukan. "Mengalami benturan di kepala dan waktu kejadian itu tali pusarnya lepas," ujarnya.

"Di dalam dia sempat kena pendarahan ibunya," sambung dia.

Sebenarnya tim medis sudah berupaya keras menyelamatkan bayi yang diberi nama Pradipta Kenzo Yoshvia itu. Karena, saat itu bayi sempat menunjukkan reaksi kehidupan.

"Sama dokter langsung dikasih alat di badannya si bayi, terus ditunggu dari dari 01.30 sampai jam 05.50, saya dipanggil ke ruangan bayi. Dokter bilang, ini gimana. Saya bilang, kasih yang terbaik aja, dok. (Dokter berkata) ini sudah tidak bisa diselamatkan, mas. Saya bilang ya sudah dilepas saja (alatnya), jam 6 pagi dilepas," ungkapnya.

Bayi tersebut dimakamkan kemudian sekitar jam 10.00 WIB.

3. Istri alami trauma

Tertimpa Pohon Tumbang, Endi dan Silvia Kehilangan Anak yang DinantiEndi Yogananta yang anak istrinya menjadi korban pohon tumbang. (IDN Times/Tunggul Kumoro)

Hingga hari ini, Silvia masih dirawat di RS PKU Muhammdiyah, Yogyakarta. Karena selain patah tulang pinggul, dia juga mengalami cedera lain.

"Tulang pinggul patah, dia ada jarak antara kaki kiri dan kaki kanan dua senti. Harus ada terapi untuk narik itu selama 3 minggu. Jadi selama itu harus terbaring," katanya.

Dokter spesialis urology juga menyebut bahwa Silvia mengalami sobek di saluran kandung kemih. Dan itu harus dipasangi kateter selama dua minggu untuk kembali pulih.

Silvia juga harus menjalani fisioterapi setiap hari pasca operasi sesar yang dilaluinya. "Pinggul ke bawah nggak bisa digerakin," lanjutnya.

Endi turut mengungkap bahwa peristiwa yang menimpa mereka ini ternyata berdampak ke psikis Silvia. "Setiap jam 1, jam 2, jam 3 itu dia bangun. Dia teriak, menangis, karena terbayang pohon jatuh," ucap dia.

Namun ia bersyukur kondisi istrinya berangsur membaik. Silvia mulai konsentrasi ke pemulihan dirinya.

"Karena dia pingin segera sembuh dan pergi ke makam Kenzo," tuturnya.

4. Klaim belum ada uluran tangan dari pemerintah

Tertimpa Pohon Tumbang, Endi dan Silvia Kehilangan Anak yang DinantiEndi Yogananta yang anak istrinya menjadi korban pohon tumbang. (IDN Times/Tunggul Kumoro)

Biaya pemulihan Silvia, lanjut Endi, sejatinya tidaklah sedikit, sekitar Rp15-16 juta memasuki hari kedua kemarin perawatan. Ia juga memilih tak memanfaatkan BPJS agar istrinya mendapatkan pelayanan terbaik.

Teman-teman pasutri yang bersimpati akhirnya mendorong keduanya untuk membuka donasi. Namun, bukan soal materi intinya menurut Endi. Dia mengaku tak terlalu memikirkannya, karena yang disorotinya kini adalah di mana perhatian pemerintah.

Sebenarnya, apa yang menimpa Endi dan Silvia ini telah sampai ke telinga Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun. Dia juga sudah menjenguk.

"Datang, menyampaikan belasungkawa. Tapi tak ada kepastian atau arahan dari beliau," sebutnya.

Dinas Sosial Kabupaten Sleman juga sudah turun langsung, cuma mereka tidak bisa membantu mengingat Endi dan Silvia adalah warga Kota Yogyakarta.

"Dinas Sleman bilang, kalau masnya mau coba minta aja ke kota. Cuma, maksudnya adalah, saya bukan minta bantuan seperti kaya gitu. Tapi, tolong, saya itu kehilangan anak, istri saya lagi dirawat, tapi saya diminta mengurus yang gitu-gitu," ujarnya.

Padahal, selain harus menjaga istrinya, bisnis warung kopi yang jadi penopang keluarga jadi terbengkalai. Usaha berjalan bak tanpa nahkoda.

Harapannya, di saat seperti ini pemerintah bisa mengulurkan tangannya dalam bentuk apapun itu. Segala hal yang meringankan akan ia terima dengan ikhlas.

"Kalau dengan cara mengcover biaya (pengobatan) ya monggo. Tapi, saya jujur bingung kalau ditanya mau minta apa. Itikad baiknya aja, istri saya dibikin happy, dibikin sehat secara psikis, monggo, seperti apa," imbuhnya.

"Saya sih cuma pingin (ke depan) dinas-dinas terkait, yang fokus ke tata lingkungan itu lebih aware sama pohon di Jogja. Saya, istri saya, dan anak saya yang jadi contoh. Soalnya kalau didiamkan, ke depannya terulang lagi," pungkasnya.

Baca Juga: Terpeleset ke Sungai Opak, Jamaryanti Ditemukan Sudah Tak Bernyawa

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya