Ratusan Tahun Sejarah Yogyakarta Bakal Bisa Dinikmati lewat Diorama

Tapi, bukan diorama konvensional, lho!

Yogyakarta, IDN Times - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berencana membangun sebuah diorama yang mengulas sejarah Yogyakarta sejak era Mataram Islam hingga masa Keistimewaan.

Pembuatan arsip berteknologi modern ini menelan dana sekitar Rp18 miliar.

Baca Juga: Seekor Ular Muncul di Keraton Yogyakarta saat Haul Sultan HB IX

1. Sejarah 430 tahun

Ratusan Tahun Sejarah Yogyakarta Bakal Bisa Dinikmati lewat DioramaIlustrasi Keraton Yogyakarta. Facebook.com/Kraton Jogja

Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY Monika Nur Lastiyani menjelaskan, diorama ini akan dibangun di gedung depo arsip lantai satu Grhatama Pustaka dengan luasan 1.432 meter persegi dan terbagi menjadi 18 spot.

Belasan spot itu nantinya akan mengulas atau menggambarkan perjalanan Yogyakarta, mulai dari keberadaan Hutan atau Alas Mentaok sampai masa Keistimewaan.

"Kurun waktu yang kita ambil, yaitu mulai dari Panembahan Senopati sampai dengan Keistimewaan. Jadi itu kalau kita rangkum, 430 tahun. Kita rangkum di dalam 1 lantai dengan nanti ada 18 ruangan atau spot mulai dari Alas Mentaok sampai dengan ruang Keistimewaan," kata Monika, Selasa (20/10/2020).

Namun, dikatakan Monika, 18 ruang tersebut tak memungkinkan untuk menampilkan ratusan tahun perjalanan sejarah Yogyakarta. Hanya beberapa bagian yang menonjol saja yang disajikan.

"Kita pilih mana yang jadi menonjol. Di situ nanti ada masa kenapa Yogya jadi Kota Pelajar, kenapa jadi Kota Pariwisata, lalu bagaimana saat kejadian gempa bumi dan sebagainya," paparnya.

 

2. Bukan diorama konvensional

Ratusan Tahun Sejarah Yogyakarta Bakal Bisa Dinikmati lewat DioramaGedung Grhatama Pustaka. dpad.jogjaprov.go.id

Guna memudahkan pengunjung meresapi alur sejarah Yogyakarta yang akan disajikan, maka diorama tersebut bakalan mengoptimalkan teknologi audiovisual.

Teknologi itu juga relatif mempermudah manakala terjadi perubahan secara mendasar lantaran tidak berupa patung seperti diorama yang ada di Museum pada umumnya.

"Diorama ini sifatnya dinamis, sangat luwes karena tergantung perkembangan khazanah arsip yang kita dapatkan. Saat nanti kita dapatkan arsip yang baru, maka kontennya akan kita sesuaikan. Jadi, ini bukan sesuatu yang statis seperti kita melihat museum, yang ditampilkan cuma itu saja," imbuh Monik.

"Nanti pengunjung bisa memanfaatkan handphone masing-masing untuk mencari informasi dan melihat video maupun audio yang ada di diorama ini. Intinya diorama ini kekinian sekali dan benar-benar bisa dimanfaatkan oleh kaum Millennial. Full audio visual," sambungnya.

3. Telan anggaran Rp18 milar

Ratusan Tahun Sejarah Yogyakarta Bakal Bisa Dinikmati lewat DioramaIlustrasi anggaran. IDN Times/Arief Rahmat

Untuk mewujudkan semua rencana itu, Monika melanjutkan, setidaknya dibutuhkan dana kurang lebih Rp18 miliar yang bersumber dari Dana Keistimewaan (Danais) tahun 2021.

Dana sebesar itu akan dipakai untuk merealisasikan sarana dan prasarana (sarpras) diorama.

"Nilai anggaran yang tahap pertama sekitar Rp18 miliar. Nanti ke depan pengembangan pada kontennya, kemudian nanti pengembangan kontennya itu yang akan kita anggarkan di tahun-tahun berikutnya dan juga pemeliharaannya," urainya.

Baca Juga: Peringati HUT RI, Keraton Yogyakarta Luncurkan Album Gendhing Gati

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya