Di Kampung Cyber, Willem dan Maxima Ambil Pesanan Kemeja Batik 

Willem dan Maxima jalan-jalan di Kampung Cyber

Yogyakarta, IDN Times - Raja Belanda, Willem Alexander dan Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti, usai menemui Sri Sultan HB X, berkunjung ke Kampung Cyber, RT 36 RW 09, Patehan, Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta, Rabu (11/9) .

Di Kampung melek internet itu, Raja dan Ratu Belanda hendak mengambil sesuatu yang Willem pesan, beberapa bulan lalu.

 

Baca Juga: Memakai Baju Kebesaran Kraton, Sultan HB X Temui Raja Belanda 

1. Jelajah gang

Di Kampung Cyber, Willem dan Maxima Ambil Pesanan Kemeja Batik Raja dan Ratu Belanda di Kampung Cyber. IDN Times/Tunggul Damarjati

Dalam kunjungannya, Maxima tampil dengan gaun yang ia kenakan sewaktu berkunjung ke keraton, sedangkan Willem memilih tampil santai. Ia melepas jasnya dan menjelajah gang-gang sempit Kampoeng Cyber. 

Mulanya dia mampir ke sebuah galeri kaos lukis Voice of Jogja. Tak lama berselang, ia melanjutkan langkahnya ke sebuah galeri batik bernama Batik'e Lok Iwon.

2. Ambil pesanan kemeja

Di Kampung Cyber, Willem dan Maxima Ambil Pesanan Kemeja Batik Raja dan Ratu Belanda di Kampung Cyber IDN Times/Tunggul Damarjati

Di Galeri Batik'e Lok Iwon, Willem dan Maxima menemui pemiliknya yang bernama Iwan Setiawan. Dari momen itu, diketahui bahwa Willem pernah memesan karya Iwan yakni kemeja batik.

Sebuah Kemeja bermotif paduan tradisional dan kontemporer dipesan Willem Januari 2020 lalu. Kini, Iwan sendiri yang berkesempatan menyerahkan karyana ke Raja Negeri Kincir Angin.

"Terima kasih," ujar Raja Willem ketika menerima batik dari Iwan. Selain itu, ada pula cendera mata berupa karikatur bergambar Willem-Maxima yang diserahkan Iwan.

3. Harga kemeja batik Rp950 ribu

Di Kampung Cyber, Willem dan Maxima Ambil Pesanan Kemeja Batik Raja dan Ratu Belanda di Kampung Cyber IDN Times/Tunggul Damarjati

Kepada wartawan, Iwan mengaku menjual batiknya seharga Rp950 ribu per potong. Itu harga normal, mengingat kualitasnya juga tidak main-main.

"Tidak nuthuk reg0 (tidak dinaikkan harganya). Karena itu harga sekaligus jahitnya," kata Iwan.

Butuh setidaknya lima hari bagi Iwan membuat karyanya tersebut. Prosesnya, meliputi penggoresan motif, pencantingan, pewarnaan, hingga menjahitnya menjadi sepotong kemeja.

Motif yang ia terapkan, yakni tradisional-kontemporer. Tapi, secara prinsip yang dimainkan memang klasik, seperti corak Kawung, Parang Rusak sampai Truntum.

Hanya saja, dikatakan Iwan, untuk pesanan sang raja, tak ada motif khusus pesanan. Willem, mempercayakan sepenuhnya pada Iwan.

"Bangsawan dari Belanda pesan batik saya. Ini luar biasa sekali sampai saya tidak bisa berkata-kata," ujarnya.

Dalam kesempatan langka itu, lanjut Iwan, Willem juga sempat menanyakan bagaimana ia memanfaatkan fasilitas internet di Kampung Cyber untuk mendongkrak usahanya.

"Raja tanya internet digunakan untuk apa, saya jawab digunakan untuk marketing batik," pungkasnya.

Baca Juga: Khawatir Rusak, UGM Berharap Belanda Lakukan Digitalisasi Naskah Kuno 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya