Selama Pandemik, Jumlah Kehamilan Tak Dikehendaki Naik

Jumlah peserta KB turun, kehamilan tak dikehendaki naik

Yogyakarta, IDN Times - Jumlah kehamilan yang tak dikehendaki (KTD) selama masa pandemik COVID-19 mengalami kenaikan.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menuturkan, angka KTD dalam skala nasional sebanyak 20,3 persen.

 

1. Penyebab kenaikan angka kehamilan tak dikehendaki (KTD)

Selama Pandemik, Jumlah Kehamilan Tak Dikehendaki Naikilustrasi ibu hamil (IDN Times/Arief Rahmat)

Penyebab utama terjadinya KTD atau disebut juga kehamilan di luar rencana  disebabkan kontrasepsi yang tak segera dilakukan oleh pasangan usia subur pasca persalinan.

"Ada dua penyebab utama meningkatnya kasus KTD selama pandemik ini. Hari ini ada orang melahirkan, sebetulnya saat ditanya dia tak mau melahirkan lagi dalam waktu dekat. Tapi, dia juga tidak memakai alat kontrasepsi," ungkap Hasto dalam dialog daring yang digelar Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Rabu (30/9/2021). 

Penyebab kedua, kehamilan dipicu dari pasangan tak menikah namun tidak memahami kesehatan reproduksi. Alhasil, terjadilah seks bebas.

Sebagai upaya meminimalisir kasus KTD, BKKBN mengubah strategi bagi para penyuluh KB. Mulai dari menggencarkan jemput bola ke rumah peserta KB atau membuka layanan di tengah masyarakat.

 

 

Baca Juga: Anjasmara Ajak Kenali Tubuh dengan Latihan Yoga, Ini 4 Manfaatnya  

2. Jumlah peserta KB turun, kehamilan tak dikehendaki naik

Selama Pandemik, Jumlah Kehamilan Tak Dikehendaki NaikIlustrasi ibu hamil (pexels.com/Pixabay)

Pandemik ini juga berimbas turunnya jumlah peserta KB aktif dari 76,14 persen di 2019 menjadi 75,79 persen setahun setelahnya. Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan DIY, Prahesti Fajarwati menduga peserta KB khawatir untuk melakukan konsultasi di faskes selama masa pandemik.

"Asumsi kami pada pandemik kan akses layanan kesehatan juga pada awal-awal petugasnya masih takut dan masyarakat juga takut," bebernya.

Penurunan jumlah peserta KB di 2020 ini bersamaan dengan naiknya angka kasus KTD di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dari 939 kasus tahun 2019 menjadi 1.032 tahun 2020. Angka tersebut adalah 2,3 persen dari total angka kehamilan di tahun itu dan terpantau mulai melesat pada Juni hingga Juli.

"Penurunannya (ibu hamil) sedikitnya karena itu kan di awal-awal pandemi saja, April-Mei. Setelah itu sudah ada arahan dan lebih berani. Jadi sesuai, karena bumil baru periksa biasanya setelah terlambat haid. Terlaporkan saat mereka kontak ke nakes. Menurun kembali mulai bulan Agustus sampai akhir tahun," paparnya panjang.

Dari data yang dibeberkan Prahesti, sebanyak 1.032 kasus, 570 di antaranya masuk kategori menikah dan 462 tidak menikah.

"KTD tidak menikah itu artinya kehamilan di luar nikah," tambah Prahesti.

Lebih detail, kategori dari KTD ini meliputi, remaja, peserta gagal KB, dan pasangan usia subur yang belum merencanakan kehamilan.

Sedangkan untuk tahun 2021, diketahui dari hasil pendataan sementara bahwa angka kehamilan di DIY hingga bulan Juni tercatat sudah 22 ribu. Sementara untuk KTD kisaran 1,79 persennya. Menurut Prahesti, ini menurun apabila dibandingkan di periode yang sama pada 2020 yang mencapai 2,5 persen.

 

3. Jumlah ibu hamil selama masa pandemik di DIY alami penurunan

Selama Pandemik, Jumlah Kehamilan Tak Dikehendaki NaikSebuah mural mengingatkan warga akan bahaya penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) di daerah penampungan Navajo, di Shiprock, New Mexico, Amerika Serikat, Rabu (8/4). Foto diambil tanggal 8 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Andrew Hay

Sedangkan jumlah ibu hamil di DIY, secara keseluruhan mengalami penurunan. Prahesti memaparkan angka ibu hamil sepanjang 2020 tercatat sebanyak 45.589. Jumlah tersebut mengalami penurunan cukup besar dibandingkan tahun 2019 mencapai 49.037.

Angka penurunan ini cukup besar dibandingkan per tahunnya sejak 2015. Berikut data jumlah ibu hamil sejak tahun 20215:

1. Tahun 2015 sebanyak 50.064

2. Tahun 2016 sebanyak 47.006

3. Tahun 2017 sebanyak 48.938

4. Tahun 2018 sebanyak 49.353

Prahesti menuturkan penurunan ini lantaran adanya arahan dari Kementerian Kesehatan untuk menunda kehamilan di masa pandemi ini demi mengurangi risiko.

"Agar masa usia subur atau yang sudah anaknya cukup, atau yang sudah punya anak tapi ingin punya anak itu kita minta untuk tunda dulu di masa pandemi. Jadi mungkin itu juga yang diikuti oleh masyarakat," pungkasnya. 

 

 

 

 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya