Pemda DIY Beri Sinyal Penerapan New Normal

Rencananya dilaksanakan mulai bulan Juli

Yogyakarta, IDN Times - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memberi sinyal pelaksanaan skenario new normal di tengah pandemi COVID-19 mulai Juli tahun ini.

Kendati demikian, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan pihaknya tak akan tergesa-gesa memberlakukan skema normal baru, mengingat banyak yang harus dimatangkan.

"Jangan tergesa-gesa lah," katanya di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Jumat (30/5).

Baca Juga: 3 Hari 0 Kasus Baru, Jogja Belum Tentu Aman dari Corona

1. Persiapan di segala sektor

Pemda DIY Beri Sinyal Penerapan New NormalIlustrasi Hotel (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Sejauh ini, Pemda DIY masih menyusun standard operational procedure (SOP) melalui organisasi pemerintah daerah di berbagai sektor dan para mitra kerjanya.

"Kami masih pertemuan sama asosiasi," kata Sultan.

Menurut Sultan, hal ini butuh waktu. Pasalnya, pihaknya juga harus memastikan prosedur tetap atau protap ini bisa dipatuhi semua pihak. Semisal, dari sektor pariwisata.

"Hotel, restoran, sanggup gak dia ngontrol jaga jarak, nyediakan fasilitas cuci tangan, secara periodik kursinya dan sebagainya dilap. Karena itu mungkin banyak orang itu tangannya pegang. Dia sanggup nggak, kalau dia nggak sanggup seperti itu kan akan punya problem baru," papar Sultan.

Lalu, masih ada dari sektor pendidikan, perdagangan dan perindustrian, transportasi, dan lain sebagainya yang tak kalah penting. Sosialisasi harus menjalar, bahwa tatanan kehidupan baru ini akan ada selama manusia hidup berdampingan dengan COVID-19.

"Perlu pendekatan yang lebih spesifik. Di pasar apa bisa (menerapkan protap new normal), jangan terus merasa justru di new normal terus merasa 'wah aku wis bebas', bukan itu," ujar Sultan.

2. Penurunan tren kasus bukan acuan mutlak

Pemda DIY Beri Sinyal Penerapan New NormalIlustrasi pasien tes swab. IDN Times/Feny Maulia Agustin

Penambahan kasus COVID-19 di DIY sendiri selama sepekan ini kasus terpantau landai. Bahkan, tiga hari sempat zero case atau nirkasus.

Namun, Sultan menegaskan itu bukan acuan mutlak untuk waktu penerapan new normal. Karena, di satu sisi pasien COVID-19 yang masih dirawat juga banyak. Belum lagi mereka yang berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau Orang Dalam Pemantauan (ODP).

"Ya harapan kita kan negatif semua. Jangan ada yang positif, dalam arti yang PDP dan sebagainya. Nanti kecenderungannya bagaimana. Kalau itu (indeks penularan) sudah memungkinkan itu turun, jadi sudah kita yakini tidak fluktuatif, baru kita bisa berjalan untuk new normal," urainya.

3. Lomba dari Kemendagri

Pemda DIY Beri Sinyal Penerapan New NormalANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Dalam kesempatan itu, Sultan sempat menyampaikan bahwa pihaknya bersama pemerintah daerah lain diminta ikut kompetisi yang diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri. Mengenai inovasi untuk new normal yang dilombakan pada tanggal 18 Juni dan dikumpulkan empat hari sebelumnya.

Meski menyebut waktunya cukup mepet, dia meyakini buahnya akan berguna untuk fungsi sosialisasi di masyarakat nantinya.

"Lomba bagi daerah bagaimana bisa punya pencerminan yang dimaksud kehidupan baru itu. Ya kan, dia datang mau misalnya ke restoran, sudah cuci tangan, duduknya juga punya jarak. Ini kan jadi tempat sosialisasi untuk supaya masyarakat bisa memahami kehidupan baru itu tidak hanya karena pandemi, tapi itu akan terjadi terus," pungkasnya.

Baca Juga: Psikolog UGM: #IndonesiaTerserah Bentuk Luapan Kekecewaan Nakes

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya